Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Sedotan Modern Pertama Kali Ditemukan

Baca di App
Lihat Foto
Baramee Temboonkiat
Ilustrasi sedotan bambu
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Hari ini, 3 Januari 1888, atau tepatnya 134 tahun lalu, sebuah ide membuat sedotan modern dipatenkan di Washington, AS.

Adapun penemu ide brilian ini adalah Marvin Chester Stone.

Penemuan awalnya berawal ketika sang penemu merasa kesulitan menyeruput minuman, hingga akhirnya terciptalah sedotan modern.

Berikut sejarah penemuan sedotan modern:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pencipta Kartun Tom and Jerry Joseph Barbera Meninggal

Awal penemuan sedotan modern

Dilansir dari The Atlantic, (22/11/2011), kisah temuan sedotan modern ini berawal ketika penemunya sendiri, Stone, merasa kesulitan dan kurang nyaman ketika menyeruput minuman mint julep sekitar 1880-an.

Ia mengatakan, ada sesuatu yang masuk ke dalam minumannya, yakni residu dari bahan sedotan kuno saat itu.

Diketahui, para pria menyeruput wiski melalui sedotan yang terbuat dari gandum hitam alami, yang memberikan rasa seperti rumput pada minuman yang mereka minum.

Selama berabad-abad, tidak jarang orang memesan gin dan tonik yang diresapi dengan rasa rumput alami.

Melihat hal itu, Stone tidak sabar dan ingin sebuah inovasi agar minumannya terasa nikmat ketika diseruput.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Film Titanic Pertama Kali Dirilis

Dalam percobaan pertamanya, Stone melilitkan kertas di sekitar pensil untuk membuat tabung tipis, menggeser pensil dari salah satu ujungnya, dan mengoleskan lem di antara potongan-potongan itu, dan jadilah sedotan kertas.

Mengutip The Washington Post, (3/11/2018), sedotan kertas ini dibawa ke kedai minum favoritnya, Aman's, di Ninth Street NW.

Stone meminta pemilik bar untuk menyimpan sedotan itu ketika dia ingin meminum mint julep-nya.

Beberapa orang di bar berteriak meminta sedotan buatan yang lebih bagus.

Namun, Stone teringat bahwa kehadiran lem pada sedotan kertas membuatnya mencari solusi.

Kemudian, dia menyempurnakannya dengan membuat mesin untuk menggulung kertas ke dalam tabung dan melapisi bagian luarnya dengan lilin parafin agar tidak meleleh dalam bourbon.

Merasa puas dengan temuannya, Stone mematenkan produk tersebut pada 1888.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Lampu Lalu Lintas Pertama di Dunia

Produksi sedotan massal

Pada tahun 1890-an, Stone Straw dikatakan sebagai perusahaan swasta terbesar di kota dengan mempekerjakan sekitar 400 perempuan di sebuah pabrik di Ninth Street NW, dekat Pennsylvania Avenue.

Surat kabar The Evening Star menulis pada 1891, "Mereka menerima upah yang baik, dianggap lebih dari sekadar pekerjaan kasar, dan kenyamanan pribadi serta kesejahteraan moral mereka dijaga."

Stone tampaknya adalah bos yang baik hati.

Tak hanya itu, di dalam pabrik ada satu ruangan besar yang dilengkapi dengan piano, untuk menyanyi dan menari saat makan siang. Ada perpustakaan tempat karyawan dapat meminjam buku.

Stone juga membangun rumah petak di lingkungan Swampoodle Washington, di utara Union Station saat ini.

Rumah itu dirancang agar orang Afrika-Amerika dapat menikmati hak istimewa rumah yang baik dengan harga sewa yang rendah.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Film Rocky Tayang Perdana

Sedotan yang lebih modern

Dua dekade kemudian, Stone membuat sedotan yang lebih modern dan fleksibel yakni sedotan bengkok yang dapat ditekuk seperti akordeon kecil.

Pada tahun 1931, pabrik Franklin Street NE dibangun. Pabrik Stone lainnya akhirnya beroperasi di Beltsville dan College Park, Md.

Perusahaan terus berkembang melampaui bisnis rokok. Bahkan, pabrik di Franklin Street mampu menghasilkan 8 juta sedotan sehari pada tahun 1956.

Inovasi bentuk sedotan pun semakin maju. Perusahaan di Kanada membuat tiga jenis sedotan yakni plastik, biodegradable, dan kompos alami.

Meski sedotan plastik menjadi simbol pencemaran lingkungan, namun para ahli menyarankan agar manusia kembali ke penggunaan sedotan berbahan jerami atau yang bisa hancur.

Hingga kini, temuan Stone masih langgeng dan bermanfaat bagi jutaan orang di dunia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi