Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hobi Menyadap Ponsel Pasangan Ternyata Berbahaya, Ini Kata Psikolog

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash/Kev Costello
Menyadap ponsel pasangan bisa jadi pertanda Anda mengalami gangguan mental paranoid.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Banyak sekali fitur ponsel yang bisa digunakan untuk menyadap percakapan atau aktivitas chat ponsel milik orang lain.

Munculnya fitur-fitur ini juga diimbangi dengan trik teknologi cara mengetahui jika ponsel kita sudah disadap dan diintai oleh orang lain.

Penyadapan ponsel seringnya dilakukan di lingkup hubungan asmara, baik dalam ranah perkawinan atau pra perkawinan.

Menyadap sendiri memiliki arti mendengarkan atau mengintip pembicaraan atau aktivitas bertukar pesan milik orang lain tanpa sepengetahuan orang yang memiliki ponsel.

Dr. Christin Wibhowo, dosen Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang, mengatakan bahwa aktivitas menyadap adalah aktivitas yang dilakukan sembunyi-sembunyi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Dan seseorang yang melakukan apapun secara sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan pasangannya, adalah salah. Kecuali ia melakukan aktivitas sembunyi-sembunyi dengan maksud baik, seperti memberi surprise pesta ulang tahun pasangannya," ujar Christin kepada Kompas.com, Kamis (30/12/2021) pagi. 

Baca juga: Waspada, Ini 5 Ciri WhatsApp Sedang Disadap Orang Lain

Gejala paranoid

Apakah yang mendasari seseorang melakukan penyadapan? Seringkali adalah adanya trust issue dan masalah kepercayaan diri.

Semisal seseorang yang sehabis mengalami pengkhianatan dari pasangannya, biasanya akan mengalami masalah kepercayaan yang mengganggu hidupnya.

Atau, pelaku penyadapan bisa juga mengalami gangguan kesehatan mental paranoid, sehingga ia tak percaya kepada siapapun juga termasuk kepada pasangannya.

Namun seseorang baru bisa dikatakan mengalami gangguan kesehatan mental paranoid jika mengalami lima dari gejala berikut.

Pertama, ia selalu curiga kepada siapapun juga, tak hanya kepada pasangannya. Seseorang dengan gangguan paranoid akan selalu merasa ketakutan hal-hal buruk akan menimpanya, termasuk pengkhianatan.

Baca juga: 5 Makanan dan Minuman untuk Meredakan Anxiety

Kemudian, seseorang juga akan selalu susah diajak kerjasama dengan orang lain. Ia sensitif menerima kritikan, dan seringnya tak bisa mengatasi persoalan hidupnya sendiri sehingga hidupnya sering kacau.

Gejala berikutnya adalah ia akan sering meragukan niat baik atau apapun yang disampaikan oleh orang lain, juga akan mudah sekali terpicu amarahnya.

"Jika ada lima saja dari gejala di atas, maka bisa jadi seseorang itu mengidap gangguan mental paranoid," ujar Christin.

Jika memang memiliki paranoid, sebaiknya segera mencari pertolongan ke psikolog untuk mendapatkan psikoterapi yang tepat.

Karena paranoid bisa menyebabkan banyak kerugian. Hubungan akan rusak, kualitas hidup turun, prestasi kerja turun, stres, depresi, hingga sistem imun yang lemah dan memicu banyak penyakit fisik.

Baca juga: Mengenal Depresi, Gejala dan Cara Menanganinya

Pilihlah bersikap asertif daripada memata-matai

Jika kehidupan sosial Anda baik, hubungan pertemanan berjalan lancar, namun Anda memiliki trust issue dengan pasangan, maka itu bukan gangguan paranoid.

Christin Wibhowo menyarankan agar Anda yang pernah kecewa kepada pasangan untuk memilih bersikap asertif saja daripada menyadap dan memata-matai.

"Bersikaplah asertif dengan menyampaikan keluhan pada pasangan dan mencari solusi bersama. Menyadap adalah sikap murahan yang justru bisa meruntuhkan hubungan."

Dengan menyadap, korban justru menjadikan dirinya berada dalam posisi salah. Dan pelaku pengkhianatan akan semakin menjauh karena merasa tak dipercaya.

Baca juga: Hati-hati, Silent Treatment Justru Bisa Merusak Hubungan

Bersikap asertif juga sebaiknya diimbangi dengan perbaikan diri sendiri.

"Kebanyakan orang yang tak percaya diri akan cemburu berlebihan. Jadi tingkatkan percaya diri dengan mencetak prestasi. Bisa dengan bekerja lebih giat, atau ibu-ibu rumah tangga yang hobi memasak atau berkebun membuat konten media sosial yang bisa membuat dirinya sendiri bangga."

Kemudian, tingkatkan kebersamaan dengan pasangan. Beribadah bersama, menguatkan finansial, dan meluangkan waktu berdua lebih sering.

"Karena tak hanya kualitas saja yang penting, namun juga kuantitas. Ketika waktu bersama lebih sering, maka komunikasi pun akan lancar dan masing-masing tak akan menyembunyikan sesuatu"

Baca juga: 8 Rutinitas Pagi untuk Meningkatkan Kesehatan Mental

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi