Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muntahan Paus hingga Porang, Ini 5 Benda yang Dijual sampai Miliaran Rupiah

Baca di App
Lihat Foto
VIRALPRESS via THE SUN
Siriporn Niamrin (kanan) berfoto dengan muntahan paus atau ambergris yang ditemukannya di pantai Nakhon Si Thammarat, Thailand selatan, pada 23 Februari 2021. Bongkahan itu harganya ditaksir sekitar Rp 3,7 miliar.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Sepanjang 2021 terdapat beragam peristiwa yang viral atau menjadi pembicaraan.

Salah satunya tentang benda-benda yang tidak disangka bisa bernilai jutaan hingga miliaran.

Apa saja itu?

Baca juga: Bungkus McD BTS Meal Dijual hingga Rp 599 Juta di Marketplace

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1. Bungkus McD BTS Meal

Pada pertengahan 2021, restoran cepat saji McDonald's membuat geger penggemar grup K-pop asal Korea Selatan BTS (Army) di Indonesia dengan mengeluarkan menu BTS Meal.

Menu BTS Meal berisi paket makanan yang ditawarkan berupa nugget ayam, kentang goreng, dan minuman bersoda yang dikemas dengan kemasan khusus berwarna ungu.

Selain itu, BTS Meal juga disertai dua saus (dipping sauce), saus pedas manis, dan saus Cajun khas Korea Selatan.

Seketika menu tersebut viral, karena banyaknya penggemar BTS di Indonesia. Tak hanya membeli makanannya, orang-orang yang tidak kebagian berusaha mendapatkan bungkusnya.

Diberitakan Kompas.com, 10 Juni 2021, bungkus BTS Meal dijual di marketplace dengan harga fantastis, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan. Bahkan ada yang menjual bungkus bekas BTS Meal senilai Rp 599 juta.

Baca juga: Apa Itu Ambergris, Muntahan Paus yang Harganya Miliaran Rupiah?

2. Muntahan Paus

Benda aneh yang viral karena nilainya miliaran adalah muntahan paus atau disebut ambergis.

Diberitakan Kompas.com, 6 Oktober 2021, seorang nelayan Narong Phetcharaj menemukan muntahan paus langka di pantai Thailand.

Muntahan paus seberat 30 kilogram itu nilainya mencapai lebih dari 1 juta poundsterling atau sekitar Rp 19 miliar.

Kepastian bahwa bongkahan tersebut adalah benar muntahan paus didapat setelah nelayan tersebut membawanya ke para ahli di Universitas Prince of Songkla, yang mengidentifikasinya sebagai ambergris.

Ambergris atau muntahan paus adalah benda yang memiliki sifat seperti lilin dan memiliki harga yang sangat mahal di pasaran hususnya di negara-negara teluk.

Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya harga ambergris adalah keberadaannya yang sulit ditemukan.

Ambergris berasal dari usus atau sistem pencernaan paus sperma yang dikeluarkan melalui mulutnya.

Muntahan paus atau ambergris keluar dari perut paus dalam bentuk bongkahan besar dan kemudian mengapung di lautan. Saat mengapung di lautan dan terkena sinar matahari, ambergris yang mirip kotoran paus berubah mengeras menjadi seperti batu.

Meskipun berbau amis atau menyerupai bau ikan saat pertama kali diproduksi, muntahan paus akan mengalami perubahan aroma seiring berjalannya waktu. Baunya akan menjadi manis dan berbau khas seperti tanah.

Oleh karena itu, muntahan paus sperma ini banyak dilirik oleh industri yang bergerak di bidang kosmetik dan parfum. Muntahan paus biasa dijadikan sebagai pengikat aroma pada parfum dan wewangian langka, seperti musk.

Aroma yang sulit dideskripsikan ini berasal dari proses oksidasi dan penggabungan dari berbagai elemen, mulai dari matahari, pasir, udara, garam laut, mineral laut, dan air. Bau khas ini banyak diinginkan oleh para pakar parfum di dunia.

Baca juga: Cara Menanam Porang Tanpa Modal, Potensi Untung Puluhan Juta Rupiah

3. Porang

Tanaman porang yang memiliki nama latin Amorphophallus muelleri itu menjadi primadona di kalangan petani Indonesia, lantaran harganya menjanjikan.

Salah satunya seorang petani asal Desa Karangjong, Ngawen, Blora, Heriyanto mengaku, bukan perkara sulit untuk mendapatkan keuntungan Rp 500 juta dalam setahun dengan menanam porang.

"Ini dalam satu hektar kalau dengan modal bibit sekitar sekilo isi 5, itu dalam setahun itu mencari target sekitar 500 juta. Insyaallah tercapai," kata Heriyanto.

Dia mengungkapkan, modal kerja per hektar estimasinya sekitar Rp 100-120 juta setahun. Itu baru dihitung dari umbinya.

"Sekarang detik ini (katak) sekilo fresh Rp 190.000. Nanti kalau sudah dikarantina sebulan itu bisa nyampe Rp 250.000, pas musim tanam tembus di Rp 500.000 sekilo," jelas dia.

Guru Besar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB University Edi Santosa mengungkapkan, tanaman porang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, karena kandungan senyawa yang ada di dalamnya, yakni glukomanan.

"Senyawa glukomanan ini dinilai dapat menjadi sumber bahan pangan yang sehat, menurunkan kadar kolesterol, menurunkan kadar gula darah, mencegah kanker, menurunkan berat badan, dan mengatasi sembelit," ungkap Edi, dikutip Kompas.com, 22 April 2021.

Selain itu, senyawa glukomanan juga dapat dimanfaatkan untuk pelapis obat di bidang medis.

Baca juga: Ramai Uang Rp 1.000 Kelapa Sawit Dijual hingga Rp 300 Juta, Ini Tanggapan BI

4. Uang Koin Kelapa Sawit

Uang logam Rp 1.000 bergambar kelapa sawit ramai dibicarakan di media sosial setelah dijual dengan harga fantastis yakni Rp 300 juta.

Diberitakan Kompas.com, 13 Agustus 2021, di salah satu marketplace, uang logam tersebut dijual mulai harga ribuan hingga ratusan juta rupiah.

Tidak hanya satu, tapi ada setidaknya 13 uang logam Rp 1.000 bergambar kelapa sawit yang dijual dengan harga ratusan juta. Uang-uang tersebut dalam kondisi bekas pakai dari berbagai daerah di Indonesia.

Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Junanto Herdiawan mengatakan, uang pecahan Rp 1.000 bergambar kelapa sawit masih berlaku. Sehingga nilainya sesuai dengan yang tertera.

Akan tetapi jika masyarakat membeli uang tersebut untuk koleksi (bukan transaksi), maka harga uang logam ini bergantung pada kesepakatan pembeli dan penjual.

Baca juga: Makalah yang Dinilai Elon Musk Terjual Ratusan Juta Rupiah

5. Makalah Elon Musk

Di luar negeri, beberapa makalah universitas yang dinilai oleh Elon Musk terjual dengan harga hampir 8.000 dollar AS atau setara Rp 114 juta.

Mengutip Kompas.com, 14 Desember 2021, makalah itu berasal dari mantan mahasiswa Wharton School of Business di University of Pennsylvania, Brian Thomas.

Pada 1995, dia membuat makalah berjudul "Enterpreneurship: Implementation and Operations", yang dinilai oleh Profesor Myles Bass.

Kebetulan, ketika itu Musk merupakan asisten pengajar Bass. Dia akhirnya memberikan nilai pada makalah Thomas dengan mencantumkan inisial namanya, EM.

Seolah melihat peluang untuk memeroleh keuntungan, Thomas lalu menyerahkan makalah yang dinilai Musk tadi ke rumah lelang RR Auctions.

(Sumber: Kompas.com/Gading Perkasa, Ramdhan Triyadi Bempah, Nur Fitriatus Shalihah, Mela Arnani | Editor: Wisnubrata, Irfan Maullana, Inggried Dwi Wedhaswary, Sari Hardiyanto, Rizal Setyo Nugroho)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi