Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Kucing Psikopat?

Baca di App
Lihat Foto
PEXELS/JONATHAN COOPER
Wajah kucing yang selalu datar tanpa emosi adalah salah satu faktor yang membuat kucing dinilai psikopat.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com -  Kucing terlihat selalu berekspresi datar dengan tingkah yang seenaknya sendiri.

Di dalam rumah, kucing nampak sering dengan sengaja menjatuhkan barang-barang dari atas meja, merundung dan merebut tempat tidur anjing, tidur di atas kulkas atau di manapun mereka mau, dan diam saja jika dipanggil namanya.

Semua hal-hal yang seperti itu, membuat kucing dicap sebagai binatang yang tak punya perasaan. Secara kasarnya, dinilai sebagai makhluk psikopat.

Benarkah kucing adalah makhluk psikopat?

Baca juga: 6 Fakta Menarik Kucing Hitam Putih atau Kucing Tuksedo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penelitian tentang kucing psikopat

Menilik studi yang ditayangkan di Journal of Research of Personality, sifat dan karakter kucing masuk ke dalam spektrum manusia yang dikategorikan psikopat.

Ilmuwan menggunakan metode Triarchic Psychopaty Measure (TriPM) untuk mengukur keberanian, ketidakmampuan dalam mengendalikan perilaku, dan kekejaman yang ada pada manusia dan primata, untuk menilai kriteria dari seekor kucing.

Dalam penelitian ini, beberapa pemilik kucing diminta menjawab antara setuju atau tak setuju atas beberapa pernyataan seputar perilaku-perilaku kucing mereka.

Seperti apakah kucing sering mengeong tanpa alasan yang jelas, ataukah kucing tak menunjukkan perasaan takut dan bersalah setelah bertindak kurang benar.

Nah dari penelitian atau survei ini, hampir sebagian besar pemilik kucing memiliki jawaban yang sama. Dan jawaban inilah yang membuat kucing masuk ke dalam spektrum psikopat menurut ukuran manusia.

Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Liverpool dan Universitas Liverpool John Moores ini melibatkan 549 pemilik atau penyayang kucing.

Baca juga: Simak, Ini Cara agar Kucing Tidak Kencing Sembarangan di Rumah

Beda anjing dan kucing

Mikel Maria Delgado, peneliti perilaku kucing dari Universitas California, menyatakan bahwa manusia menyimpulkan kucing seekor psikopat hanya karena membandingkan kucing dengan anjing, sesama hewan domestik.

"Manusia menyukai segala sesuatu yang mirip manusia, yaitu anjing dengan ekspresinya. Anjing yang selalu bisa menuruti perintah manusia, anjing yang datang jika dipanggil, dan anjing yang selalu melakukan kontak mata dengan kita," ucapnya seperti dilansir The Atlantic.

Kucing sendiri tak memiliki otot wajah yang bisa melahirkan ekspresi seperti layaknya manusia dan anjing. Jadi ketika kucing menatap kita dengan wajah datar, kita lantas semena-mena menilai mereka psikopat.

Padahal menurut Delgado, itu hanyalah masalah cara kucing berkomunikasi dengan cara yang berbeda. Kucing tak menunjukkan keinginan dan perasaan lewat ekspresi wajah, melainkan lewat gerakan telinga dan ekor.

Yang kedua, adalah soal ikatan hewan dengan manusia. Anjing lebih memiliki ikatan kuat dengan pemiliknya. Sedangkan sebagian besar kucing hanya menilai pemiliknya sebagai sumber makanan saja. Meski tak semua kucing memiliki naluri yang sama.

Ikatan ini bisa jadi lantaran anjing lebih sering diajak kemana-mana oleh pemiliknya, dan kucing lebih sering berada di dalam rumah karena mereka makhluk teritorial. Jadi ikatan yang terhubung pun tak bisa sekuat seperti ikatan anjing dan pemiliknya.

Baca juga: Hati-hati, Kucing Jantan Rentan Terkena Sumbatan Saluran Kencing

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi