Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Keadilan Tes PCR untuk Seluruh Rakyat Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/RENO ESNIR
Warga melakukan tes usap dengan sistem Polymerase Chain Reaction (PCR) di Genomik Solidaritas Indonesia Laboratorium, Jakarta, Kamis (28/10/2021). Pemerintah melalui Kemenkes menetapkan tarif tertinggi harga pemeriksaan PCR untuk mendeteksi COVID-19 menjadi Rp275 ribu di Jawa-Bali dan Rp300 ribu untuk luar Jawa dan Bali. ANTARA FOTO/ Reno Esnir/foc.
Editor: Sandro Gatra

AKIBAT makin banyak sel otak uzur saya berguguran mati, saya kesulitan menerima masukan informasi bersifat baru.

Naga-naganya sisa sel otak saya sudah terlanjur terlalu terpengaruh istilah Unicorn dan Omnibus Law.

Saya selalu keliru menyebut virus jenis baru yang sedang merajalela sebagai Omnicorn.

Putus asa

Setelah lemah lunglai akibat putus asa terhantam gelombang banjir berita bahwa virus Corona setelah berkembang menjadi Covid pakai embel-embel 19 lalu beralih-nama menjadi Delta, sebelum berubah menjadi Omnicorn, eh Omicron, departemen kesehatan Israel benar-benar tidak sehat menyebar berita bahwa telah ada pasien yang kejangkitan penyakit campuran flu biasa dengan corona luar biasa, maka disebut Florona.

Ternyata para petugas kementerian kesehatan Perancis tidak mau kalah kejam ketimbang para nakes Israel dalam mendeteksi virus sanak keluarga Corona yang kemudian diberi nama IHU.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Malah kemudian dinyatakan memiliki 14 varian yang tidak diberi nama akibat dianggap terlalu banyak, maka terlalu mubazir merepotkan untuk diberi nama.

WHO sendiri juga tampak kewalahan menghadapi banjir informasi baru yang terus menerus memperbarui informasi lama tentang virus yang sejak awal 2020 belum mereda menggabluk sampai dengan awal 2022.

Amerika Serikat

Terlepas dari entah apa nama sang virus, terbukti terberitakan bahwa Presiden Amerika Serikat, Joe Biden didampingi Wapres cantiknya menyelenggarakan rapat gawat darurat bersama seluruh kementerian, yang di USA disebut sebagai kesekretariatan, untuk membahas pagebluk Omicron pascaliburan Natal dan Tahun Baru sehingga layak dikomentari OMG alias Oh My God!

Tampaknya Joe Biden jauh lebih peka ketimbang Donald Trump sebelum terpapar Corona.

Joe Biden lebih panik terhadap kondisi negerinya terpapar Omicron di awal tahun 2022 yang memang cukup horor untuk dipaniki.

Demi lebih cepat menangani kasus pasien terpapar Omicron, bahkan Joe Biden memaksa para perusahaan asuransi wajib mengganti biaya warga melakukan tes PCR atau entah apa itu namanya.

Bahkan apotek-apotek dan rumah-rumah sehat di Amerika Serikat ternyata sangat Pancasilais, sebab sudah giat fastabiqul khoirot melakukan promosi tes PCR gratis demi mewujudkan keadilan tes PCR untuk seluruh rakyat Amerika Serikat.

Harapan

Menyimak apa yang terjadi di Amerika Serikat yang de facto apalagi de jure tidak punya BPIP sambil tersohor sebagai negara kapitalis paling ganas menghalalkan segala cara demi meraup laba, saya menjadi sedemikian takjub dan iri sehingga tidak terlalu peduli tentang entah apa nama virus yang sedang menggila di marcapada terutama di Amerika Serikat.

Bagi saya tidak masalah saya harus bayar tes PCR selama saya masih mampu membayar.

Namun kasihan nasib sesama warga Indonesia yang bermasalah harus bayar tes PCR. Untuk makan bahkan minum saja kesulitan bayar.

Alasan jasa para nakes harus dibayar langsung teratasi apabila pemerintah berkenan memberi subsidi.

Maka kini saya jauh lebih makin peduli untuk mengharapkan kapan oh kapan tes PCR di Indonesia akan digratiskan seperti telah dibuktikan bisa kalau mau dilakukan oleh anak-anak muda hebat di NTT.

Harapan saya sederhana saja, yakni akhirnya terwujudlah harapan Keadilan Tes PCR Untuk Seluruh Rakyat Indonesia menjadi kenyataan. MERDEKA !

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi