Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pemerhati Sejarah Maritim
Bergabung sejak: 24 Sep 2021

Pemerhati Sejarah Maritim | Lulusan Magister Ilmu Sejarah Universitas Indonesia.

 

Memperkuat Wawasan Nusantara dalam Dunia Pendidikan Kita

Baca di App
Lihat Foto
Fabian Januarius Kuwado
Tarian Beku. Tarian ini merupakan salah satu atraksi pembuka Hari Nusantara 2016 di Pelabuhan Lewoleba, Lembata, NTT, Selasa (13/12/2016).
Editor: Egidius Patnistik

TANGGAL 13 Desember diperingati sebagai Hari Nusantara. Peringatan Hari Nusantara pertama kali dicanangkan Presiden Abdurrhaman Wahid tahun 1999.

Dua tahun setelahnya, Presiden Megawati Soekarnoputri menerbitkan Surat Keputusan Presiden Nomor 126 tahun 2001 yang isinya menetapkan tanggal 13 Desember sebagai Hari Nusantara.

Peringatan Hari Nusantara ditujukan untuk mempererat ikatan persatuan dan rasa persaudaraan sebangsa. Selain itu, peringatan dimaksudkan agar rakyat Indonesia mengetahui jati diri geografisnya yang menyandang predikat sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.

Predikat ini sangat prestisius dan tidak diperoleh secara instan, melainkan melalui perumusan pemikiran dan perjuangan diplomasi panjang yang asal-usulnya dapat dilacak dari Deklarasi Juanda pada 13 tanggal Desember 1957.

Baca juga: Penguatan Budaya Bahari Jadi Fokus Utama Peringatan Hari Nusantara 2020

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deklarasi Juanda berperan besar dalam memperjuangkan prinsip negara kepulauan dengan mengubah status perairan antar pulau di luar 3 mil yang semula berstatus laut bebas (berdasarkan warisan hukum Hindia Belanda), menjadi perairan teritorial Indonesia.

Dibutuhkan waktu sekitar 25 tahun bagi Indonesia untuk memperoleh pengakuan dunia atas konsep negara kepulauan, yang puncaknya terjadi pada konferensi hukum laut internasional ketiga tahun 1982.

Pengakuan terhadap asas negara kepulauan merupakan prestasi besar dalam sejarah Indonesia sejak menjadi negara merdeka. Wilayah Indonesia menjadi berlipat ganda. Laut tidak lagi menjadi pemisah, melainkan menjadi penghubung dan perekat kesatuan negara Indonesia.

Di sini, dapat pula dikatakan bahwa para diplomat kita telah berhasil mendeklarasikan ulang Nusantara. Nusantara kita kembali seperti semula, yakni menjadi luas dan tak terpisahkan.

Kedaulatan wilayah yang membentang luas ini harus kita jaga dengan semangat persatuan.
Karena itu, pemaknaan kita tentang Hari Nusantara hendaknya jangan berhenti pada kekaguman dalam sudut pandang perluasan wilayah NKRI yang diperjuangkan sejak tahun 1957. Melainkan juga pada kekaguman terhadap realitas kemajemukan yang harus dipelihara sebagai identitas bangsa Indonesia.

Tanpa kesadaran dan kekaguman terhadap keberagaman yang terdapat di bumi Nusantara, kita hanya akan terperosok pada pandangan sempit yang berujung pada pertikaian antar saudara sebangsa. Kita juga akan terus menerus membingkai perbedaan dalam pengkotakan.

Para diplomat kita, dalam perspektif teritorial, telah berhasil “menebus” sesuatu yang menjadi hak negara kepulauan, dan menjadikannya seperti Nusantara yang luas seperti dahulu kala. Maka, kita juga perlu berjuang untuk menebus Nusantara dari upaya penyanderaan terhadap nilai-nilai toleransi dan persatuan sebagai nilai luhur di Nusantara.

Lihat Foto
DOK. KOMINFO
Peringatan Hari Nusantara 2020 mengambil tema ?Penguatan Budaya Bahari Untuk Meningkatkan Ekonomi Maritim di Era Digital?.
Penyanderaan nilai-nilai

Diakui ataupun tidak, perasaan kebangsaan dan nilai toleransi sedang disandera oleh pihak-pihak yang dengan sengaja menyebarkan kebencian, membelah masyarakat melalui provokasi dan cara pandang yang sempit, yang umumnya berkedok agama dan aliran tertentu, sehingga melunturkan nilai persaudaraan dan toleransi sebagai akar budaya bangsa Indonesia.

Di masa lalu, bangsa ini pernah merasakan berbagai upaya politik adu domba (divide et impera) yang dilakukan oleh pihak kolonial. Politik segregasi yang diterapkan pihak kolonial untuk melemahkan ikatan persatuan antara saudara sebangsa memang dapat kita lalui.

Tetapi tantangan yang kita hadapi sekarang harus diakui jauh lebih kompleks. Terlebih di era digital yang serba cepat membuat akses informasi dan komunikasi menjadi tidak terbendung. Yang paling mengkhawatirkan dari mudahnya akses dunia digital ialah adanya inter-relasi dengan muatan ideologi tertentu yang bertentangan dengan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

Kami juga dapat melihat dalam beberapa tahun belakangan, serangkaian hujatan dan upaya menyuburkan sikap skeptis terhadap pemerintahan yang sah menjadi penampakan yang kerap dijumpai di media sosial. Orang-orang seolah kehilangan rasa hormat satu sama lain.

Jangankan yang berbeda agama, bahkan yang seagama pun dapat saling mencaci dan menyalahkan hanya karena perbedaan pandangan dan kepentingan. Publik di Tanah Air menjadi mudah termakan berita bohong dan menyesatkan.

Baca juga: Peringati Hari Nusantara, Kominfo Imbau Para Jurnalis Tak Sebarkan Disinformasi

Realitas ini tentu memunggungi semangat nasionalisme yang sudah seharusnya menjadi nilai yang terpelihara di bumi Busantara. Kita semua perlu berjuang untuk menebus nilai-nilai luhur di Nusantara tercinta ini dari upaya penyanderaan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang menginginkan Indonesia terpecah-belah melalui serangkaian adu domba dan sebaran fitnah.

Upaya kohesif

Semua pihak perlu melakukan upaya kohesif, salah satunya dengan menyebarkan kembali wawasan Nusantara yang dahulu secara aktif ditanamkan pada tiap jenjang pendidikan. Karena bagaimanapun, generasi muda terpelajar Indonesia harus mengenali hakikat keberadaanya untuk hidup rukun di tengah keberagaman.

Jangan sampai penanaman nilai persatuan dan pengenalan landskap budaya melalui wawasan nusantara/kebangsaan menjadi meredup.

Para pendidik di semua jenjang perlu diarahkan pada pelatihan tentang pentingnya memupuk dan memelihara persatuan di tengah keberagaman. Ini hal mendasar yang perlu diupayakan oleh pemegang kebijakan agar skema pendidikan dan pelatihan (diklat) tidak didominasi oleh berbagai uraian teknis-administratif.

Di saat yang sama, lembaga inspektorat juga harus melangkah lebih maju dalam mengaudit sasaran kinerja yang tidak hanya seputar laporan-laporan tekstual dan bersifat administratif, melainkan juga pada upaya untuk menerapkan indikator yang outputnya memiliki relevansi dengan penanaman nilai-nilai nasionalisme khususnya di lembaga pendidikan.

Semua upaya yang mengarah pada penguatan nilai-nilai toleransi dan persatuan perlu dilakukan demi tegaknya NKRI. Sebab tidak banyak negara di dunia ini yang mampu berdiri kokoh di atas keberagaman.

Beberapa negara di dunia harus runtuh dan tercerai-berai dikarenakan adanya pertentangan berlatar perbedaan etnis maupun agama. Ini juga yang dialami sejumlah negara di Timur Tengah pada masa kontemporer.

Padahal dari sisi keragaman etnis, negara-negara Timur Tengah tidak sebesar dan sebanyak Indonesia. Selain itu, dari aspek geografis, negara-negara di kawasan Timur Tengah masih satu hamparan daratan. Tidak seperti Indonesia yang memiliki selat yang memisahkan antara pulau-pulau.

Pada titik ini, kita semua patut mensyukuri kodrat keberagaman dalam bentuk keragaman suku, bahasa, dan agama di Nusantara sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Ini merupakan amanah besar yang harus dipikul dengan kesadaran dan tanggungjawab segenap komponen bangsa.

Untuk itu, perayaan Hari Nusantara harus benar-benar dijadikan sebagai momentum untuk mengingatkan para pemimpin dan seluruh rakyat Indonesia agar terus memupuk semangat persatuan dan persaudaraan di tengah keberagaman.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi