Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Semeru Naik Status Menjadi Siaga

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Gunung Semeru mengeluarkan lava pijar terlihat dari Desa Sumber Mujur, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, Kamis (9/12/2021). Hasil pengamatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) laporan per 6 jam tanggal 10 desember pukul 12.00 - 18.00 Wib terjadi 2 kali gempa hembusan dengan amplitudo 2 mm yang berdurasi 30-35 detik.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com – Status Gunung Semeru di Jawa Timur naik level dari sebelumnya level II (waspada) menjadi level III (siaga).

Informasi tersebut, dibenarkan oleh Subkoordinator Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Nia Haerani.

"Benar," ujar Nia saat dihubungi Kompas.com, Jumat (17/12/2021).

Peningkatan level statsu Gunung Semeru menjadi siaga juga disampaikan dalam pengumuman yang ditandatangani Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Eko Budi Lelono.

“Mengingat kegiatan Gunung Semeru masih tinggi dan telah terjadi peningkatan jarak luncur awan panas guguran serta aliran lava maka Badan Geologi menyatakan Tingkat Aktivitas Gunung Api Semeru dinaikan dari level WASPADA (Level II) menjadi SIAGA (Level III) terhitung mulai tanggal 16 Desember 2021 pukul 23:00 WIB,” ujar Eko dalam keterangan tertulis, Kamis (16/12/2021). 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Gunung Semeru Naik Status Menjadi Siaga

Aktivitas Gunung Semeru

Badan Geologi ESDM menjelaskan pada hari Kamis (16/12/2021) telah terjadi luncuran awan panas pada Gunung Semeru pukul 09.01 WIB sejauh 4,5 km dari puncak.

Kejadian awan panas guguran tersebut terekam di seismograf dengan amplitude maksimum 25 mm dan durasi 912 detik.

Selain itu, juga terjadi luncuran awan panas pada pukul 09.30 WIB.

Kejadian awan panas ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 17 mm dan durasi 395 detik, namun secara visual tidak teramati karena Gunung Api Semeru tertutup kabut.

Selanjutnya pada pukul 15.42 WIB luncuran awan panas muncul sejauh 4,5 km dari puncak di mana kejadian awan panas terekam di di seismograf dengan amplitudo maksimum 20 mm dan durasi 400 detik.

Adapun kegempaan yang muncul didominasi oleh gempa letusan, hembusan dan guguran.

Gempa guguran menurutnya meningkat tiga hari terakhir sebanyak 15-73 kejadian per hari dari rata-rata 8 kejadian per hari sejak 1 Desember 2021.

“Gempa vulkanik dalam dan tremor harmonik terjadi dalam jumlah yang tidak signifikan,” jelasnya. 

Baca juga: UPDATE Corona 17 Desember: Omicron Ditemukan di Indonesia | 3 Negara Eropa Catat Rekor Kasus Tertinggi Covid-19

 

Potensi awan panas guguran

Badan Geologi ESDM menyebutkan, aktivitas awan panas guguran masih berpotensi terjadi dikarenakan adanya endapan aliran lava dengan panjang aliran kurang lebi 2 km dari pusat erupsi.

Aliran lava ini belum stabil dan berpotensi longsor terutama di bagian ujung alirannya sehingga bisa mengakibatkan awan panas guguran.

Selain berpotensi munculnya awan panas, potensi terjadinya aliran lahar saat ini juga masih tinggi karena curah hujan cukup tinggi di Gunung Semeru.

Apalagi mengingat data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang memperkirakan musim hujan akan berlangsung selama 3 bulan ke depan.

“Secondary explosion juga berpotensi terjadi di sepanjang aliran sungai apabila luncuran awan panas yang terjadi masuk/kontak dengan air sungai,” tulis pengumuman tersebut.

Baca juga: [POPULER TREN] Sudah Terdeteksi di Indonesia, Apa Gejala Omicron?

Rekomendasi 

Adapun dengan adanya kenaikan level ini adapun sejumlah imbauan untuk wisatawan, masyarakat maupun pengunjung yakni:

  1. Mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi,
  2. Tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
  3. Tidak beraktivitas dalam radius 5 Km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar)
  4. Mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

Masyarakat diimbau tidak terpancing oleh berita yang tidak bertanggung jawab terkait aktivitas Gunung Semeru.

Serta diimbau mengikuti arahan instansi yang berwenang yakni Badan Geologi yang akan terus melakukan koordinasi dengan BNPB dan K/L, Pemda, dan instansi terkait lainnya.

Informasi mengenai aktivitas Gunung Api Semeru terkini dapat diperoleh melalui:

  • aplikasi/Website Magma Indonesia: www.vsi.esdm.go.id atau magma.esdm.go.id
  • media sosial PVMBG (Facebook, Twitter, dan Instagram pvmbg

Baca juga: Gunung Awu di Sulawesi Utara Naik Status Menjadi Waspada 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi