Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Covid-19 Mungkin Bisa Berakhir di 2022, Asalkan…

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Lightspring
Ilustrasi virus corona menyerang manusia sejak 21.000 tahun lalu.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 diprediksi mungkin akan berakhir pada 2022.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, pandemi dapat berakhir di 2022, karena kita sudah memiliki "senjatanya", yakni vaksin.

Dia mengatakan, pandemi segera berakhir, jika kesenjangan distribusi vaksin global dapat lekas diatasi.

"Jika kita dapat mengakhiri kesenjangan (vaksinasi), kita mengakhiri pandemi dan mengakhiri mimpi buruk global yang kita semua alami. Dan ini dimungkinkan," kata Tedros, dalam pernyataannya menyambut tahun baru 2022.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat ini, banyak negara yang kekurangan vaksin, sehingga banyak yang belum mendapatkan dosis dasar.

Sementara, sebagian negara maju sudah menyuntikkan vaksin booster kepada masyarakatnya.

Mungkinkah pandemi berakhir di 2022?

Baca juga: Update Corona 1 Januari 2022: Kondisi Pandemi di Indonesia

Ada kemungkinan berakhir di 2022

Menanggapi hal tersebut, epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menyebut, ada kemungkinan pandemi berakhir di 2022.

"Hal yang paling realistis dalam konteks kapan berakhir pandemi ini paling tinggi atau paling optimis adalah akhir 2022," kata Dicky, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (1/1/2022).

"Di mana cakupan vaksin dunia setidaknya sudah mencapai 70 persen untuk vaksin yang dua dosis," lanjut dia.

Namun, jika cakupan vaksinasi secara global belum mencapai jumlah itu, maka pandemi bisa jadi berlangsung lebih lama.

Dicky menjelaskan, pandemi global tidak akan dapat berakhir segera, jika tingkat vaksinasi tinggi hanya di negara-negara tertentu. Vaksinasi harus dilakukan menyeluruh.

Terlebih dengan potensi munculnya varian baru.

"Skenario terburuknya adalah ini masih akan memerlukan waktu dua tahun ke depan, misalnya. Karena adanya varian baru yang menurunkan evikasi vaksin," ungkap Dicky.

Baca juga: Benarkah Pandemi Covid-19 di Indonesia Sudah Terkendali? Ini Kata Epidemiolog

Alasan Covid-19 lama ditangani

Dia juga menjelaskan, alasan Covid-19 membutuhkan waktu lama untuk ditangani, tidak seperti wabah SARS di tahun 2003.

"Itu karena karakternya yang jauh berbeda dengan Covid-19 ini," sebut Dicky.

Infeksi virus SARS menimbulkan gejala spesifik pada penderitanya. Sementara itu, virus Corona tidak selalu menimbulkan gejala, karena adanya orang tanpa gejala (OTG).

Hal lain, yakni perbedaan kondisi masyarakat saat ini dan pada 2003.

"Dengan jumlah (penduduk) yang jauh lebih besar, aktivitas yang lebih banyak, dan interaksi yang lebih tinggi, Covid-19 ini akan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk terkendali atau masuk fase endemi," pungkas Dicky.

Baca juga: Pfizer Memprediksi Pandemi Covid-19 Akan Selesai 2024, Ini Alasannya

Akhir pandemi di Indonesia

Sementara itu, Satgas Covid-19 justru mengungkapkan sudah hampir mencapai garis akhir perjuangan melawan Covid-19.

Hal itu disampaikan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam konferesnsi pers pada 28 Desember 2021.

Dia menyebut, Indonesia telah berhasil menurunkan angka kasus dari puncak gelombang kedua dan mempertahankannya hingga 23 minggu berturut-turut.

"Terlebih lagi kasus telah berhasil diturunkan hampir 100 persen, yakni 99,6 persen. (Jumlah kasus saat ini) Jauh lebih rendah dibandingkan penambahan kasus positif pada bulan Januari, bahkan lebih rendah dibandingkan periode sebelum lonjakan pertama," jelas Wiku

"Artinya, jika kita bisa mencapai 100 persen penurunan dari puncak kasus tertinggi tersebut, atau 0,4 persen lagi, maka tidak ada lagi penambahan kasus positif dan kita dapat bebass dari Covid-19," imbuh dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi