Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peristiwa Pembantaian Nanjing 13 Desember 1937, Ratusan Ribu Warga Sipil Tewas

Baca di App
Lihat Foto
Xinhua/Li Bo
NANJING, 13 Desember, 2020 (Xinhua) -- Sejumlah orang ambil bagian dalam acara penyalaan lilin untuk mengenang para korban Pembantaian Nanjing di hari peringatan nasional ketujuh di Balai Peringatan Korban Pembantaian Nanjing oleh Tentara Jepang di Nanjing, ibu kota Provinsi Jiangsu, China timur, pada 13 Desember 2020.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Hari ini 84 tahun lalu, tepatnya pada 13 Desember 1937, tentara Kekaisaran Jepang menguasai kota Nanjing, China dan memulai pembantaian warga sipil terbesar yang tercatat dalam sejarah.

Melansir History, diperkirakan 200.000 hingga 300.000 penduduk sipil Nanjing tewas di tangan tentara Jepang.

Tentara Jepang membantai penduduk Nanjing tanpa pandang bulu, termasuk mengeksekusi lansia dan balita.

Baca juga: Peringati 80 Tahun Pembantaian Nanjing, Presiden Xi Tak Berkomentar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

 

Memperkosa ribuan perempuan Nanjing

Para tentara Jepang juga memperkosa ribuan perempuan Nanjing, serta menjarah dan membakar sedikitnya sepertiga bangunan di kota itu.

Peristiwa ini menyisakan luka yang begitu membekas di memori rakyat China, dan mempengaruhi hubungan kedua negara hingga saat ini.

Untuk mengenang tragedi ini dan menyuarakan pentingnya perdamaian di antara umat manusia, pemerintah China membangun Nanjing Massacre Memorial Hall, sebuah museum yang menampilkan bukti-bukti sejarah pembantaian Nanjing. 

Dulu ibu kota China

Setelah meraih kemenangan berdarah di Shanghai, tentara Jepang mengalihkan perhatian mereka ke Nanjing, yang merupakan ibu kota China pada saat itu.

Nanjing merupakan kota yang makmur dan pusat industri serta memegang posisi sentral, sehingga pasukan Jepang bertekad untuk menghancurkannya.

Pemimpin China saat itu, Chiang Kai-Shek melihat bahwa prajuritnya kemungkinan besar akan kalah dalam pertempuran untuk mempertahankan Nanjing.

Ia kemudian memerintahkan pemindahan hampir semua pasukan resmi China dari kota, dan membiarkan Nanjing dipertahankan oleh pasukan tambahan yang tidak terlatih.

Chiang juga memerintahkan kota itu tetap dipertahankan dengan cara apa pun, dan melarang evakuasi resmi warganya.

Baca juga: China Bangun Rumah Pembuangan Bayi di Nanjing

 

Melarikan diri dan berharap belas kasih musuh

Banyak yang mengabaikan perintah ini dan melarikan diri, tetapi mereka yang tetap bertahan hanya bisa mengharap belas kasihan dari musuh yang mendekat.

Sementara itu, sekelompok kecil pengusaha dan misionaris Barat yang tergabung dalam Komite Internasional untuk Zona Keamanan Nanjing, berusaha mendirikan daerah netral atau zona aman di kota tersebut yang akan menyediakan perlindungan bagi warga sipil.

Zona aman ini dibuka pada November 1937, dan berisi kamp-kamp kecil pengungsi.

Pada 1 Desember 1937, pemerintah China meninggalkan Nanjing, dan menyerahkan tanggung jawab kota kepada Komite Internasional. Semua warga sipil yang tersisa diperintahkan berlindung ke zona aman untuk keselamatan mereka.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Studio Walt Disney Berdiri 16 Oktober 1923

 

Kedatangan pasukan Jepang

Pada 13 Desember 1937, rombongan pasukan pertama tentara Jepang yang dikomandani oleh Jenderal Matsui Iwane memasuki kota Nanjing.

Melansir Britannica, penghancuran Nanjing dan pembantaian serta pemerkosaan terhadap penduduknya merupakan perintah dari Matsui.

Selama beberapa minggu berikutnya, tentara Jepang melaksanakan perintah Matsui. Mereka melakukan eksekusi massal dan puluhan ribu pemerkosaan.

Tentara Jepang juga menjarah dan membakar hampir seisi kota, sehingga mengakibatkan kehancuran lebih dari sepertiga bangunan di Nanjing.

Meskipun pada awalnya setuju untuk menghormati zona aman Nanjing, namun pada akhirnya para pengungsi tidak bisa menyelamatkan diri dari keganasan tentara Jepang.

Pada Januari 1938, Jepang menyatakan bahwa ketertiban kota telah dipulihkan, dan membongkar zona aman. Pembantaian berlanjut sampai minggu pertama Februari 1938.

Pada 1940, Jepang menjadikan Nanjing sebagai ibu kota pemerintahan boneka China yang dipimpin oleh Wang Ching-wei (Wang Jingwei).

Pemerintahan boneka ini berkuasa hingga Perang Dunia II berakhir.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: John Lennon Dibunuh Penggemarnya

 

Kejahatan perang

Tak lama setelah berakhirnya Perang Dunia II, pemimpin militer Jepang yang melakukan invasi ke China diadili atas tuduhan kejahatan perang.

Jenderal Matsui Iwane dan Tani Hisao, seorang letnan jenderal yang secara pribadi berpartisipasi dalam tindakan pembunuhan dan pemerkosaan, dinyatakan bersalah atas kejahatan perang oleh Pengadilan Militer Internasional untuk Timur Jauh dan dieksekusi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi