Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Semua Bisa asal Boleh Diperdebatkan

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi debat
Editor: Egidius Patnistik

SEBELUM nyantrik ke Prof Reinhard Hoehn di padepokan Akademie Fuer Fuhrungskraefte der Wirtschaft, Bad Harzburg, Jerman, akibat sudah terbiasa menghadapi apa yang disebut sebagai dogma, semula saya menduga ada kebenaran yang mutlak benar sehingga tidak perlu, tidak boleh diperdebatkan kebenarannya.

Dugaan saya digugurkan Prof Hoehn dengan membagi para cantrik yang berdatangan dari berbagai pelosok dunia menjadi dua regu untuk berdebat, misalnya, tentang kursi.

Manfaat dan mudarat

Di dalam perdebatan, regu yang satu harus membenarkan manfaat kursi sementara regu yang satu lagi harus membenarkan mudarat kursi.

Baca juga: Cegah Ekstremisme, Pengamat Ingatkan soal Bahaya Keyakinan pada Kebenaran Tunggal

 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebetulan saya tergabung ke regu yang harus membela manfaat kursi. Lalu Prof Hoehn memberi aba-aba bagi kedua regu untuk mulai sengit berdebat tentang manfaat dan mudarat kursi.

Regu yang membela manfaat kursi segera mengungkapkan manfaaf kursi sebagai perabotan rumah tangga yang sangat penting bagi umat manusia, dengan kursi manusia bisa duduk untuk beristirahat maupun bekerja. Tanpa kursi, manusia lebih cepat lelah pada saat menulis atau main piano. Kursi bisa berfungsi sebagai singgasana bagi para raja dan ratu, jumlah kursi di dewan perwakilan rakyat dapat menjadi ukuran parpol.

Pendek kata, kursi merupakan mahakarya peradaban umat manusia yang memiliki manfaat positif dan konstruktif.

Regu yang ditugaskan untuk membenarkan mudarat kursi segera mengungkap mudarat sebagai perabotan rumah tangga yang tidak dikenal masyarakat padang pasir. Manusia bisa hidup tanpa kursi , terlalu lama duduk di kursi bisa bikin wazir mau pun kerusakan pada tulang punggung.

Kursi di parlemen membuat parpol yang tak segan memperjual-belikannya, duduk di kursi singgasana kepresidenan rawan membuat sang presiden menderita amnesia maka lupa ada segenap janji manis di masa kampanye.

Bagi yang kakinya pernah kesandung kaki kursi dapat merasakan betapa mudarat benda yang namanya kursi itu.

Berbalik arah

Setelah lima belas menit berlalu di tengah suasana kemelut perdebatan sengit tentang kursi oleh dua regu cantrik, mendadak Prof Hoehn memberi aba-aba baru agar regu yang membela harus menyerang kursi sementara regu yang menyerang harus membela kursi.

Saya masih ingat bagaimana kedua regu cantrik Prof Hoehn tertegun, terdiam akibat otak masing-masing anggota regu termasuk saya terasa diputar balik ke arah bertolak belakang 180 derajat dari arah semula.

Setelah sekitar limabelas detik terdiam demi menyesuaikan diri dengan perubahan arah maka kedua regu mulai sengit berdebat demi saling menyerang dan membela kursi.

Yang semula harus pro mendadak harus kontra kursi dan yang semula wajib kontra mendadak wajib pro kursi sesuai titah, instruksi Prof Reinhard Hoehn.

Sejak saat itu saya tersadar tentang kenisbian apa yang disebut sebagai kebenaran. Benar-tidaknya sesuatu kebenaran pada hakikatnya nisbi terkait dari sisi mana dan dengan lensa apa sang kebenaran diterawang oleh siapa.

Terbukti oleh kenyataan bahwa di antara bumi dan langit memang semua hal bisa diperdebatkan, kecuali dilarang oleh dogma yang dibuat oleh penguasa yang berkuasa maka boleh dan bisa mendikte pendapat.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi