Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: Omicron Mengancam Kelompok Rentan

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Askarim
Ilustrasi WHO.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa lonjakan kasus akibat varian B.1.1.529 atau Omicron berbahaya bagi kelompok rentan.

Pimpinan Teknis Covid-19 WHO, dr Maria Van Kerkhove, menyatakan kekhawatirannya orang-orang menganggap remeh varian Omicron karena gejala yang ditimbulkan umumnya tidak terlalu parah.

Apalagi, cakupan vaksinasi saat ini sudah cukup tinggi.

Ia mengingatkan, kelompok rentan sangat diperhitungkan dalam penanganan pandemi.

"Jadi, masih terlalu dini untuk mengetahui apakah Omicron lebih parah atau tidak, tetapi kami memiliki beberapa laporan awal bahwa itu tidak terlalu parah. Sekarang, jangan tertipu. Bahkan jika kita memiliki virus yang menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah, virus ini dapat menyerang populasi yang rentan," ujar Maria, dalam melalui unggahan YouTube WHO, Jumat (17/12/20210).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Vaksin Saja Tidak Cukup untuk Hadapi Omicron, Ini Kata WHO

Siapa saja kelompok rentan?

Seperti saat awal pandemi Covid-19, WHO sudah memetakan kelompok mana saja yang memiliki risiko tinggi keparahan penyakit dan kematian akibat virus corona.

Pertama, mereka yang memiliki komorbid. Kedua, kelompok usia lanjut.

"Dan kami tahu orang-orang dengan kondisi yang mendasarinya, orang lanjut usia, jika mereka terinfeksi varian SARS-CoV-2, termasuk Omicron, mereka berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah," kata Maria.

Yang bisa dilakukan adalah mencegah angka penularan di semua populasi, baik yang sudah divaksin maupun yang belum.

Lonjakan kasus bisa sangat memengaruhi sistem kesehatan. Belum lagi tidak semua negara memiliki kapasitas dan sistem kesehatan yang siap menghadapi lonjakan kasus akibat varian Omicron.

"Lebih banyak kasus berarti lebih banyak angka rawat inap, dan lebih banyak rawat inap dapat menempatkan sistem kesehatan yang sudah terbebani menjadi tidak terkendali," ujar Maria.

"Namun, sekali lagi, jika kita memiliki lebih banyak kasus, lebih banyak kasus berarti lebih banyak rawat inap. Dan jika sistem perawatan kesehatan terbebani, orang akan mati karena tidak mendapatkan perawatan sesuai yang mereka butuhkan," lanjut dia.

Keparahan penyakit 

Berdasarkan laporan awal yang diterima WHO, varian Omicron memang menunjukkan gejala yang tidak terlalu parah dibanding varian Delta.

Namun, varian ini masih terus dipelajari. Sejauh ini, Omicron memiliki spektrum penyakit yang lengkap.

Spektrum itu mulai dari infeksi tanpa gejala, infeksi ringan, orang yang membutuhkan rawat inap, dan orang yang meninggal karena Omicron.

"Dalam hal presentasi penyakit, ada banyak penelitian yang sedang dilakukan yang melihat hal ini dan orang yang terinfeksi Omicron dibandingkan dengan varian lainnya. Kami belum melihat perubahan dalam profil penyakit," ujar Maria.

WHO belum melihat perubahan gejala yang dialami orang dengan Omicron dibandingkan dengan Delta.

Baca juga: Rekomendasi Ahli, Masker Terbaik untuk Cegah Varian Omicron

Transmisibilitas Omicron

WHO menyebutkan, Omicron lebih cepat bertumbuh dibandingkan Delta. Artinya, ada potensi peningkatan besar dalam hal infeksi dari satu orang ke orang lain.

"Dalam hal transmisibilitas, kami melihat tingkat pertumbuhan Omicron yang benar-benar meningkat dibandingkan varian lain yang menjadi perhatian," kata Maria.

Sejak pertama kali terdeteksi pada 24 November 2021, Omicron menyebar ke lebih dari 77 negara. 

Indonesia termasu di dalamnya. Pada Kamis (16/12/2021), pemerintah mengumumkan satu kasus terdeteksi di RSDC Wisma Atlet, Jakarta.

"Masih terlalu dini bagi kita untuk memiliki pemahaman penuh, tetapi apa yang dapat kami katakan adalah bahwa beberapa mutasi yang diidentifikasi di Omicron akan memberikan keuntungan pertumbuhan, akan memungkinkannya untuk lebih menular," jelas Maria.

WHO khawatir, akan ada lebih banyak kasus jika terjadi peningkatan penularan.

Apa yang bisa kita lakukan?

Sama seperti varian lainnya, Omicron bisa dihadapi dengan menerapkan protokol kesehatan dan memperluas cakupan vaksinasi.

Maria menyarankan agar masyarakat jangan menunda-nunda untuk mendapatkan suntikan vaksin Covid-19. Terutama, bagi mereka yang memiliki komorbid atau berusia 60 tahun ke atas.

"Sekarang ada banyak penelitian yang sedang dilakukan yang melihat efektivitas vaksin terhadap Omicron. Dan studi ini sedang berlangsung. Kami belum memiliki gambaran yang lengkap, tetapi yang kami tahu adalah bahwa lebih baik divaksinasi daripada tidak," terang Maria.

Faktor utama yang berperan besar saat ini adalah menghindari transmisi virus dengan cara menjaga diri sendiri dan orang lain.

Langkah yang bisa dilakukan untuk menghadapi Omicron yakni:

  • Menjaga jarak fisik
  • Memakai masker yang pas
  • Menjaga kebersihan tangan
  • Menghindari keramaian
  • Mengatur sirkulasi udara dan ventilasi tempat kita tinggal, bekerja, atau tempat belajar.

"Faktor terbesar saat ini adalah memastikan Anda mengurangi paparan virus, apa pun varian yang beredar," kata Maria.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara Pantau Penyebaran Varian Omicron di Dunia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi