Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Awan Panas?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/ANDI HARTIK
Warga di Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo berlarian ketika melihat awan pekat membumbung dari Gunung Semeru, Senin (6/12/2021).
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Gunung Semeru kembali terlihat memuntahkan awan panas pada Senin (6/12/2021) sekitar pukul 09.00 WIB.

Diberitakan Kompas.com, Senin (6/12/2021) awan pekat kecoklatan itu terlihat membubung dari Semeru, yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa.

Informasi erupsi Semeru pada Senin pagi juga dibagikan oleh akun resmi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di media sosial Twitter, Senin pagi.

Muntahan awan panas itu membuat warga Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, lari menyelamatkan diri.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang warga, Dedi Afandi (30) mengungkapkan bahwa awan pekat dari erupsi Semeru sangat berbahaya. Ia pun berencana menuju ke lokasi pengungsian.

"Erupsinya turun lagi, besar, lari-lari," kata Dedi.

Baca juga: Warganet Tanya soal Semeru ke BMKG, Kenali Beda BMKG dan PVMBG

Apa itu awan panas dan mengapa berbahaya?

Akun Twitter MAGMA Indonesia di bawah pengelolaan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menjelaskan tentang apa itu awan panas.

Awan panas guguran atau biasa disebut wedus gembel, adalah arus gas dan material piroklastik bersuhu tinggi yang bergerak sangat cepat.

Fenomena aliran piroklastik ini mengalir dengan kecepatan tinggi di sepanjang lembah gunung api dengan kecepatan rata-rata 100 km/jam.

Adapun luncuran awan panas guguran mampu mencapai kecepatan hingga 700 km/jam

Sementara, gas dan tephra yang dibawa oleh awan panas tersebut dapat mencapai suhu sangat panas, sekitar 1.000 derajat Celcius.

"Aliran piroklastik adalah bahaya erupsi gunung api yang paling mematikan dari semua bahaya erupsi dan dihasilkan sebagai akibat dari letusan eksplosif," demikian MAGMA Indonesia.

Aliran piroklastik pada umumnya menyentuh tanah dan meluncur menuruni lereng gunung api serta dapat menyebar ke samping di bawah gaya gravitasi.

Kecepatannya tergantung pada kerapatan arus, laju keluaran material vulkanik, dan gradien lereng.

Korban jiwa erupsi Semeru 14 orang

Melansir Antara, Senin (6/12/2021), Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menjelaskan, jumlah korban jiwa erupsi Semeru untuk sementara tercatat 14 orang.

“Per pukul 17.30 WIB ini jumlah korban meninggal dunia terdata hingga saat ini berjumlah 14 orang,” ujar dia, saat konferensi pers, Minggu (5/12/2021).

Sementara total korban luka, baik berat maupun ringan, tercatat sebanyak 56 orang.

Adapun penduduk yang terdampak akibat awan panas dan abu vulkanik erupsi Semeru adalah 5.205 jiwa dengan 1.300 orang berada di pengungsian.

Secara terpisah, Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, Wawan Hadi Siswoyo mengatakan, pihaknya mencatat 2.970 rumah terdampak awan panas guguran erupsi Semeru.

Selain itu, 13 fasilitas umum berupa jembatan, sarana pendidikan, dan tempat ibadah juga mengalami kerusakan.

Ahmad mengatakan, awan panas guguran Semeru merusak jembatan Gladak Perak yang menjadi jalur utama arah Lumajang-Malang.

Akibat kerusakan jembatan itu, jalur tersebut terputus total sehingga warga di Kecamatan Pronojiwo dan Tempursari terisolasi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi