Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Ahli soal Dugaan Omicron yang Sudah Masuk Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Corona Borealis Studio
Ilustrasi varian Omicron membawa banyak mutasi virus corona. Studi baru, peneliti ungkap varian virus Omicron membawa mutasi dari gen virus flu biasa.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Ahli patologi klinis Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Tonang Dwi Ardyanto menduga bahwa varian Omicron sudah masuk Indonesia.

Menurut Tonang, ada beberapa alasan yang membuatnya menduga varian Omicron sudah masuk Indonesia.

Pertama, sebagian besar kasus karena Omicron tanpa atau hanya gejala ringan, seperti juga laporan dari Afrika Selatan dan beberapa negara lain yang sudah melaporkan kasusnya.

Kedua, jumlah tes PCR Indonesia yang masih di bawah ambang, meskipun rata-rata tes dilaporkan antara 180-200 ribu per hari.

"Pendapat saya: sudah. Penyebaran sudah sedemikian luas di banyak negara sejak dari laporan awalnya. Laporan awal itu pun sebenarnya kasusnya sudah terjadi setidaknya 2 pekan sebelumnya," kata Tonang kepada Kompas.com, Selasa (7/12/2021).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Ahli Menduga Omicron Sudah Masuk Indonesia, Ini Penjelasannya

Testing Covid-19

Tonang mengatakan, saat ini yang banyak dilakukan adalah tes menggunakan antigen. Sementara PCR hanya sekitar 15 persen saja dari total tes.

"Rata-rata sekitar 30 ribu/hari," kata Tonang.

Padahal menurut dia, minimal tes PCR yang harus dilakukan 39.000/hari.

"Itu minimal. Itu juga dengan syarat merata. Sayangnya, 40-50 persen dari jumlah PCR itu di Jakarta saja. Sisanya dibagi 33 provinsi lainnya," ujar dia.

Tonang mengatakan, tes antigen memang masih bisa mendeteksi Omicron, karena targetnya protein N, bukan protein S.

Tapi tes antigen itu baru positif bila viral load tinggi. Sementara jika viral load sudah menurun, maka PCR yang tepat untuk mendeteksinya.

Dia menjelaskan, walaupun antibodi sedang atau sudah mulai menurun, tapi yang pernah terinfeksi atau tervaksinasi itu masih memiliki sel memori.

Sehingga, ketika terjadi infeksi ulang, maka viral load (jumlah virus yang berhasil menginfeksi) cenderung rendah dan masa bertahannya di dalam saluran nafas jauh lebih singkat.

"Maka mudah terjadi terinfeksi tapi "tidak terdeteksi" pada tes antigen," jelas dia.

Baca juga: Varian Omicron Sudah Masuk Indonesia? Ini Analisis Epidemiolog

 

Perlu waspada

Tonang mengatakan, penyebaran varian Omicron di berbagai negara dan dugaan bahwa varian ini sudah masuk Indonesia harus disikapi sebagai kewaspadaan.

Pemerintah dan masyarakat menurut dia harus tetap mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk.

Kalaupun benar Omicron sudah ada di Indonesia, atau ternyata belum ada, pihaknya mengatakan harus tetap dicegah penyebarannya.

Kewaspadaan mesti terus dijaga walaupun sebagian besar kasus Omicron menimbulkan gejala ringan, bahkan sampai saat ini belum ada laporan kematian.

Tonang mengatakan, Indonesia harus belajar dari penyebaran varian Delta di Inggris Raya dan Singapura, yang memiliki proporsi kematian rendah meski kasusnya tinggi.

"Tapi risiko jumlah kematian akan membesar bila jumlah kasusnya melonjak tinggi, melampaui kemampuan sistem pelayanan kesehatan, seperti terjadi di bulan Juli kemarin. Maka kita tetap harus cegah, jangan sampai penyebarannya tidak terkendali," ungkap Tonang.

Masa karantina singkat

Terpisah, epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman juga meyakini infeksi Omicron saat ini sudah ada di Indonesia.

Apalagi menurut Dicky di Asean ini sudah terdeteksi di Malaysia, Singapura, Thailand yang sangat bertetangga dengan Indonesia.

"Bahkan (negara dengan) kapasitas surveillance-nya lebih kuat dari Indonesia pun sudah mendeteksi," ujar Dicky kepada Kompas.com, Selasa (7/12/2021).

"Jadi besar kemungkinan, analisis saya, hipotesis saya, ketika Indonesia menemukan (kasus infeksi Omicron) itu sudah di komunitas," lanjutnya.

Lebih lanjut, Dicky juga menyoroti masa karantina orang dari luar negeri di Indonesia yang sangat singkat.

Sebelum kebijakan terbaru diterapkan, lama masa karantina sempat hanya 3 hari saja.

"Jadi dengan masa karantina yang pendek, kemudian surveillance genomic yang rata-rata 0,2 persen sebelumnya, itu menempatkan kita dalam situasi yang sangat rawan," sebut dia.

Baca juga: Penjelasan Ahli soal Dugaan Omicron yang Sudah Masuk Indonesia

 

Kemampuan virus menyebar

Analisisnya terkait keberadaan varian baru virus corona Omicron sudah ada di tengah masyarakat, tidak lain alasannya dikarenakan kemampuan varian virus Omicron dalam menyebar.

"Sifat Omicron ini begitu cepat menular. Yang harus saya ingatkan, dia sifat eksponensialnya itu cenderung super, 2 kali setidaknya dari Delta. Adanya satu (kasus) saja itu akan me-lead penambahan kasus yang banyak," jelas Dicky.

Seperti diketahui, varian Omicron atau B.1.1.529 pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada 24 November 2021.

Sementara, kasus infeksi B.1.1.529 pertama yang terkonfirmasi diketahui berasal dari spesimen yang dikumpulkan pada 9 November 2021.

Pemerintah pastikan Omicron belum terdeteksi

Meskipun sejumlah ahli memperkirakan varian Omicron sudah masuk Indonesia, namun hingga Selasa (7/12/2021) pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan belum mengonfirmasi satu pun kasus infeksi virus corona varian Omicron yang terdeteksi di Indonesia.

Setidaknya, pada Sabtu (4/12/2021), Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi menegaskan hal itu.

"Ya (belum ada kasus infeksi Omicron terdeteksi di Indonesia)," kata Nadia saat dikonfirmasi Kompas.com.

Baca juga: Upaya Pencegahan Covid-19 Varian Omicron, Apa Saja?

(Sumber: Kompas.com Luthfia Ayu Azanella, Jawahir Gustav Rizal | Editor : Sari Hardiyanto, Rendika Ferri Kurniawan) 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi