Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pemimpin Redaksi Kompas.com
Bergabung sejak: 21 Mar 2016

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Tanda Erupsi Semeru dan Ajakan Berselaras dengan Alam

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/ANDI HARTIK
Coretan di jendela rumah warga yang penuh lumpur di Dusun Sumbersari Umbulan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Senin (6/12/2021). Kampung itu luluh lantak akibat awan panas dari Gunung Semeru yang mengalami erupsi pada Sabtu (4/12/2021) lalu.
Editor: Heru Margianto

HAI, apa kabarmu?

Semoga kabarmu baik karena anugerah kesehatan di akhir tahun 2021.

Desember sebagai pengujung tahun sudah kita jalani seminggu.

Hawa liburan sudah terasa di banyak tempat terutama di tempat yang menjanjikan banyak kegembiraan selama liburan seperti pusat-pusat perbelanjaan.

Pusat perbelanjaan adalah entitas bisnis paling antisipatif untuk semua potensi yang mendatangkan keuntungan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karena karakter untuk selalu mengejar keuntungan, pusat perbelanjaan adalah entitas bisnis paling toleran juga. 

Pusat perbelanjaan bisa menjadi apa saja. Menjelang Natal bisa menjadi sangat kristiani. Menjelang Lebaran bisa menjadi sangat islami. Menjelang Imlek bisa menjadi sangat tionghoa.

Antisipasi pusat-pusat perbelanjaan juga sangat baik. Sebulan sebelum hari perayaan, persiapan dan kemeriaahan penyambutan digelar berkali-kali.  

Kita semua diingatkan. Peringatan disampaikan tanpa lelah, dengan senyum terukur untuk tidak mengatakan seragam.

Mereka tidak ingin kita ketinggalan. Murah hati bukan?

Berkat jasa pusat-pusat perbelanjaan ini, liburan akhir tahun kemudian menjadi agenda masyarakat urban.

Ketika liburan ditangguhkan oleh pemerintah karena melihat masih tingginya ancaman kesehatan, masyarakat urban bereaksi tidak terima.

Hal yang wajar mendapati reaksi masyarakat urban macam ini. Hidup yang dibagi-bagi sangat ketat antara kerja dan liburan adalah alasannya.

Kerja sepanjang tahun demi liburan akhir tahun yang jauh-jauh disiapkan tiba-tiba dilarang. 

Bagaimana hidup seimbang (yang mereka idam-idamkan) bisa dijalankan? Bagitu keluhan masyarakat urban yang terancam hilang waktunya liburan.

Soal hilangnya waktu liburan bisa datang kapan saja sebenarnya, tidak hanya karena larangan pemerintah dengan pertimbangan ancaman kesehatan. 

Alam dengan tanda-tanda nyata sebelumnya bisa menjadi penyebabnya juga.

Sabtu (4/12/2021) pukul 15.20 kebanyakan dari kita dikejutkan dengan erupsi Gunung Semeru yang terletak di perbatasan Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Semeru (3.676 meter) adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa yang tercatat dalam sejarah aktif dan meletus sejak tahun 1818 hingga 2021.

Baca juga: Bukan Hanya Gunung Semeru, Ini Daftar Gunung Berapi Aktif di Indonesia yang Berstatus Waspada dan Siaga

Jika sebagaian dari kita terkejut dengan runtuhnya kubah lava yang membawa awan panas guguran dan abu vulkanik dalam ukuran yang besar, tanda-tanda untuknya sebenarnya sudah nyata sebelumnya di mata para ahli.

Pakar Geofisika Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Wahyudi MS menyebut, sebelum runtuhnya kubah lava, aktivitas kegempaan sangat sering terjadi.

Dalam 90 hari terakhir atau periode September-Desember 2021, terjadi 50-100 kali gempa per hari.

Baca juga: Ahli Ungkap Tanda-tanda Sebelum Gunung Semeru Erupsi, Gempa 50 hingga 100 Kali Sehari

Bagi para peneliti, aktivitas kegempaan yang sering terjadi dan terus meningkat ini menjadi tanda akan terjadinya erupsi besar.

Kira-kira setahun sebelumnya, Oktober 2020, kepulan asap putih setinggi 200-1.000 meter tampak dari puncak Semeru.

Pada 1 Desember 2020, awan panas turun dengan radius 2-11 kilometer ke arah tenggara, arah yang sama seperti awan panas yang turun Sabtu (4/12/2021) lalu.

Oleh para peneliti dan para ahli, Semeru sudah dinyatakan statusnya menjadi waspada atau ada di level 2 pada 2012 bersamaan dengan peningkatan aktivitasnya.

Meskipun tanda-tanda sudah cukup lama dikenali dan kewaspadaan atasnya sudah lama dinyatakan, kepastian kapan persisnya erupsi terjadi tidak bisa dikatakan.

Baca juga: Erupsi Gunung Semeru: Dari Data, Hikayat, sampai Peta Bencana

Karena itu, mendapati erupsi Semeru, terlebih dengan mendapati banyaknya pihak yang kehilangan, kita merasa seperti tidak ada peringatan.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Senin (6/12/2021), 22 orang meninggal dunia dan 27 orang dinyatakan hilang.

Dari 22 orang yang meninggal dunia, 14 orang berasal dari Kecamatan Pronojiwo dan 8 orang berasal dari Kecamatan Candipuro.

Baca juga: UPDATE: Korban Jiwa akibat Erupsi Semeru Kini 22 Orang, 27 Orang Hilang

Dua kecamatan ini tercatat paling parah terdampak erupsi Semeru karena awan panas guguran.

Delapan kecamatan lain terdampak abu vulkanik tebal yang kita saksikan lewat video viral dengan latar depan anak-anak berlarian.

Dari total warga yang terdampak 5.205 jiwa, 2.004 jiwa mengungsi di 19 titik yang disiapkan. Karena kesigapan semua pihak, untuk kebutuhan makanan, selimut, dan matras dipastikan cukup.

Selain catatan untuk mereka meninggal dunia, hilang, dan mengungsi, ada 2.970 rumah rusak, 38 fasilitas pendidikan tidak bisa difungsikan, dan satu jembatan hancur.

Mayoritas masyarakat yang hidup di dekat gunung berapi menyadari bahaya ini. Dalam banyak kesempatan, bahaya tidak dipisahkan dengan berkah yang bisa melingkupi.

Berbeda dengan masyarakat urban yang memisah-misahkan hidup, warga perdesaan di sekitar gunung berapi biasa hidup berselaras karena kehendak alam memang demikian.

Baca juga: Erupsi Gunung Semeru Ada 65 Periode sejak 1818, Yang Terkini dari 2014

Karena itu, apakah erupsi Semeru ini untung apa rugi, berkah atau kutukan, warga perdesaan tidak bisa langsung menyatakan atau membuat penilaian.

Alam dengan logikanya yang kerap tak ternalar sedang berkehendak demikian. Kehendaknya dinyatakan dengan banyak tanda.

Berselaras dengan alam adalah jalan kebijaksanaan seperti dihayati banyak warga di sekitar gunung berapi.

Salam selaras,
Wisnu Nugroho.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi