Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wartawan
Bergabung sejak: 3 Jan 2022

Wartawan Kompas, 1989- 2018

Lie Djie Tong, Legenda Silat Cina Benteng Berpulang

Baca di App
Lihat Foto
ISTIMEWA
Tokoh silat legendaris Cina Benteng, Lie Djie Tong (berbaju batik), yang mengajarkan silat beksi, meninggal dunia pada usia 102 tahun pada Rabu, 29 Desember 2021.
Editor: Egidius Patnistik

DUNIA persilatan Betawi berduka menjelang Tahun Baru 2022. Tokoh silat legendaris Cina Benteng, Lie Djie Tong, yang mengajarkan silat beksi, meninggal dunia pada usia 102 tahun pada Rabu, 29 Desember 2021.

Sebelum dimakamkan, jenazahnya dibaringkan di Rumah Duka “Boen Tek Bio” yang berlokasi di tepi Sungai Cisadane, Kota Tangerang, Provinsi Banten.

Ratusan pelayat berdatangan, terutama mereka yang pernah berlatih beladiri beksi. Para pelayat yang datang dari arah Babakan melewati jembatan merah menuju Jalan Akses Tanah Gocap yang terdapat rumah duka tersebut.

Baca juga: Kota Tangerang Masukkan Silat Beksi ke Kurikulum Sekolah

Di bawah jembatan terlihat air Cisadane mengalir pelan menuju muara seakan-akan mengajarkan kepasrahan dalam kehidupan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di sungai inilah secara berkala, setahun sekali perahu naga berlaga dalam acara budaya pe’cun, peninggalan peradaban Cina Benteng yang tinggal di Tangerang sejak tahun 1700-an.

Dari rumah duka di tepi Cisadane, jenazah pendekar itu kemudian dibawa ke pemakaman keluarga di Dadap, Kabupaten Tangerang. Di sinilah Lie Djie Tong yang kerap disapa Empek Jitong dimakamkan, pada Sabtu pagi, 1 Januari 2022.

Lie Djie Tong meninggalkan kenangan indah dan jasa besar terhadap perkembangan dunia silat di Tanah Air. Ketokohannya menjadi rangkaian sejarah silat beksi yang sekarang meluas dan menjadi salah satu ragam silat Betawi yang terkemuka.

Tokoh ini penting untuk ditulis biografinya. Belakangan banyak yang merekam video-nya tentang beksi untuk mengisi konten YouTube. Saya sendiri tertarik untuk menulis biografinya.

Pada awal Desember 2021, saya sempat menghubungi kawan dekat saya Nuryaman yang tinggal tidak jauh dari rumah Lie Djie Tong di Dadap, untuk minta waktu wawancara dalam rangka menulis biografinya.

“Baik Pak Nasir, saya minta izin keluarganya dulu, karena beliau sudah sepuh,” kata Nuryaman.

Saya menunggu sampai tiga minggu lebih, Nuryaman belum kirim kabar kapan saya bisa wawancara dengan Mpek Jitong. Saya menduga Nuryaman yang mistikus pengikut tarikat ini tenggelam dalam dzikirnya, dan lupa pesan saya.

Tiba-tiba ia kirim kabar kabar lewat aplikasi WhatsApp bahwa Empek Jitong meninggal dan dimakamkan pada 1 Januari 2022. Dia kirim empat foto pemakaman Lie Djie Tong di Dadap, kampung tempat kelahirannya 102 tahun silam.

Dadap pusat beksi

Dadap dalam catatan lintasan sejarah sempat menjadi pusat beladiri beksi sebelum olah kanuragan ini menyebar ke mana-mana.

Perguruan silat beksi didirikan di Dadap oleh kakek Lie Djie Tong yang bernama Lie Tjeng Hok yang kemudian diteruskan oleh Lie Djie Tong, dan murid-muridnya.

Menurut penuturan Lie Djie Tong, kakeknya mendirikan perguruan silat di Dadap. Saat itu muridnya masih belasan.

Baca juga: Sejarah dan Penyebaran Pencak Silat di Indonesia

“Saya ngelihatin di pintu. Setelah mereka pulang, saya ngejalanin [silat] bisa,” kata dia seperti dikutip Intisari-Online.com, 27 Januari 2014.

Empek Jitong, keturunan pendekar silat generasi kelima dari generasi paling tua yang tercatat dalam silsilahnya, yaitu Lie Ah Djam pendekar silat di Tiongkok Selatan.

Lie Ah Djam punya anak Lie Ah Tjin, kemudian punya anak Lie Tjeng Hok yang menurunkan anak Lie Tong San yang kemudian punya anak Lie Djie Tong (Mpek Jitong).

Lie Tjeng Hok, kakek Empek Jitong lahir di Dadap dari keluarga petani tahun 1854 dan meninggal tahun 1951 dalam usia 97 tahun. Dalam kisah yang disampaikan Lie Tjeng Hok pada anak dan cucunya, seperti yang dituturkan Empek Jitong, Lie Tjeng Hok mendapat ilmu beladiri dari kakeknya, Lie Ah Djam yang pendekar silat Tiongkok melalui pertemuan mistis lewat mimpi.

Satu gerakan silat dterima dalam satu kali mimpi. Gerakan-gerakan lainnya diterima secara bertahap dalam mimpi yang berkali-kali. Gerakan-gerakan yang diperoleh lewat mimpi itu diyakini sebagai warisan dari leluhurnya yang terus dipelihara.

“Lie Tjeng Hok adalah generasi ketiga dari pendahulunya yang hijrah dari Amoi (baca: e-mwi) atau Xiamen, Provinsi Fukien atau Fujian di Tiongkok Selatan,” tulis GJ Nawi dalam bukunya Maen Pukulan Pencak Silat Khas Betawi, (2016).

Mereka secara turun-temurun tinggal di Dadap, pantai utara Tangerang dan mengajarkan ilmu beladiri pada putra-putrinya. Seperti Lie Djie Tong juga mengajarkan silat pada empat anaknya, yakni Eddy Wijaya, Suhanto, Suhandi, dan Ali.

Silat beksi menyebar

Selain untuk keluarganya, Lie Tjeng Hok juga menurunkan ilmunya kepada orang pribumi Betawi. Salah seorang yang sukses menyerap ilmu Lie Tjeng Hok adalah Ki Murhali yang namanya kesohor sebagai pendekar silat Betawi.

Ki Murhali menjadi pesilat beksi yang hebat. Diceritakan pernah ada seorang pesilat cingkrik yang ingin menjajal kehebatan maen pukulan Ki Murhali. Duel pun terjadi. Pemuda pesilat cingkrik bernama Gozali itu akhirnya menyerah.

Gozali kemudian berguru pada Ki Murhali. Dalam waktu yang relatif singkat, kecerdasan pikiran dan tubuhnya mampu menyerap ilmu beksi. Gozali kemudian pulang dan menyebarkan ilmu beksi di kampung halamannya, Petukangan, Jakarta Selatan.

Kawan-kawannya berdatangan ketika mendengar Gozali sukses menguasai beksi. Mereka belajar pada Gozali, sehingga teman-temannya menjadi jago beksi di Petukangan.

“Hingga kini Petukangan dikenal sebagai pusat penyebaran maen pukulan beksi di Jakarta,” tulis GJ Nawi dalam bukunya.

Tidak disangka ketika perguruan beksi di Dadap meredup, beksi Petukangan yang dibawa Gozali bersinar. Ada empat guru besar beksi di Petukangan. Semuanya murid Gozali.

Mereka adalah Kong H Hasbullah, Kong M Nur, Kong Simin, dan Kong Mandor Minggu. Mereka menjadi tokoh sentral penyebaran beksi. Pada suatu ketika para guru besar itu dipersilakan oleh Gozali menggali ilmu beksi lebih lanjut kepada Ki Murhali, ketika Gozali pergi haji.

Pesatnya perkembangan beksi di Petukangan diakui oleh Lie Djie Tong ketika diwawancarai Intisari.

“Memang pokok dari sini (Dadap), pecahnya di Petukangan,” ujar Lie Djie Tong mengisahkan murid beksi yang mendirikan perguruan di tempat lain.

Empek Jitong juga mengatakan ada perguruan titisan ilmu kakeknya di Kebayoran, Jakarta Selatan dan Pondok Aren yang sekarang masuk wilayah Kota Tangerang Selatan.

Hasil akulturasi

Sesungguhnya silat yang dikembangkan kakek Lie Djie Tong, adalah hasil racikan kakeknya. Ramuan antara gerak yang diperoleh dari leluhurnya dari Tiongkok dan beladiri lokal Dadap yang belum diketahui nama jurusnya.

Baca juga: Filosofi Pencak Silat

Lie Tjeng Hok pernah berguru kepada dua orang asal Dadap, yaitu Ki Jidan dan Ki Miah. Gerakan silat dari dua orang tersebut kemudian dipadukan dengan silat dari kakeknya. Gerakan silat hasil akulturasi itu kemudian diberi nama bhe si, yang kemudian berubah menjadi beksi.

Menurut Lie Djie Tong, silat dari kakek Lie Tjeng Hok, yaitu Lie A Djam berbeda modelnya jika dibandingkan dengan beksi sekarang yang sudah mengalami racikan.

Menurut GJ Nawi, ciri khas silat beksi menggunakan gaya pukulan terbalik atau celentang yang disebut Loco Boni, bermain jarak rapat, kecepatan dan kekuatan ledakan pukulan mengandalkan gerak refleks tangan dan daya pikir atau intelegensia disertai pemanfaatan tenaga gerak bahu dan pinggul, gerak atraktif meledak-ledak dan hentakan kaki ke bumi (gedig), dan menerapkan filosofi “mau memukul, ogah dipukul”.

Beksi pengaruhnya luar biasa besar dalam perkembangan dunia persilatan. Saat Jakarta dan sekitarnya masih sepi, seringkali terjadi pembegalan, dan perampokan, kondisi keamanan masih seperti barbar, masyarakat Betawi membutuhkan keterampilan beladiri.

Sekarang fungsi beladiri masih tetap untuk menjaga diri walaupun rasa aman sudah meningkat jauh. Tentu saja gerakan beladiri penting untuk olahraga kebugaran.

Selamat jalan Lie Djie Tong. Ilmu silat beksi yang Empek Jitong sedekahkan pada masyarakat yang membutuhkan, semoga menjadi penerang yang menyenangkan di sana.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi