Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Kurikulum 2022 SMA Tidak Ada Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa, Benarkah?

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Istimewa
Siswa SMA Negeri 6 mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas pada Jumat (1/10/2021).
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com – Kabar mengenai adanya Kurikulum 2022 yang tidak lagi menggunakan penjurusan kelas IPS, IPA, dan Bahasa bagi siswa SMA, ramai dibahas di media sosial. 

Salah satu akun yang membicarakan mengenai hal ini adalah akun TikTok @nnuriii_. Disebutkan bahwa Kurikulum 2022 tidak ada lagi kelas IPA, IPS, dan bahasa. 

“Kebijakan Kurikulum 2022. Tidak Ada Lagi Jurusan IPA, IPS Dan Bahasa,” tulis akun tersebut dalm video yang ia unggah.

“KENAPA PAS AKU LULUS BARU ADA KURIKULUM INI” tulisnya dalam caption video unggahannya.

Hingga kini postingan tersebut telah dilihat lebih dari 4,8 juta kali dan disukai lebih dari 784,600 pengguna.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah di Kurikulum 2022 untuk siswa SMA tidak ada lagi penjurusan IPA, IPS dan Bahasa?

Baca juga: Tahun 2022, Kemendikbud Ristek Ganti Kurikulum yang Lebih Fleksibel

Penjelasan Kemendikbud

Terkait hal tersebut Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Assesmen Pendidikan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Anindito Aditomo memberikan penjelasannya. 

Pihaknya menjelaskan bahwa yang dimaksud masyarakat mengenai Kurikulum 2022 tersebut adalah kurikulum prototipe. Sedangkan kurikulum resmi yang masih digunakan hingga saat ini adalah Kurikulum 2013. 

“Kurikulum prototipe tidak disebut sebagai Kurikulum 2022 karena pada tahun 2022 sifatnya opsional,” jelas Anindito yang akrab disapa Nino saat dihubungi Kompas.com, Senin (20/12/2021).

Dalam kurikulum prototipe ini nantinya siswa SMA akan diperbolehkan meramu sendiri kombinasi mata pelajaran sesuai dengan minatnya.

“Alih-alih dikotakkan ke dalam jurusan IPA, IPS dan Bahasa, siswa kelas 11 dan 12 akan boleh meramu sendiri kombinasi mata pelajaran yang sesuai dengan minatnya,” ujar dia.

Nantinya kurikulum ini akan ditawarkan kepada semua sekolah, namun kurikulum prototipe hanya akan diterapkan di satuan pendidikan yang berminat menggunakannya sebagai sebagai alat untuk transformasi pembelajaran.

Baca juga: Kurikulum: Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan Komponennya

 

Contoh penerapan Kurikulum Prototipe

Contoh penerapan kurikulum prototipe, siswa yang ingin menjadi insinyur nantinya boleh mengambil matematika lanjutan dan fisika lanjutan, tanpa mengambil biologi.

Siswa tersebut kemudian boleh mengkombinasikannya dengan mata pelajaran IPS, bahasa, dan kecakapan hidup yang sejalan dengan minat maupun rencana karirnya.

Kurikulum prototipe menurutnya dirancang untuk memberi ruang lebih banyak, bagi pengembangan karakter dan kompetensi siswa.

Selain itu, kurikulum prototipe menurutnya akan memberi kesempatan pada siswa untuk menekuni minatnya secara lebih fleksibel.

Dalam kurikulum prototipe, siswa diharuskan mengambil 18 jam pelajaran wajib dan 20 jam pelajaran pilihan per minggu.

Mata pelajaran wajib yang harus diambil para siswa yakni:

  • Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
  • Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
  • Bahasa Indonesia
  • Bahasa Inggris
  • Matematika
  • Seni Musik
  • Pendidikan Jasamani, Olahraga dan Kesehatan
  • Sejarah.

Baca juga: Aturan Lengkap Tempat Wisata Selama Libur Nataru 2021/2022

Uji coba 2.500 sekolah

Nino mengatakan, kurikulum prototipe ini sudah diuji cobakan pada sekitar 2.500-an sekolah pada tahun 2021.

Pihaknya mengatakan, hasil evaluasi terhadap kurikulum prototipe ini sudah ada, namun belum diterbitkan.

“Secara umum hasilnya bagus. Banyak sekolah yang terdorong untuk melakukan inovasi pembelajaran, termasuk sekolah-sekolah yang secara sarana prasarana sebenarnya terbatas,” ujar dia.

Sebelumnya, Nino dalam unggahan Instagramnya 30 November 2021 menyampaikan bahwa kurikulum prototipe akan lebih berfokus pada materi esensial, dan tidak terlalu padat materi.

Ia menyebut kurikulum ini penting agar guru punya waktu untuk pengembangan karakter dan kompetensi.

“Jadi bukan hanya sekedar kejar tayang materi yang ada di buku teks saja,” ujar dia.

Baca juga: Syarat Masuk Sekolah Tinggi Milik BMKG, Kuliah Gratis dan Jadi CPNS

 

Kurikulum prototipe saat ini telah diterapkan pada 2.500-an sekolah melalui Program Sekolah Penggerak. Sekolah dalam program tersebut dinilai mencerminkan keragaman yang ada pada sistem pendidikan di Indonesia saat ini.

Di mana sebagian besar merupakan sekolah yang “biasa” saja, bukan sekolah favorit atau unggul. Serta bukan sekolah yang memiliki fasilitas berlebih.

“Banyak yang justru kekurangan secara sarana-prasarana. Sebagian juga berada di daerah tertinggal,” ujar dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi