Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksin Saja Tidak Cukup untuk Hadapi Omicron, Ini Kata WHO

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo
Omicron
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, vaksin Covid-19 saja tidak cukup untuk menghadapi varian B.1.1.529 atau Omicron yang menyebar.

Sudah ada 77 negara yang sudah melaporkan kasus varian Omicron.

Pihaknya menyampaikan bahwa sebenarnya varian ini kemungkinan sudah tersebar di sebagian besar negara-negara di dunia, meski belum dilaporkan secara resmi.

"77 negara kini sudah melaporkan kasus Omicron dan kenyataannya bahwa Omicron mungkin ada di sebagian besar negara, meskipun belum terdeteksi," ungkap Tedros dalam pernyataannya, Rabu (15/12/2021).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tedros mengungkapkan, varian Omicron menyebar pada tingkat yang belum pernah dilihat dari varian sebelumnya.

Baca juga: Apa Itu Varian Omicron dan Apa Saja Gejalanya?

Baca juga: Omicron Masuk Indonesia, Vaksin Masih Ampuh?

Vaksin saja tidak cukup

Merespons banyaknya negara yang mulai melaporkan sebaran Omicron, Tedros mengingatkan bahwa vaksinasi Covid-19 tidaklah cukup untuk menghadapi varian ini.

"Saya harus sangat jelas: vaksin saja tidak akan membuat negara mana pun keluar dari krisis," kata dia.

Negara-negara memiliki tanggung jawab untuk mencegah penyebaran Omicron dengan langkah-langkah yang sudah terbukti berhasil saat ini.

Tedros menyarankan kepada masyarakat dunia untuk tetap menggunakan masker, menjaga jarak, menjaga sirkulasi udara dan ventilasi, serta menajga kebersihan tangan. Semua itu tetap perlu dilakukan meski sudah mendapat vaksinasi.

"Lakukan semuanya! Lakukan secara konsisten. Lakukan dengan baik," ujar dia.

Baca juga: Varian Omicron Masuk Indonesia, Bagaimana Kronologinya?

Antisipasi lonjakan kasus

Tedros khawatir, orang-orang menganggap remeh Omicron karena gejala yang ditimbulkan tidak terlalu parah.

Kendati demikian, setiap lonjakan kasus bisa berimbas pada sistem kesehatan.

Tidak semua negara memiliki sistem kesehatan yang siap untuk menghadapi lonjakan kasus yang bisa terjadi akibat varian ini.

"Kami khawatir orang-orang menganggap Omicron sebagai hal yang ringan. Apalagi jika omicron memang menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah, jumlah kasus yang begitu banyak sekali lagi dapat membanjiri sistem kesehatan yang tidak siap," jelas Tedros.

Baca juga: Saat WHO Pantau Varian Virus Corona Baru Bernama Mu...

Omicron terdeteksi di Indonesia

Sebagaimana diketahui, satu kasus positif Covid-19 terkonfirmasi meurpakan varian Omicron di Indonesia.

Hal ini diumumkan langsung oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin.

Kasus tersebut terdeteksi pada seorang petugas kebersihan yang bertugas di RS Wisma Atlet.

"Ada tiga orang pekerja kebersihan di Wisma Atlet yang pada 8 Desember lalu dites dan hasilnya positif (Covid-19). Kemudian, pada 10 Desember dikirim ke Balitbangkes untuk dilakukan genome sequencing," ungkap Budi dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (16/12/2021).

Baca juga: Apa Itu Varian Omicron dan Apa Saja Gejalanya?

Pihaknya mengungkapkan, kasus pertama penularan varian Omicron di Indonesia ini bermula dari terdeteksinya tiga orang petugas kebersihan di Wisma Atlet. Salah satu dari mereka terkonfirmasi terinfeksi Omicron.

"Hasilnya keluar pada 15 Desember, yakni dari tiga orang yang positif tadi, satu orang dipastikan terdeteksi (terpapar) varian Omicron," tutur Budi.

Melalui temuan ini, Budi mengingatkan agar masyarakat untuk tetap tenang dan selalu mematuhi protokol kesehatan.

"Tapi, kami harapkan masyarkat tidak panik dan tetap mematuhi protokol kesehatan," imbuh dia.

Baca juga: Varian Covid-19 Omicron Masuk Indonesia, Masyarakat Harus Bagaimana?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Varian Corona B.1.1.529

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi