Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Epidemiolog soal Prediksi Gelombang Ketiga Covid-19 di Indonesia pada Februari-Maret 2022

Baca di App
Lihat Foto
ANTARAFOTO/GALIH PRADIPTA
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin (kiri) mengikuti rapat kerja (Raker) dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (8/11/2021). Rapat tersebut membahas evaluasi penanganan pandemi COVID-19 dan strategi mitigasi gelombang ketiga melalui ketersediaan obat, alat kesehatan, vaksin, dan tenaga medis, serta keterjangkauan akses testing dan tracing bagi masyarakat. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/foc.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Peneliti pandemi sekaligus epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman memprediksi Indonesia akan mengalami gelombang ketiga infeksi virus corona pada Februari atau akhir Februari-Maret 2022.

Terjadinya gelombang ketiga infeksi Covid-19 di Indonesia tersebut menurutnya bukannya tanpa alasan.

Kendati demikian, Dicky menyampaikan prediksi sangat mungkin untuk meleset dan tidak terjadi, apabila ada intervensi lebih lanjut yang menyebabkan terjadinya perbaikan keadaan.

Baca juga: Omicron Masuk Indonesia, Vaksin Masih Ampuh?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurutnya, ada sejumlah alasan yang melatarbelakangi gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia tersebut.

Salah satunya yakni melemahnya antibodi yang dimiliki masyarakat.

"Prediksinya adalah Februari atau akhir Februari-Maret," ujarnya kepada Kompas.com, Senin (10/1/2022).

"Dari sisi program vaksinasi kita yang rata-rata yang dimulai Januari lalu, termasuk gelombang Delta yang membuat sebagian besar penduduk terinfeksi dan memiliki antobodi dan imunitas, termasuk divaksinasi, Februari-Maret itu adalah di mana proteksinya cenderung berpotensi menurun, sebagian besar, sehingga rawan," jelas dia.

Baca juga: Apa Itu Varian Omicron dan Apa Saja Gejalanya?

Beban vaksinasi penduduk

Selain alasan di atas, Indonesia imbuhnya masih mempunyai beban vaksinasi penduduk yang jumlahnya cukup signifikan.

Hingga Senin (10/1/2022), data Kementerian Kesehatan menunjukkan vaksinasi dosis pertama baru ada di angka 81,74 persen dan dosis kedua 56,24 persen.

"Kalau selama masih ada sejumlah besar penduduk belum memiliki imunitas dan jumlahnya signifikan, 5-10 persen saja sudah signifikan, di situlah akan selalu ada potensi gelombang ketiga," tandasnya.

Baca juga: Gejala Omicron yang Sudah Diketahui dari Berbagai Negara, Apa Saja?

Dicky menyebut telah memprediksi potensi gelombang ketiga ini pada Agustus 2021, sejak Omicron belum dilaporkan pada November 2021.

Menurutnya, gelombang ketiga merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindarkan.

"Kini dengan adanya Omicron di Indonesia, potensi gelombang ketiga menjadi semakin besar. Bukan hanya dari jumlah kasus, tapi juga dampaknya," kata Dicky.

"Karena dia (dampak Omicron) bersinergi dengan dampak Delta yang belum selesai," imbuhnya lagi.

Baca juga: Terinfeksi Varian Omicron, Bagaimana Potensi Keparahannya?

Prediksi gelombang infeksi Covid-19 di Indonesia

Terkait prediksi gelombang infeksi Covid-19 di Indonesia, bahkan Dicky telah menyampaikan, sejak Mei 2020 atau ketika Covid-19 baru dua bulan ada di Indonesia.

Ketika itu Dicky menyebut, Indonesia akan mengalami 3 gelombang infeksi hingga akhirnya pandemi berakhir.

"Sejak Mei 2020 saya prediksi setidaknya Indonesia akan mengalami 3 gelombang," kata Dicky.

Baca juga: Program Vaksinasi Dosis Ketiga Dimulai 12 Januari, Vaksin Booster Wajib atau Tidak?

Sebagaimana diketahui, Indonesia mengalami puncak gelombang pertama pada Januari 2021, dan puncak gelombang kedua pada Juli 2021.

Dirinya berharap, jika Februari atau Maret nanti benar terjadi gelombang ketiga maka hal itu menjadi yang terakhir.

Namun yang perlu digarisbawahi, Dicky berulang kali menyampaikan, prediksi adalah sesuatu yang dikalkulasi berdasarkan data-data di lapangan.

Baca juga: Vaksin Booster Dimulai 12 Januari 2022, seperti Apa Rencananya?

Prediksi sangat mungkin untuk meleset dan tidak terjadi, apabila ada intervensi lebih lanjut yang menyebabkan terjadinya perbaikan keadaan.

Misalnya dengan memperkuat strategi penanganan pandemi, mulai dari 3T, protokol kesehatan 5M, dan akselerasi vaksinasi.

"Ini yang harus dimitigasi dengan strategi penguatan akselerasi vaksinasi, baik dua dosis maupun booster pada kelompok berisiko tinggi," pungkas dia.

Baca juga: Mengenal Peserta BPJS PBI yang Dapat Vaksin Booster Gratis

(Sumber: Kompas.com/Luthfia Ayu Azanella | Editor: Rendika Ferri Kurniawan)

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi