Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Natal 1914: Gencatan Senjata Perang Dunia I Jerman dan Inggris

Baca di App
Lihat Foto
AP Photo/Independent
Ilustrasi para tentara bermain sepakbola saat Gencatan Senjata Natal 1914 di Ploegsteert, Belgia
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Perang Dunia I merupakan salah satu peristiwa paling berdarah dalam sejarah umat manusia.

Perang yang melibatkan sejumlah negara Eropa, termasuk Inggris dan Jerman, dimulai sejak musim panas 1914.

Namun momen tak terduga terjadi ketika memasuki bulan Desember 1914, tepatnya pada Malam Natal dan Hari Natal, 24-25 Desember 1914.

Baca juga: Merry Christmas 2021: Ucapan Selamat Natal, Gambar, dan Twibbon Natal 2021

Pada hari itu, para prajurit dari kedua pihak yang berseteru, Inggris dan Jerman, mengadakan gencatan senjata tidak resmi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka menghentikan baku tembak, saling berjabat tangan, menyanyikan lagu-lagu Natal, dan bahkan bermain sepakbola, bertukar makanan, minuman, serta rokok.

Perang Dunia I

Melansir Britannica, negara-negara Eropa berperang pada musim panas 1914 dengan keyakinan bahwa konflik bersenjata itu akan berakhir pada Natal tahun yang sama.

Namun, hanya dalam beberapa bulan, ratusan ribu tentara tewas dalam pertempuran sengit.

Perang itu justru menghasilkan kebuntuan berkepanjangan bagi kedua belah pihak yang sama-sama seimbang dari segi kekuatan.

Ketika itu, medan pertempuran membentang dari perbatasan Swiss ke Laut Utara. Untuk diketahui, Perang Dunia I berlangsung dengan metode perang parit.

Para prajurit dari kedua belah pihak membangun parit-parit sebagai daerah pertahanan, dan mencoba menguasai parit musuh.

Parit itu juga merupakan tempat tinggal para prajurit di medan perang, tempat di mana mereka makan dan juga tidur.

Baca juga: Ucapan Selamat Natal dan Twibbon Hari Natal 2021

 

Pada bulan Desember 1914, hujan lebat selama berminggu-minggu telah mengubah parit dan medan perang yang memisahkan mereka yang bertikai menjadi rawa dingin dan berlumpur.

Pada 7 Desember 1914, Paus Benediktus XV mengeluarkan seruan kepada para pemimpin Eropa agar baku tembak dapat dihentikan setidaknya pada "malam para malaikat bernyanyi” (Malam Natal).

Harapan Benediktus adalah bahwa gencatan senjata akan memungkinkan pihak-pihak yang bertikai untuk merundingkan perdamaian, tetapi seruan itu tidak terlalu diindahkan oleh kedua belah pihak.

Baca juga: Kontroversi Snowdrop dan Sejarah Demokrasi di Korea Selatan

Perdamaian saat Natal

Melansir History, meskipun para pemimpin Eropa tidak pernah mengeluarkan perintah gencatan senjata, namun para prajurit di medan perang berpikir sebaliknya.

Prajurit Inggris dan Jerman yang pada hari-hari sebelumnya berupaya saling bunuh, justru saling berjabat tangan seperti saudara jauh ketika Natal tiba.

Momen perdamaian yang sulit dipercaya itu tercatat dalam kesaksian, surat-surat, serta buku-buku harian para prajurit Perang Dunia I.

Seorang tentara Inggris bernama J. Reading menulis surat kepada istrinya, yang menggambarkan suasana Natal di medan perang.

“Kesatuanku kebetulan berada di garis depan pada malam Natal, dan ketika itu adalah giliranku untuk berjaga di sebuah rumah kosong sampai pukul 6:30 pada pagi Natal," tulis Reading dalam suratnya.

Berbagi rokok dan bermain bola 

Reading mengatakan, pada pagi hari, orang-orang Jerman mulai bernyanyi dan berteriak, semuanya dalam bahasa Inggris yang baik.

Mereka berteriak: 'Apakah Anda Brigade Senapan; apakah Anda memiliki botol minuman tersisa? Jika iya, mari kita bertemu'. 

“Kemudian mereka menghampiri kami, dan Kesatuan kami pergi menemui mereka. Aku berjabat tangan dengan beberapa dari mereka, dan mereka memberi kami rokok dan cerutu. Kami tidak saling tembak hari itu, dan semuanya begitu damai seperti mimpi.” ungkap Reading.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: John Lennon Dibunuh Penggemarnya

 

Ngobrol, padahal sebelumnya saling tembak

Pengalaman yang sukar dipercaya itu juga diungkapkan oleh prajurit Inggris lainnya, John Ferguson dalam kesaksiannya.

“Di sini kami bercanda dan mengobrol dengan pria yang hanya beberapa jam sebelumnya kami coba membunuhnya,” ujar Ferguson.

Selain berbagi makanan, minuman, dan rokok para prajurit Inggris dan Jerman juga sempat mengadakan pertandingan sepak bola dadakan.

Hal itu diungkapkan Letnan Jerman Kurt Zehmisch dari Infanteri Saxon 134 dalam catatan yang ia tulis di buku hariannya.

“Orang-orang Inggris itu membawa bola sepak dari parit mereka, dan segera terjadi permainan yang meriah,” tulisnya.

“Betapa luar biasa indahnya, namun betapa anehnya itu. Para perwira Inggris merasakan hal yang sama tentang hal itu. Jadi Natal, perayaan Cinta, berhasil menyatukan musuh bebuyutan sebagai teman untuk sementara waktu,” ungkap Zehmisch.

Baca juga: Misteri Kasus Pembunuhan Mahasiswi di Jepang, Polisi Periksa 75.000 Saksi hingga Janjikan Hadiah Rp 1 Miliar

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi