Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Berduka: 10 Tokoh Indonesia yang Tutup Usia di 2021

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/MITA AMALIA HAPSARI
Jenazah politikus senior Abraham Lunggana, atau biasa dikenal sebagai Haji Lulung, disolatkan oleh seratusan orang sebelum dibawa ke pemakaman.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Sepanjang 2021, Indonesia kehilangan banyak tokoh nasional berpengaruh.

Di antara mereka ada Artidjo Alkostar, Budi Darma, Ki Manteb Soedharsono hingga Harmoko. Berikut 10 tokoh yang berpulang pada 2021:

1. Artidjo Alkostar

Mantan hakim Mahkamah Agung (MA) Artidjo Alkostar berpulang pada 28 Februari 2021.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melansir Kompas.com, 28 Februari 2021, Artidjo Alkostar merupakan salah satu sosok hakim yang dikenal, paling ditakuti oleh koruptor. Jasanya di bidang hukum patut dikenang.

Pria kelahiran Situbondo, 22 Mei 1948 ini mengawali karirnya di bidang hukum sebagai pembela hukum di LBH Yogyakarta. Artidjo berkarier sebagai advokat selama 28 tahun.

Karirnya terus terbangun hingga menjadi hakim agung selama 18 tahun lebih. Selama menjabat sebagai hakim agung, Artidjo menangani 19.708 berkas perkara.

Selama menjabat, dia tidak pernah mengambil cuti dan selalu menolak ketika diajak ke luar negeri. Artidjo beralasan, hal tersebut bisa berimbas besar pada pekerjaannya.

Dia terlibat dalam penanganan hukum kasus besar, seperti menjadi penasihat hukum kasus Komando Jihad, kasus penembakan gali atau bromocorah di Yogyakarta, kasus Santa Cruz (Timor Timur), kasus pembunuhan wartawan Bernas Muhammad Syafruddin (Udin), dan ketua tim pembela gugatan Kecurangan Pemilu 1997 di Pamekasan, Madura.

Bahkan, saat membela perkara Santa Cruz pada 1992, Artidjo kerap mendapat teror.

Baca juga: Artidjo Alkostar, Eks Hakim Agung dan Algojo Koruptor yang Dianugerahi Bintang Mahaputra

2. Budi Darma

Sastrawan yang juga akademisi Budi Darma berpulang pada 21 Agustus 2021. Dia adalah salah satu sastrawan yang berpengaruh dalam perkembangan sastra di Indonesia.

Guru Besar Universitas Negeri Surabaya itu meninggal dunia di Rumah Sakit Islam A. Yani, Surabaya, Jawa Timur.

Budi Darma dikenal sebagai sastrawan yang telah melahirkan berbagai karya. Mulai dari cerita pendek, novel, esai, dan karya tulis lainnya.

Pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah, pada 25 April 1937 ini mulai dikenal sejak novel pertamanya, Olenka (1983).

Berkat novelnya, dia meraih juara pertama dalam Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Melalui novel itu juga, Budi Darma memperoleh Hadiah Sastra DKJ 1983.

Karyanya yang lain yang tak kalah terkenal yaitu Raflus (1998), Ny. Talis (1996), kumpulan cerpen Orang-orang Bloomington (1981), dan Obsesi Perempuan Berkumis (2002).

Selain berkecimpung di dunia sastra, dia juga merupakan akademisi dengan segudang prestasi.

Budi Darma adalah lulusan Sastra Barat, Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, tahun 1963. Pada 1997, ia menjadi guru besar tamu di Northern Territory University, Darwin, Australia.

Berikutnya, pada 2002, Budi Darma menjadi pengajar di National Institute of Education, Nanyang Technological University, Singapura, di Jurusan Bahasa dan Kebudayaan Asia.

Selain mengajar, dia juga menjadi editor buku South East Asian Literature yang diterbitkan Sekretariat ASEAN.

Budi Darma juga beberapa kali menjabat sebagai Dekan Fakultas Keguruan Sastra dan Seni (FKSS) dan Ketua Jurusan Bahasa Inggris di IKIP Surabaya (sekarang Unesa).

Baca juga: Selamat Jalan Prof Budi Darma

 

3. Harmoko

Era Orde Baru, masyarakat familiar dengan nama Harmoko. Dia adalah Mantan Menteri Departemen Penerangan (sekarang Kementerian Komunikasi dan Informatika) di masa pemerintahan Soeharto.

Harmoko meninggal dunia pada 4 Juli 2021. Mantan Ketua Umum Golkar itu meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, sekitar pukul 20.22 WIB.

Dikutip dari Kompas.com, 5 Juli 2021, sebelum menjabat sebagai Menteri Penerangan, Harmoko bekerja sebagai wartawan.

Setelah lulus SMA pada awal 1960-an, Harmoko bekerja sebagai wartawan dan kartunis di Harian Merdeka dan Majalah Merdeka.

Da juga pernah bekerja di media lainnya, seperti Harian Angkatan Bersenjata, Harian API, pemimpin redaksi majalah berbahasa Jawa, Merdiko, penanggung jawab Harian Mimbar Kita, dan bersama beberapa orang temannya menerbitkan harian Pos Kota.

Harmoko terpilih menjadi ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan menjabat Menteri Penerangan Kabinet Pembangunan IV pada 1983.

Jabatan tersebut dia emban hingga 1997. Sepanjang karirnya, Harmoko sering menyampaikan berbagai informasi dari pemerintah.

Setelah itu, Harmoko pernah menjabat Ketua Umum Golkar pada periode 1993-1998. Terakhir, ia menjabat sebagai Ketua MPR pada 1997 sampai 1999.

Baca juga: Saat Harmoko Jawab Guyonan soal Hari-hari Omong Kosong

4. Ki Manteb Soedharsono

Dalang Ki Manteb Soedharsono meninggal dunia pada 2 Juli 2021 ketika tengah menjalani isoloasi setelah dinyatakan positif Covid-19.

Melansir buku Ki Manteb Soedharsono karya Nurdiyanto dan Sri Retna Astuti, dalang kondang ini memiliki jejak karir yang merebak di dalam dan luar negeri.

Pria kelahiran 31 Agustus 1948 di Kabupaten Sukoharjo ini akrab dengan dunia pewayangan sejak kecil.

Saat masih 5 tahun, Manteb sudah dapat memainkan wayang dan menabuh beberapa instrumen gamelan seperti demung, bonang, dan kendang.

Selain belajar dari pendalang senior, dia juga kerap mengiringi pertunjukan wayang yang digelar oleh dalang sepuh, yaitu Ki Warsino dari Baturetno, Wonogiri.

Ketenarannya memuncak pada 1980an, hingga mendapat julukan "Dalang Setan" karena keterampilannya dalam menggerakkan wayang (sabetan) yang sangat cepat.

Ki Manteb Soedharsono juga mendapat beberapa penghargaan salah satunya yaitu Anugerah Satya Lencana Kebudayaan dari Presiden Soeharto pada 1995.

Pada 2004, Ki Manteb memecahkan rekor Muri mendalang selama 24 jam 28 menit tanpa istirahat.

Baca juga: Duka Selebritas Tanah Air atas Meninggalnya Ki Manteb Sudharsono

 

 

5. Syekh Ali Jaber

Diberitakan Kompas.com, Kamis (14/1/2021), pendakwah Syekh Ali Jaber meninggal dunia pada 14 Januari 2021 karena Covid-19.

Ulama keturunan Madinah yang berkewarganegaraan Indonesia ini sempat jadi perbincangaan lantaran lolos dari upaya pembunuhan saat sedang berdakwah.

Pada 13 September 2020. Pria berinisial AA menusuk Syekh Ali Jaber di acara Wisuda Tahfidz Al Quran Masjid Falahudin, Lampung.

Alih-alih marah terhadap pelaku, Syekh Ali memilih memaafkan pelaku dan menenangkan jemaahnya yang tengah mengeroyok pelaku. Saat itu pelaku segera ditangkap.

Baca juga: Deddy Corbuzier Mengenang Sosok Syekh Ali Jaber

6. Wismoyo Arismunandar

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal (Purn) Wismoyo Arismundar meninggal dunia pada 28 Januari 2021.

Mengutip Harian Kompas, 6 April 1993, pria kelahiran 10 Februari 1940 di Bondowoso ini menamatkan Akademi Militer Nasional (AMN) pada 1963.

Karier militernya terus melejit hingga menjabat sebagai Komandan Pleton YPN-3 RPKAD (1965). Kemudian, ia juga pernah menjadi bagian dari Dan Team B Yon Sandha (1965-1966), dan Komandan Pengawal Pribadi Presiden (1966-1968).

Pada 1968, Wismoyo kembali bertugas di lingkungan Baret Merah sebagai Dan Prayudha-4 Grup-4 (1968-1969).

Setelah bertugas di lingkungan Baret Merah, Wismoyo ke Kodam IX/Udayana sebagai Kasdam (1985-1986), Pangdam VIII/Trikora (1986- 1989), Pangdam IV/Diponegoro (1989-1990), serta Pangkostrad (1990- 1992).

Pertengahan 1992, Wismoyo dipercaya menjadi Wakil KSAD, menggantikan Letjen Sahala Rajaguguk.

Puncak karirnya terjadi saat dia diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat setahun kemudian, tepatnya pada 6 April 1993.

Baca juga: Tutup Usia, Berikut Profil Mantan KSAD Wismoyo Arismunandar

 

7. Wimar Witoelar

Wimar Witoelar meninggal dunia di usia 75 tahun pada 19 Mei 2021.

Melansir Kompas.com, 19 Mei 2021, mantan Juru Bicara Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini dikenal sebagai sosok yang tidak mudah menyerah.

Dia adalah adik mantan Sekjen Golkar dan Dubes RI untuk Rusia Rachmat Witoelar.

Semasa kuliah, dia kerap terjun dalam aktivitas politik. Seperti pada November 1965, di mana dia menjadi salah satu Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) Komisariat ITB mewakili Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB).

Dia meraih gelar BS dalam electrical engineering, MS dalam system analysis dan MBA dalam finance and investment dari George Washington University, Amerika Serikat (AS) pada 1975. Sepulangnya dari AS, Wimar mengajar di ITB.

Pada Mei 1994, Wimar menggagas program "Perspektif" yang ditayangkan di SCTV sampai dihentikan September 1995. Meski program ini ditutup, Wimar tidak menyerah.

Dia mulai program "Perspektif Live!!" yang digelar dari satu kota ke kota lain.

Bersama dengan Hani Hasyim dia mengembangkan InterMatrix Communication, perusahaan jasa komunikasi dan public relations. Hingga mengembangkan "Perspektif Baru" pada 26 Januari 1996.

Dia adalah kolumnis yang pernah menulis untuk TODAY Singapura, surat kabar Australia, dan The Guardian dari Inggris.

Wimar sendiri juga menerbitkan beberapa buku seperti "Ancillary Firm Development in Asia" terbitan Jepang dan "Small and Medium Business Development in Indonesia".

Baca juga: Sosok Wimar Witoelar dalam Kenangan Maruf Amin

8. Markis Kido

Atlet bulu tangkis Indonesia, Markis Kido tutup usia pada 14 Juni 2021. Dia meninggal dunia diduga akibat serangan jantung saat sedang bermain bulu tangkis.

Dikutip dari Harian Kompas, 21 November 2006, pria kelahiran Jakarta, 11 Agustus 1984 ini mulai bermain bulu tangkis pada 1993.

Dia bergabung ke Pelatnas PBSI Cipayung sebagai pemain tunggal putra.

Karier bulu tangkisnya mulai melejit sekitar 2006 saat ia sukses menjuari sejumlah turnamen internasional berpasangan dengan Hendra Setiawan.

Ganda putra Kido/Hendra ini telah berpasangan sejak di tingkat junior di Klub Jaya Raya di bawah asuhan pelatih Retno Kustiyah.

Karir ganda putra tim Merah putih ini terus melejit hingga puncaknya, Kido/Hendra sukses meraih medali emas Olimpiade Beijing 2008.

Sepanjang kariernya, Kido banyak menyumbang medali untuk Indonesia, termasuk gelar juara dunia, Asian Games, dan beberapa turnamen level utama Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF).

Baca juga: Mengenang Markis Kido, Dikagumi Kawan dan Lawan

 

9. Verawati Fajrin

Legenda bulu tangkis Indonesia Verawaty Fajrin meninggal dunia pada 21 November 2021.

Mengutip Kompas.com, Minggu (21/11/2021), Verawaty meninggal di usia 64 tahun, setelah sempat menjalani perawatan akibat penyakit kanker paru-paru.

Perempuan yang lahir di Jakarta pada 1 Oktober 1957 ini memulai karier di dunia bulu tangkis pada 1977.

Pada 1977, dia meraih gelar juara di turnamen Dutch Open, saat berpasangan dengan Imelda Wigoena.

Puncak prestasi pasangan Veraway/Imelda terjadi saat berhasil meraih juara All England pada 1979 dan menjuarai nomor tunggal putri Kejuaraan Dunia IBF (WBF).

Dia sempat vakum dari dunia bulu tangkis hingga 1985, dan kembali bertanding pada 1986.

10. H. Lulung

Ketua DPW Partai Persatuan Pembangunan (PPP) DKI Jakarta Abraham Lunggana alias Haji Lulung meninggal dunia pada Selasa (14/12/2021).

Haji Lulung meninggal dunia pada pukul 10.51 WIB di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta.

Lulung lahir di Jakarta, 24 Juli 1959. Ia pernah mengikuti berbagai organisasi masyarakat (ormas), seperti Ketua Umum Gerak Betawi (2001-2010), Ketua Umum Pemuda Panca Marga (2011-2019), dan menjabat sebagai Ketua Umum Bamus Betawi periode 2018-2023.

Sebelum dikenal sebagai politisi, Lulung adalah seorang pengusaha yang memiliki sejumlah perusahaan seperti PT Putraja Perkasa, PT Tirta Jaya Perkasa, Koperasi Kobita, PT Tujuh Fajar Gemilang, dan PT Satu Komando Nusantara yang bergerak dalam bidang jasa keamanan, perparkiran, dan penagihan utang.

Lulung juga memiliki lawfirm bernama Lunggana Advocate & Friends yang berlokasi di Tanah Abang.

Karier politik Lulung Lulung mengawali karier politiknya sebagai anggota PPP. Namun, ketika PPP pecah, ia sempat diajak untuk mendirikan Partai Bintang Reformasi (PBR) dan terpilih sebagai Ketua DPC FBR Jakarta Barat.

Setelah Pemilu 2004, Lulung kembali ke PPP dan terpilih menjadi Ketua Umum DPC PPP Jakarta Pusat.

Pada Pemilu 2009, ia terpilih menjadi anggota DPRD DKI Jakarta. Kemudian pada Pemilu 2012, Lulung terpilih sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta periode 2014-2019.

(Sumber: KOMPAS.com/Dandy Bayu Bramasta, Tsarina Maharani, Nur Rohmi Aida, Vincentius Mario, Ihsanuddin, Fitria Chusna Farisa, Mela Arnani | Editor: Rizal Setyo Nugroho, Inggried Dwi Wedhaswary, Icha Rastika, Sari Hardiyanto, Andi Muttya Keteng Pangerang, Nursita Sari, Bayu Galih, Rendika Ferri Kurniawan)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi