Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wartawan
Bergabung sejak: 3 Jan 2022

Wartawan Kompas, 1989- 2018

Belajar Hidup dari Pertarungan Silat

Baca di App
Lihat Foto
ISTIMEWA
Guru Besar PGB Bangau Putih, Gunawan Rahardja, bersama para pelatih di kawasan Puncak, Cisarua, Bogor
Editor: Egidius Patnistik

PADA suatu siang menjelang tengah hari, hujan rintik-rintik di kawasan Puncak perkebunan teh, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Orang-orang berseragam kaos oblong dan celana longgar putih tampak bertarung dengan pasangan masing-masing.

Gerakan mereka kadang terlihat cepat, dan kadang pelan, slow motion, seperti tengah melakukan gerakan meditatif. Mereka seperti sedang merenungkan gerakan tubuh, seakan-akan mencari makna lain dari apa yang mereka sedang lakukan.

Tubuh mereka yang rata-rata terlihat ideal, dan lentur bagai tak bertulang ketika berguling-guling menggelinding ke depan, belakang, dan samping. Entah sudah berapa banyak waktu yang mereka gunakan berlatih.

Baca juga: Lie Djie Tong, Legenda Silat Cina Benteng Berpulang

Mereka adalah para pelatih dari Perguruan Silat Persatuan Gerak Badan (PGB) Bangau Putih yang berkumpul di Pedepokan Cisarua, Bogor yang dikelilingi banyak rumpun bambu yang tinggi-tinggi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dengan energinya yang lembut, tangan kanan pelatih Eric Sinaryo tiba-tiba menempel di pundak rekannya. Dia memberi tantangan buat temannya, sekaligus melihat bagaimana cara penyelesaiannya.

Tantangan itu diselesaikan hanya dengan tangkisan lembut bagian luar telapak tangan, tangan Eric terlepas.

“Betul. Sudah halus,” kata Eric mengomentari gerakan tangan kawannya.

Eric dengan kalem menangkis tangan kawannya yang menyasar dadanya. Tangkisannya halus, tidak terasa sehingga kawannya tidak memberi reaksi. Tangkisan Eric mendorong tangan kawannya keluar dan tak terduga tangan kanannya bergerak mengepit tangan kawannya.

Kawannya tahu, Eric punya peluang untuk membanting tubuhnya yang beratnya 65 kilogram. Tetapi Eric mempersilakan kawannya mengambil kesempatatan membanting tubuhnya, meskipun kawannya sudah siap untuk dijatuhkan. Eric tipikal pelatih baik yang menunjukkan setiap ada peluang.

“Bungkukkan tubuhmu menyerong ke depan. Bergerak natural saja, jangan ada maksud menjatuhkan,” kata Eric memperjelas peluang kawannya untuk membanting dirinya. Dalam hitungan detik tubuh Eric jatuh, punggungnya menghantam lantai, “gubrak”.

Itulah adegan tuicu (pertarungan silat berpasangan) dalam acara pertemuan pelatih PGB pada 30-31 Oktober 2021 di Padepokan PGB Bangau Putih, Jalan Sindang Subur, Tugu Selatan, Cisarua, Bogor.

PGB Bangau Putih pada 25 Desember 2021, dirayakan ulang tahunnya yang ke-69.

Lihat Foto
ISTIMEWA
Gerakan silat Perguruan Silat Persatuan Gerak Badan (PGB) Bangau Putih.
Belajar dari tuicu

Tuicu bisa dikatakan sebagai gambaran dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan nyata selalu dihadapkan pada tantangan dan rintangan, serta pukulan dan jebakan-jebakan.

Bahkan dalam tuicu, lawan dipancing untuk menjadi tidak sabar, dan kemudian emosi, memboroskan tenaga sampai kelelahan sendiri dan jatuh.

Dalam kehidupan nyata, setiap tantangan dan rintangan dapat diselesaikan dengan fokus, tanpa emosi, menggunakan pengetahuan dan cara yang tepat guna seperti dalam tuicu. Dan, tentu saja semua tindakan dilakukan dalam keadaan sadar.

Dalam ber-tuicu irama gerakan tubuh juga diperhatikan dengan posisi langkah yang tepat. Yin yang seringkali dijadikan metode yang disebut kosong-isi. Kosong itu isi, isi itu kosong. Ini hanya bisa dirasakan dengan praktik.

Baca juga: Manfaat Kuda-kuda dalam Pencak Silat

Yin representasi dari kelembutan, feminin, gelap, dan kosong. Sementara “yang” sebagai yang kuat, pria, isi, dan terang.

“Akan tetapi tidak ada “yin” yang benar-benar “yin”, dan tidak ada “yang” yang murni “yang”. Keduanya silih berganti, saling memengaruhi secara alamiah,” tulis Bruce Lee, aktor film silat dalam bukunya Striking Thoughts, Bruce Lee’s Wisdom For Daily Living (Tuttle Publishing, 2000).

Dalam praktiknya, kosong-isi bisa dirasakan ketika ber-tuicu. Tangan kiri dan kanan dibuat kosong dan isi bergantian. Kosong-isi bisa dipraktikkan lebih rinci antar ruas anggota tubuh.

Praktik seperti itu bisa digunakan ketika berkomunikasi dalam pergaulan sehari-hari. Serasi, silih berganti. Jangan ngotot terus ketika berbicara.??

“Dalam tuicu pasanganmu bukan musuhmu. Musuhmu berada dalam dirimu sendiri,” pesan Guru Besar Perguruan Silat Persatuan Gerak Badan (PGB) Bangau Putih, Gunawan Rahardja, dalam percakapan suatu malam di Training Center PGB Bangau Putih, Bogor.

Masing-masing pasangan tuicu harus berusaha mengendalikan emosi sendiri-sendiri, menjaga tubuh bergerak secara wajar dengan kesadaran, tahu bagian tubuh mana yang digerakkan, dan tahu apa maksud dan tujuannya.

Ini juga bisa dijadikan nasihat dalam menjalani hidup sehari-hari. ??Dunia persilatan memang banyak memberi pesan dan pelajaran hidup secara tidak langsung, walaupun seperti orang berkelahi.

Pesilat legendaris Bruce Lee juga meninggalkan pesan yang mendasari watak baik dengan kutipannya yang terkenal, “Jadilah air kawanku”.

Kutipan itu diambil dari ucapan Bruce Lee dalam acara Pierre Berton Show tahun 1971. Kutipan itu kemudian dimaknai sebagai nasihat kehidupan dalam hal keluwesan dan kelenturan dalam menjalani hidup.

“Kosongkan pikiranmu menjadi tanpa bentuk, seperti air. Kamu tuangkan air ke dalam cangkir, air akan menjadi (mengikuti bentuk) cangkir. Ketika dituangkan dalam botol, akan mengikuti bentuk botol. Kamu tuangkan ke teko, juga akan mengikuti bentuk teko. Air mengalir bisa menghantam. Jadilah air kawanku,” demikian kutipan lengkap Bruce Lee.

Sudah menjadi tradisi dalam dunia silat, guru silat biasanya menyampaikan pesan-pesan mulia, kebijaksanaan hidup (wisdom) selain memantapkan keterampilan silat.

Karena itu belajar silat perlu ada guru atau pelatih yang menangani latihan. Kegiatan di Puncak waktu itu adalah perjumpaan para pelatih untuk latihan bersama.

Di sana selain ada guru Gunawan Rahardja juga hadir pelatih senior Bre Redana, Kris Mamusung, Antonius James, Dadan Johansyah, dan Anto. Ada juga pelatih yang muda-muda, seperti Henky, Iyan Fernando, Antonius Puji Eko, dan lain-lainnya.

Keberadaan para pelatih mutlak diperlukan. Sebagaimana dalam kehidupan sehari-hari, kita butuh pembimbing supaya bisa memenangi kehidupan dengan lebih banyak keberhasilan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi