Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Ketua Umum PBNU 2021-2026, Ini Profil Yahya Cholil Staquf

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Yahya Cholil Staquf saat menjabat Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memberikan keterangan pers usai sidang pleno laporan pertanggungjawaban PBNU pada Muktamar NU ke-34 di UIN Raden Intan, Lampung, Kamis (23/12/2021). Yahya Cholil Staquf atau yang akrab disapa Gus Yahya itu maju sebagai calon Ketua Umum PBNU pada Muktamar NU ke-34. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya resmi terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2021-2026.

Gus Yahya terpilih usai meraih 337 suara, unggul atas Said Aqil Siradj selaku petahana yang memperoleh 210 suara dalam Muktamar ke-34 NU di Lampung, Jumat (24/12/2021).

"Dari 548 suara yang masuk untuk Said Aqil 210, untuk Yahya Cholil Staquf 337 dan satu suara batal," ujar pimpinan sidang dari tayangan YouTube TVNU Televisi Nahdlatul Ulama, Jumat.

"Jadi suara terbanyak Gus Yahya," lanjutnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Profil KH Miftachul Akhyar, Rais Aam PBNU Periode 2021-2026

Berikut profil dan sepak terjang Gus Yahya:

Profil KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya)

KH Yahya Cholil Staquf atau yang akrab disapa Gus Yahya lahir di Rembang, Jawa Tengah, 16 Februari 1966.

Sebelum ditetapkan sebagai ketua umum, Gus Yahya menjabat sebagai Katiba Aam PBNU.

Pada era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Gus Yahya dipercaya menjadi juru bicara presiden.

Pada 2018, ia juga diangkat menjadi Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) oleh Presiden Joko Widodo.

Dikutip dari Harian Kompas, 11 November 2000, Gus Yahya masih keponakan Gus Mus atau KH Mustofa Bisri.

Baca juga: Profil 4 Bakal Calon Ketua Umum PBNU

Gus Yahya terbiasa dengan tradisi pesantren NU

Sejak kecil, Gus Yahya terbiasa dengan tradisi pesantren NU.

Dari pesantren di kampungnya di Rembang, ia berkelana ke pesantren-pesantren di Yogyakarta.

Di kota pelajar itu pula Gus Yahya menuntut ilmu pengetahuan di SMP, SMA, dan menyelesaikan sarjana bidang sosial politik di Unversitas Gadjah Mada (UGM).

Setelah satu tahun belajar di Mekkah, Arab Saudi (1996-1997), ia kembali ke kampungnya dan mengajar di pesantren.

Gus Yahya juga pernah menjabat Wakil Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Baca juga: Meski Haram, Berikut 5 Alasan MUI Bolehkan Penggunaan Vaksin Covid-19 AstraZeneca

Gus Yahya masuk Policy Exchange

Harian Kompas, 23 Juli 2020 memberitakan, Gus Yahya pernah terpilih sebagai anggota Komisi Indo-Pasifik pada lembaga think tank di Inggris, Policy Exchange.

Komisi Indo-Pasifik lembaga ini dipimpin mantan Perdana Menteri (PM) Kanada Stephen Harper.

Adapun komisi tersebut beranggotakan 15 tokoh dari kalangan diplomat, pemimpin dunia usaha, politisi, pemimpin militer dan sipil dari Inggris, AS, Jepang, India, Korea Selatan, Australia, Singapura, dan Indonesia.

Adapun Gus Yahya saat itu mewakili Indonesia.

Tujuan komisi ini adalah menyusun cetak biru pendekatan strategis baru terhadap kawasan Indo-Pasifik melalui kajian perdagangan, diplomasi, politik, pertahanan, dan keamanan di Indo-Pasifik.

Baca juga: Ini Susunan Lengkap Dewan Pimpinan Harian MUI Periode 2020-2025

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi