Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pemimpin Redaksi Kompas.com
Bergabung sejak: 21 Mar 2016

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

TNI-AD Perlu Bermimpi dengan Mata Terbuka ala William Tanuwijaya

Baca di App
Lihat Foto
PEXELS/Anna Shvets
Kesedihan karena kehilangan orang tercinta yang menjadi harapan sulit untuk disembuhkan
Editor: Ana Shofiana Syatiri

HAI, apa kabarmu?

Semoga kabarmu baik di pengujung tahun 2021 ini. Kabar baik menjadi bekal kita menatap tahun 2022 penuh harapan dan sukacita.

Meskipun rencana liburan akhir tahun sempat kacau balau karena berubah-ubahnya keputusan pemerintah terkait pandemi, minggu-minggu ini kita tidak dilarang melakukan perjalanan.

Dengan tetap menerapkan prokes dan kesadaran bahwa pandemi belum berakhir, kita menyaksikan jalan-jalan ke luar kota padat dan tempat-tempat wisata dipenuhi pengunjung.

Hal-hal yang tidak bisa kita lakukan saat pandemi tidak tekendali nyaris dua tahun terakhir, bisa kita lakukan satu per satu. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kabar gembiranya, meskipun akitivitas kita kembali normal sejak akhir November 2021, kasus penularan Covid-19 tidak melonjak.

Sejak pertengahan November 2021, jumlah kasus positif tidak pernah melampaui 500 kasus. Selama Desember 2021, jumlah kasus positif tidak pernah melampaui 300 kasus.

Semoga kita bisa menjaga situasi ini dengan disiplin menerapkan prokes dan segera menerima vaksin untuk yang belum menerima atau belum menerima secara lengkap. 

Dua langkah bersama semua pihak terbukti mampu mengendalikan pandemi. Kita masih ingat bagaimana pandemi di Indonesia memuncak pada 15 Juli 2021.

Usai rangkaian libur sekolah dan hari raya, kasus harian di Indonesia mencapai 56.757 kasus positif. Rata-rata harian selama seminggu ada di angka 44.145 kasus positif.

Kita dalam situasi yang kurang lebih sama dengan situasi menjelang Juli 2021. Pembedanya, saat ini, vaksinasi lengkap di Indonesia sudah mendapai lebih dari 40 persen.

Dari data yang ada, saat ini 267 juta dosis vaksin sudah disuntikkan dengan 111 juta penduduk sudah menerima vaksin lengkap atau setara dengan 40,4 persen dari total penduduk.

Kejadian Juli 2021 diperparah dengan varian Delta yang cepat menyebar dan berefek mematikan karena varian virusnya dan minimnya warga yang sudah divaksin.

Libur Natal dan Tahun Baru kali ini juga dibayang-bayangi varian Omicron. Namun, kesigapan pemerintah mencegah masuknya varian dari luar negeri ini lebih baik dibandingkan saat varian Delta masuk.

Menurut data Kementerian Kesehatan, saat ini terdapat 46 kasus positif varian Omicron di Indonesia. Mereka saat ini diisolasi di Wisma Atlet dan RS Sulianti Saroso.

Hampir semua pasien yang terpapar varian Omicron adalah pelaku perjalanan luar negeri.

Dari 46 pasien, 40 pasien sudah menerima vaksin secara lengkap, 1 pasien menerima vaksin pertama, dan 5 lainnya belum menerima vaksin.

Vaksin tidak menghindarkan kita terpapar virus. Namun, ketika terpapar virus, efek yang ditumbulkan, umumnya tidak parah.

Mendapati fakta ini, selain vaksin, disiplin prokes dengan memakai masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan adalah pencegahan teramat penting agar tidak terpapar virus.

Sayangnya, akhir-akhir ini, di saat aktivitas kita berangsur normal, disiplin kita menjaga prokes kendor.

Coba tengok bagaimana jarak tidak dijaga di semua tempat seperti angkutan umum, dan restoran sehingga kerumunan terjadi di mana-mana.

Pertahanan terakhir kita berupa masker di wajah kerap longgar juga. Kita hanya bisa berharap libur Natal dan Tahun Baru tidak mengulang horor setelah libur Lebaran dan libur sekolah Juli lalu.

Oya, dalam suasana gembira karena kemampuan kita mengendalikan pandemi yang diikuti normalnya sejumlah aktivitas, kita mendapati kisah pilu bersamaan.

Kisah pilu itu menimpa dua remaja yang berboncengan sepeda motor pada Rabu (8/12/2021) di Jalan Nasional III, Nagreg, Kabupaten Bandung. 

Handi Saputra (17) yang memboncengkan Salsabila (14), ditabrak mobil yang dikendarai Kopral Satu DA dengan dua penumpang Kolonel P dan Kopral Dua A.

Usai tabrakan, korban dibawa oleh pelaku. Kepada warga dan saksi mata disampaikan, korban akan dibawa ke rumah sakit terdekat. 

Warga dan keluarga yang kehilangan kemudian mencari dan tidak menemukan korban di rumah sakit atau puskesmas terdekat. 

Belakangan diketahui, dua remaja yang menjadi korban dan tidak berdaya dibawa kabur Kolonel P, Kopral Satu DA, dan Kopral Dua A dan dibuang ke Sungai Serayu, Jawa Tengah.

Tiga hari kemudian, Sabtu (11/12/2021), Handi ditemukan di aliran sungai di Desa Banjarparakan, Rawalo, Banyumas.

Salsabila ditemukan di aliran sungai di Desa Bunton, Adipala, Cilacap yang berjarak sekitar 200 kilometer dari lokasi kejadian.

Handi diduga masih hidup saat dibuang tiga anggota TNI-AD yang menabraknya.

Dugaan itu berdasarkan hasil pemeriksaan Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokes) Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah.

Polisi menemukan air di saluran napas hingga paru-paru Handi.

Setelah viral dan kisah pilu ini menjadi pembicaraan publik, para pejabat turun tangan dimulai dari Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.

Andika memerintahkan pemecatan dari dinas militer untuk Kolonel P, Kopral Satu DA, dan Kopral Dua A. Penutunan hukuman maksimal juga diperintahkan Andika untuk ketiga pelaku.

Ketiganya terancam hukuman 20 tahun sampai seumur hidup karena pembunuhan berencana seperti diatur dalam Pasal 340 KUHP junto Pasal 338 KUHP.

Jika perintah Andika dipatuhi dan dijakankan, Kolonel P (perwira intelijen di Korem Gorontalo), Kopral Satu DA, dan Kopral Dua A (bawahan saat Kolonel P bertugas di Kodam Diponegoro) akan dituntut hukuman seumur hidup.

Dalam suasana duka dan komitmen yang tinggi dari Panglima TNI, Kepala Staf TNI-AD Jenderal Dudung Abdurachman datang ke rumah duka keluarga Handi dan Salsabila secara berturut-turut.

Atas nama TNI-AD, Dudung meminta maaf. Entes Hidayatullah (54), ayah Handi dan Jajang (45) serta Suryati (41) orangtua Salsabila tidak banyak berkata-kata.

Entes sehari-hari adalah tukang las. Ia menceritakan keinginan Handi menjadi anggota TNI untuk mengangkat derajat keluarga.

Keinginan Handi menjadi tentara kandas di Sungai Serayu oleh tangan-tangan tentara.

Dudung kehabisan kata-kata juga saat kemudian mendatangi pusara.

Terlebih jika Dudung ingat kisahnya menjadi tentara karena pernah ditendang tentara secara semena-mena saat remaja.

Perilaku tentara tidak banyak berubah dari masa ke masa. Dudung tidak bisa berkata-kata lantaran mendapati kenyataan ini.

Dalam sedikitnya kata-kata, Dudung mengakui, apa yang dilakukan Kolonel P, Kopral Satu DA, dan Kopral Dua A tidak manusiawi. 

Dudung mengulangi apa yang diperintahkan Andika agar penegakan hukum dilakukan secara tegas, transparan, dan mendapatkan keadilan sesuai fakta di pengadilan.

Mimpi Dudung untuk mendapati tentara yang manusiawi masih jauh dari kenyataan. 

Untuk mimpi agar menjadi nyata, saya teringat obrolan terkahir dengan pendiri dan CEO Tokopedia William Tanuwijaya tentang bermimpi dengan mata terbuka.

Bermimpi dengan mata terbuka adalah ungkapan konsistensi dari mimpi, pikiran, ucapan, dan tindakan.

Mimpi yang dipikirkan akan berubah menjadi rencana. Rencana yang diucapkan maka akan berubah menjadi tindakan. Tindakan yang terus menerus dilakukan akan menjadi komitmen.

Komitmen akan mengubah mimpi jadi kenyataan. Lakukan ini dengan konsisten.

Jika mendapati kenyataan jauh dari mimpi, mari kita periksa komitmen.

Apakah TNI-AD berpikir, berucap, bartindak sesuai dengan mimpi yang diharapkan mewujud?

Salam mimpi,

Wisnu Nugroho

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi