Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Hari Juang Kartika yang Dulunya Disebut Hari Infanteri

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/Syahrul Munir
Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Kabupaten Semarang melaksanakan upacara memperingati HUT ke-45 PDI Perjuangan di Monumen Palagan Ambarawa, Rabu (10/1/2018) siang.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Hari Juang Kartika diperingati setiap 15 Desember.

Sebelumnya, peringatan Hari Juang Kartika disebut sebagai Hari Infanteri.

Lantas, apa itu sebenarnya Hari Juang Kartika dan mengapa diperingati pada tanggal tersebut?

Sejarah Hari Juang Kartika

Melansir Kompas.com, 15 Desember 2019, Hari Juang Kartika pada hakikatnya dilandasi oleh sebuah peristiwa bersejarah dan penting dalam mempertahankan kemerdekaan 76 tahun silam di Kota Ambarawa.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah pembacaan proklamasi kemerdekaan, Indonesia secara tak langsung sudah lepas dari belenggu kolonialisme.

Belanda masih mencoba datang kembali ke Indonesia. Dengan membonceng tentara Sekutu, mereka mulai mendatangi kota-kota besar, salah satunya Kota Ambarawa.

Peristiwa pertempuran tersebut dikenal dengan Palagan Ambarawa. Perang terjadi selama empat hari pada pertengahan Desember 1945. Pertempuran ini berakhir pada 15 Desember 1945.

Baca juga: Segera Daftar, Rekrutmen Tamtama TNI AU 2022 Minimal Lulusan SMP, Ini Syaratnya!

Diberitakan Harian Kompas, 15 Juli 1965, pertempuran di Ambarawa sebagaimana tertulis dalam naskah Palagan Ambarawa terjadi pada 20 November 1945.

Peristiwa ini terjadi karena perebutan air antara pihak Sekutu dan Indonesia di Desa Ngampon.

Masih dari Harian Kompas, 15 Desember 1987, ada kejadian yang membuat Indonesia marah, yakni saat Belanda memasang benderanya di Ambarawa.

Baca juga: Spesifikasi Senjata SS2 V4 Buatan Pindad yang Diamankan TNI dari KKB

Persiapan pertempuran di Ambarawa

Insiden itu kemudian meluas dan menjadi konflik senjata.

Pertempuran pun terjadi antara batalion TKR (Tentara Keamanan Rakyat) beserta para pemuda pejuang Angkatan Muda dengan para pasukan Sekutu.

Kapal HMS Grenroy milik Inggris yang mendaratkan satu batalion tentara elit Gurkha dengan pengalaman tempur ini sebelumnya telah merapat di Pelabuhan Semarang pada 20 Oktober 1965.

Mereka diperkuat dengan adanya brigade artileri dan bantuan belasan pesawat terbang serta kapal penyerang HMS Sussex.

Baca juga: Penjelasan TNI AD soal Video Viral Oknum Prajurit Tendang dan Paksa Pemuda Tempelkan Kuping ke Knalpot

Di kubu Indonesia, di akhir persiapan pertempuran di Ambarawa, TKR dibantu oleh 3 batalion dari Resimen Kedu, 6 dari Purwokerto, 7 dari Yogyakarta, 1 resimen gabungan dari Solo, dan 4 batalyon Divisi Salatiga. Kekuatan tersebut masih ditambah dengan laskar rakyat Indonesia.

Tokoh yang menonjol dalam pertempuran tersebut adalah Panglima Besar Jenderal Sudirman.

Panglima Sudirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan Laskar pada 11 Desember 1945.

Baca juga: Viral, Video Balita di Papua Tak Ingin Berpisah dengan Prajurit TNI

Kehadiran dan keikutsertaan Panglima Besar Jenderal Sudirman

Kehadiran dan keikutsertaan Sudirman bertujuan untuk membangkitkan semangat TKR dan rakyat setelah gugurnya Letkol Isdiman dalam pertempuran sebelumnya.

Di sisi lain, tentara Sekutu juga tetap bertahan di Ambarawa. Sudirman memutuskan bahwa Sekutu harus diusir secepatnya.

Maka, serangan ke Ambarawa dari semua lini dilakukan pada 12 Desember 1945 tepat pukul 04.30 WIB.

Baca juga: Viral Prajurit TNI Rebut Pistol Milik Polisi, Ini Penjelasannya...

Taktik Supit Urang

Komando penyerangan oleh setiap komandan sektor TKR, pasukan-pasukan dari laskar rakyat sebagai barisan pendukung pun dikerahkan dan Palagan Ambarawa dimulai saat itu.

Serangan dilakukan secara bersamaan dan mendadak dari semua sektor.

Sudirman menyebut taktik ini sebagai taktik Supit Urang atau taktik mengunci dan mengurung lawan.

Akibat serangan dengan taktik ini, pasukan Sekutu benar-benar tekurung. Sebab, suplasi dan komunikasi dengan pasukan induk yang berada di Semarang menjadi terputus.

Baca juga: Mengenang 75 Tahun Insiden Penyobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato

Ungaran kemudian dibombardir oleh pesawat Sekutu agar dapat membuka jalan bagi pasukannya untuk bergerak bebas. Serangan udara juga diperluas hingga Solo dan Yogyakarta.

Semangat TKR dan laskar rakyat Indonesia tetap kuat hingga mampu mengusir Sekutu dari Ambarawa.

Perlawanan bersama-sama ini memberikan pelajaran bahwa sesuatu yang dilakukan bersama-sama akan memperoleh hasil yang maksimal

Pada 15 Desember 1945, TKR pada akhirnya berhasil memukul mundur Sekutu dengan persenjataan tak sehebat musuh. Sekutu mundur ke Semarang dan Ambarawa dapat direbut kembali.

Baca juga: Perjalanan Andika Perkasa Menuju Posisi Panglima TNI

(Sumber: Kompas.com/Vina Fadhrotul Mukaromah | Editor: Inggried Dwi Wedhaswary)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi