Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kematian Pertama akibat Varian Omicron Dilaporkan di Inggris

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Corona Borealis Studio
Ilustrasi varian Omicron membawa banyak mutasi virus corona. Sama-sama variant of concern, bukti awal menunjukkan gejala dari varian Omicron sangat berbeda dengan varian Delta. Bahkan gejala varian Omicron lebih mirip pilek.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Perdana Menteri Boris Johnson mengonfirmasi satu orang di Inggris meninggal setelah terinfeksi Covid-19 varian Omicron.

Dia juga mengatakan bahwa varian baru itu mengakibatkan rawat inap di rumah sakit dan meminta warganya untuk mengambil vaksin booster.

Saat mengunjungi klinik vaksinasi di London, Boris menyebut, orang harus mengesampingkan anggapan bahwa Omicron adalah varian yang lebih ringan.

"Sayangnya ya, Omicron menjalani rawat inap dan sayangnya setidaknya satu pasien telah dipastikan meninggal dengan Omicron," kata Boris, dikutip dari BBC.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laman National Health Service (NHS) pada Senin (13/12/2021) sempat down, setelah lebih dari 100.000 orang memesan vaksin booster.

Mulai Selasa, orang yang divaksinasi lengkap juga akan disarankan untuk melakukan tes harian, jika mereka diidentifikasi sebagai kontak erat dengan pasien Covid-19.

Baca juga: Saat Varian Omicron Mulai Mengganas di Inggris...

Inggris tingkatkan level kewaspadaan

Menteri Kesehatan Sajid Javid sebelumnya mengatakan, ada 10 orang dirawat di rumah sakit di Inggris dengan varian Omicron.

Data menunjukkan Omicron lebih menular daripada varian sebelumnya, dengan kasus berlipat ganda di Inggris setiap dua hingga tiga hari.

Karena situasi itu, Inggris telah menaikkan tingkat kewaspadaan Covid-19 dari level tiga menjadi level empat pada Minggu (12/12/2021).

Pada hari tersebut, Inggris melaporkan 1.239 kasus varian Omicron, sehingga total menjadi 3.137 kasus atau meningkat 65 persen dari 1.898 pada Sabtu (11/12/2021).

Empat kepala petugas medis untuk Inggris, Wales, Skotlandia dan Irlandia Utara mengatakan, langkah itu didorong oleh saran Badan Keamanan Kesehatan Inggris.

"Penularan Covid-19 sudah tinggi di masyarakat, terutama masih didorong oleh Delta, tetapi munculnya Omicron menambah risiko tambahan dan meningkat pesat bagi publik dan layanan kesehatan," kata mereka dalam pernyataan bersama, dikutip dari Aljazeera.

"Data tentang tingkat keparahan akan menjadi lebih jelas selama beberapa minggu mendatang, tetapi rawat inap dari Omicron sudah terjadi dan ini kemungkinan akan meningkat dengan cepat," sambung dia.

Baca juga: Menkes: Omicron Terdeteksi di 72 Negara, Inggris dan Denmark Kasus Terbanyak


Prediksi gelombang besar Omicron

Dalam sebuah studi permodelan penyakit yang dilakukan oleh London School of Hygiene and Tropical Medicine (LSHTM), Inggris diprediksi akan menghadapi gelombang besar Omicron pada Januari 2022, jika tanpa pembatasan lebih lanjut.

Jumlah kematian dari varian ini pada akhir April dapat berkisar antara 25.000 hingga 75.000.

Namun para ahli di balik penelitian tersebut mengatakan masih ada ketidakpastian seputar permodelan.

Ilmuwan lain yang tidak terkait dengan penelitian itu mengatakan, skenario kasus terburuk studi itu mungkin tidak terjadi.

Penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa Omicron tidak terlalu parah, jika Anda telah divaksinasi serta mempertimbangkan langkah-langkah opsional saat ini.

Laporan itu juga mengatakan, jumlah orang yang terinfeksi saat ini berlipat ganda setiap 2,4 hari di Inggris.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi