Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erupsi Gunung Semeru, Mengapa Banyak Warga Selfie di Lokasi Bencana?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/ANDI HARTIK
Gunung Semeru tampak cerah terlihat dari Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Selasa (7/12/2021)
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Media sosial baru-baru ini diramaikan perihal keluhan maraknya warga yang melakukan swafoto atau selfie di kawasan erupsi Gunung Semeru.

Unggahan keluhan terkait selfie di kawasan erupsi Gunung Semeru tersebut salah satunya diungkapkan oleh akun ini.

Berikut narasi lengkapnya:

"Pelecehan seksual, menghamili terus gak tanggung jawab, selfie di area yang terdampak erupsi gunung Semeru.
Plissss atuh lahh kalian pada kenapa hey?
Munculin rasa kemanusiaan sedikit lah, minimal saling respect ke sesama manusia. Setan juga kayaknya gak gini-gini amat," tulisnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Warning, Ngabuburit di Rel Kereta Terancam Denda Rp 15 Juta

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa pun ikut angkat bicara.

Khofifah mengingatkan warga agar tak mendekat ke arah zona merah di Gunung Semeru apalagi jika hal tersebut dilakukan hanya untuk melakukan swafoto atau selfie.

"Ini lokasi bencana bukan lokasi wisata," kata Khofiah, dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Rabu (8/12/2021) .

Pihaknya mengingatkan agar masyarakat tak mementingkan eksistensi di media sosial apalagi sampai mengabaikan keselamatan diri.

Baca juga: Viral, Video Detik-detik Seorang Perempuan Tewas Tertabrak Kereta Api Sesaat Setelah Selfie di Rel

Lantas, apa yang menjadi alasan atau penyebab fenomena maraknya selfie di tengah bencana?

Analisis alasan warga nekat selfie di lokasi bencana

Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono menilai, foto-foto atau selfie yang dilakukan oleh sejumlah orang di lokasi bencana demikian sebenarnya adalah bagian dari penampilan masyarakat virtual atau hiperealitas society.

“Di dalam masyarakat hiperealitas itu yang dipentingkan adalah identity, bagaimana kostruksi, makna, simbol atau image yang mereka tampilkan,” ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (10/12/2021).

Sehingga, alasan orang-orang melakukan hal semacam ini, imbuhnya adalah sebuah upaya dirinya untuk menampilkan sebuah identitas tentang keberanian.

"Mereka melalui foto tersebut seolah ingin berkata bahwa ‘saya ada di daerah bencana ini dan bencana ini berbahaya dan saya orang yang berani’," katanya lagi.

Baca juga: Suporter Sering Berulah, Ada Apa dengan Sepak Bola Kita?

Drajat menjelaskan, selama ini sudah banyak kejadian orang-orang yang nekat melakukan kegiatan foto selfie di tempat-tempat tak seharusnya.

Tak sedikit yang harus menghadapi beragam masalah yang bahkan membahayakan dirinya seperti terjatuh dari pohon, terjatuh ke jurang dan sebagainya.

Namun menurut Drajat bagi orang-orang yang melakukan hal demikian biasanya tidak mempertimbangkan faktor risiko atas aktivitas yang mereka lakukan.

“Karena waktu mereka menampilkan foto itu yang dipertimbangkan mereka adalah bagaimana ini bisa diketahui banyak orang dalam waktu cepat dan real time,” ungkapnya.

Baca juga: Ramai Pencuri Dikubur Hidup-hidup Warga, Mengapa Main Hakim Sendiri Masih Marak?

Eksis di media sosial

Sehingga kemudian menurutnya orang-orang yang melakukan hal tersebut akan lekas-lekas melakukan share, dan upload di berbagai media sosial untuk menunjukkan bahwa mereka di lokasi kejadian.

Karena hal semacam ini menurut mereka adalah suatu hal yang penting.

“Jadi yang penting (untuk mereka) adalah dia dapat pengakuan dari banyak pihak, dari semua orang, kemudian melihat itu, dikonstruksi itu dia sebagai orang yang ada saat kejadian dengan keberanian dan dengan segala macam respon masyarakat yang tentu diharapkan positif,” imbuh dia.

Baca juga: Bahaya Abu Vulkanik dan Update Kondisi Korban Erupsi Gunung Semeru

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Catatan Erupsi Gunung Semeru

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi