Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Natal Identik dengan Pohon Cemara? Berikut Sejarahnya

Baca di App
Lihat Foto
pexels.com
Pohon cemara
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Pohon cemara selalu menjadi ikon Hari Natal, selain Santa Claus dan Sinterklas. 

Salah satu benda yang hampir selalu ada di saat perayaan Natal, apa lagi kalau bukan pohon cemara atau pohon Natal.

Benda yang satu itu biasanya dipajang di rumah-rumah umat Kristiani menjelang, saat, hingga setelah momentum Hari Raya Natal.

Bagaimana sejarahnya pohon cemara identik dengan pohon Natal dan apa folosofinya?

Baca juga: Jelang Natal, Penjual Pohon Cemara Ramai Pembeli

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lambang kehidupan abadi

Melansir Britannica, secara tradisional pohon cemara memang telah menjadi simbol Kristen.

Penggunaan pohon cemara sebagai rangkaian hiasan Natal berbentuk bulat (wreath) atau memanjang (garland) merupakan kebiasaan orang Mesir Kuno, China, dan Ibrani untuk melambangkan kehidupan yang abadi.

Berbeda dengan kalangan masyarakat di Eropa, pohon ini menjadi simbol pertobatan mereka ke dalam agama Kristen.

Sementara bagi orang Skandinavia, pohon Natal didirikan di dalam rumah selama Natal dan tahun baru dipercaya untuk menakut-nakuti iblis, menangkal kekuatan sihir, hantu, dan penyakit.

Sementara melansir ABC (19/12/2016), penggunaan pohon cemara di akhir tahun atau ketika memasuki musim dingin, disebut sudah ada sejak lama, bahkan sebelum ajaran Kristen menyebar.

Ketika itu, pohon cemara atau pinus diletakkan di dalam rumah sebagai tanda kesuburan dan kehidupan baru di kegelapan musim dingin.

Dr Dominique Wilson dari University of Sydney menyebut ini sesungguhnya lebih kepada tema pangan, ketimbang keagamaan.

Baca juga: Mengapa Perayaan Natal Identik dengan Pohon Cemara yang Dihias?

 

Pohon Natal di era modern

Pohon Natal modern dengan aneka hiasan dan lampu warna-warni mulanya berasal dari Jerman bagian barat.

Mereka menghiasi pohon cemara menggunakan buah apel dan menyebutnya sebagai pohon surga atau Taman Eden.

Penyebutan itu tidak terlepas dari kisah Adam dan Hawa.

Pohon tersebut dipajang di rumah mereka saat 24 Desember tiba, itu merupakan hari raya keagamaan Adam dan Hawa.

Selain apel, mereka juga menggantungkan wafer di atasnya sebagai simbol perjamuan Ekaristi.

Di sekitarnya, dipasang juga sejumlah lilin sebagai simbol Kristus yang menerangi dunia.

Mengutip History (8/12/2021), untuk lampu-lampu yang kini dipasang di pohon Natal diyakini berasal dari hal yang dilakukan reformator Protestan Martin Luther pada abad ke-16.

Baca juga: Merry Christmas 2021: Ucapan Selamat Natal, Gambar, dan Twibbon Natal 2021

Dikisahkan, suatu malam di musim dingin, ia berjalan menuju rumahnya. Langit dihiasi bintang yang berkelap-kelip sehinga membuatnya terpesona.

Sesampainya di rumah, ia menaruh sebuah pohon di ruang utama dan memberinya cahaya menggunakan lilin-lilin di bagian cabang-cabangnya.

Semua itu, agar keluarga di rumah dapat merasakan keindaham yang ia saksikan saat perjalanan sebelumnya.

Kembali ke kebiasaan masyarakat Jerman, selain pohon yang dihias dengan apel dan wafer, di ruangan yang sama, mereka juga membuat rak berbentuk segitiga untuk meletakkan patung-patung Natal yang dihiasi dengan cemara, lilin, dan bintang.

 

Namun, sejak awal abad ke-16, pohon surga dan rak segitiga disatukan menjadi pohon Natal.

Tradisi itu kemudian tersebar luas di kalangan Lutheran Jerman pada abad ke-18, namun baru pada abad ke-19 pohon Natal menjadi tradisi Jerman yang mengakar.

Saat itu, pohon natal diperkenalkan ke Inggris oleh Pangeran Albert, suami dari Ratu Victoria, yang lahir di Jerman.

Pohon itu didekorasi menggunakan mainan dan hadiah-hadiah kecil, permen, popcorn yang dironce menggunakan benang, juga pita.

Setelah itu, baru lah pohon cemara atau pohon Natal diperkenalkan ke negara-negara lain, bahkan hingga Amerika.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Sejarah Pohon Natal

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi