Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pemimpin Redaksi Kompas.com
Bergabung sejak: 21 Mar 2016

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Ferdiansyah dan Kisah Dua Kegigihan Berlawanan dari Probolinggo

Baca di App
Lihat Foto
keteguhan dan kegigihan anak-anak. drawing karya seniman wulang sunu.
Editor: Heru Margianto

HAI, apa kabarmu?

Minggu pertama, bulan pertama di tahun 2022 baru saja kita lalui. Bagaimana minggu pertama kalian tahun baru ini?

Semoga minggu pertama kalian menyenangkan bersamaan dengan kabar baik karena anugerah kesehatan.

Bagaimana kabar resolusi yang kalian buat? Semoga semua resolusi baik kalian, entah itu dinyatakan atau tidak, bisa kalian wujudkan.

Jika menemui kendala di awal-awal, semoga kalian diberi kekuatan atau kegigihan. Panjang umur upaya-upaya baik kalian.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal kegigihan, minggu lalu saya menjumpainya pada sosok Ferdiansyah, seorang anak berusia 10 tahun di Kecamatan Kaningaran, Kota Probolinggo, Jawa Timur.

Baca juga: Ortu Meninggal Dunia, Bocah 10 Tahun Naik Sepeda Ikuti Vaksinasi di Kantor Polisi

Kegigihan mewujud pada diri Ferdiansyah karena upayanya mendapatkan vaksinasi drive thru di Markas Polres Kota Probolinggo, Jumat (7/1/2022).

Ferdiansyah mendapatkan informasi vaksinasi untuk anak usia 6-11 tahun di Polresta Probolinggo dari kakaknya.

Kedua orang tua Ferdiansyah meninggal dunia akhir tahun 2021. Ferdiansyah dan kakaknya yatim piatu.

Ferdiansyah berangkat sendiri dari rumahnya dengan mengayuh sepeda untuk suntik vaksin.

Jarak rumah Ferdiansyah dengan Polresta Probolinggo sekitar 3 kilometer. Butuh waktu sekitar 15 menit bagi Ferdiansyah untuk sampai ke lokasi vaksinasi.

Berbeda dengan ratusan anak lain yang didampingi orangtua atau guru untuk mendapatkan vaksin, Ferdiansyah berangkat sendiri tanpa pendampingan.

Satu-satunya orang yang bisa mendapingi yaitu kakaknya, tidak bisa ikut mendapingi karena harus bekerja.

Ferdiansyah tidak mengeluhkan hal ini. Ia datang sendiri dan mendapatkan vaksin yang diyakininya akan membuatnya sehat.

Kegigihan Ferdiansyah untuk mendapatkan vaksin di tengah keterbatasan mengesankan dan mendapat apresiasi.

Mendapati kegigihan Ferdiansyah, seharusnya kita makin optimistis menatap sejumlah tantangan.

Kegigihan-kegigihan warga macam ini juga tersebar di banyak tempat di Indonesia meskipun setiap hari kita disuguhi perilaku pejabat yang gigih menimbulkan kecewa.

Kegigihan lain di Probolinggo

Tidak jauh-jauh, di Kabupaten Probolinggo, akhir Agustus 2021 adalah contoh perilaku pejabat yang menghadirkan kekecewaan.

Bupati Probolonggi Puput Tantriana Sari (38) dan suaminya Hasan Aminuddin (56) ditangkap Tim KPK karena dugaan suap jual beli jabatan.

Baca juga: Kasus Probolinggo, Saat Keserakahan Melupakan Rasa Syukur

Puput pernah mencatatkan rekor sebagai bupati termuda karena terpilih di usia 30 tahun pada tahun 2013. Saat ditangkap, Puput adalah bupati dua periode.

Hasan Aminuddin adalah Wakil Ketua Komisi IV (Pertanian, Lingkungan Hidup, dan Kelautan) DPR dari Fraksi Partai Nasdem.

Di Partai Nasdem, Hasan adalah Ketua DPP Bidang Agama dan Masyarakat Adat.

Hasan adalah bekas Bupati Probolinggo dua periode (2003-2013) sebelum digantikan Puput, isterinya.

Sebelum jadi Bupati Probolinggo, Hasan menjadi anggota DPRD Probolinggo (1999-2003).

Sebelum ditangkap Tim KPK, pasangan Hasan dan Puput menyiapkan Zulmi Noor Hasani untuk menggantikan Puput di Pilkada 2024.

Zulmi yang menjabat sebagai Direktur Hasan Foudation adalah anak Hasan dari isteri pertama.

Foto Zulmi banyak terpampang di Probolinggo sebagai langkah persiapan melanjutkan dinasti politik ini.

Tim KPK turun ke Probolinggo karena mendapati laporan masyarakat terkait dugaan suap Camat Krejengan Doddy Kurniawan dan Kepala Desa Karangren Sumarto kepada Hasan.

Saat ditangkap, didapati proposal usulan nama-nama ASN Probolinggo yang membutuhkan paraf dari Hasan untuk posisi kepala desa di beberapa wilayah dan uang Rp 240 juta dari 12 orang.

Di tempat terpisah, Tim KPK menangkap Camat Paiton Muhamad Ridwan dengan barang bukti Rp 112,5 juta.

Sejumlah Camat terlibat karena diperintah Hasan. Camat menjadi pengusul nama ASN, koordinator kepala desa, dan perantara pemberi suap ke Puput melalui Hasan yang ditandai dengan pemberian paraf pada nota dinas.

Untuk mendapatkan paraf Hasan sebagai representasi Puput yang akan memuluskan jabatan, kepala desa terpilih wajib menyetor Rp 20 juta dan upeti penyewaan tanah kas desa Rp 5 juta per hektar.

Kegigihan keluarga ini melanggengkan kekuasaan selama empat periode dan akan dilanjutkan di dua periode berikutnya dengan berbagai cara menimbulkan kecewa, bukan bangga.

Karena itu, jika kita mendengar kabar upaya melanggengkan kekuasaan, memperpanjang periode jabatan yang terbatas dengan berbagai upaya agar tetap ada dalam genggamannya, kita lawan.

Kepada mereka yang dengan kegigihannya berupaya melanggengkan kekuasaan yang sejatinya terbatas, mari kita lupakan.

Kita apresiasi kegigihan-kegigihan lain yang pantas diapresiasi seperti Ferdiansyah di Probolinggo untuk mendapatkan vaksin.

Booster untuk menambah proteksi

Soal vaksin, kita perlu juga mengapresiasi kegigihan sejumlah pihak yang memungkinkan kita mempunyai stok vaksin, memungkinkan vaksin terdistribusi ke seluruh negeri, dan memungkinkan vaksinasi terlaksana.

Sebagai negara yang kerap dicibir di awal-awal pandemi, juga kemungkinan pemberian vaksin kepada warganya, kita patut berbangga dengan capaian vaksin saat ini.

Menurut Our World in Data, sudah 287 juta vaksin disuntikkan di Indonesia. Sebanyak 117 juta warga atau setara dengan 42,7 persen penduduk sudah mendapatkan vaksin suntikan kedua alias lengkap.

Kerja luar biasa selama setahun untuk sejumlah kerumitan yang diperkirakan banyak peneliti asing akan terlaksana dalam sepuluh tahun.

Tidak itu saja, Indonesia kini bersiap untuk booster atau vaksin ketiga guna menambah proteksi sesuai rekomendari organsiasi kesehatan dunia atau WHO.

Meskipun tidak wajib sifatnya untuk non-lansia, booster siap disuntikkan pada 12 Januari 2022.

Baca juga: Vaksinasi Booster dan 5 Merek Vaksin yang Kantongi Izin BPOM

Lima jenis vaksin dinyatakan bisa digunakan untuk booster yaitu Coronavac PT Bio Farma, Pfizer, AstraZeneca, Moderna, dan Zifivax.

Coronavac, Pfizer, dan AstraZeneca bersifat homologous, Moderna bersifat homologous dan heterologous, dan Zifivak bersifat heterologous.

Sederhananya, vaksin booster Coronavac, Pfizer, dan AztraZeneca diberikan untuk penerima vaksin lengkap dengan merek sama.

Vaksin booster Moderna diberikan untuk penerima vaksin lengkap dengan merek AztraZeneca, Pfizer, dan Johnson and Johnson.

Sementara booster Zifivax diberikan untuk penerima vaksin lengkap Sinovac dan Sinopharm.

Kalau vaksin lengkap yang kita terima sebelumnya misalnya Sinovac, maka booster sebagai upaya menambah proteksi adalah vaksin Zifivax karena bersifat heterlogous.

Di luar yang tidak wajib untuk non-lansia, Indonesia masih mengejar target kekebalan kelompok untuk keluar dari pandemi dengan meluaskan vaksin dosis pertama dan kedua.

Memvaksin anak-anak usia 6-11 tahun adalah bagian dari upaya ini.

Kegigihan Ferdiansyah di Probolinggo menambah optimisme kita keluar dari pandemi.

Salam gigih,
Wisnu Nugroho.  

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi