Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Aurora Mengeluarkan Suara?

Baca di App
Lihat Foto
Aurora Borealis DOK. Shutterstock
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Banyak orang mengidam-idamkan melihat aurora atau cahaya kutub yang indah.

Akan tetapi, para penduduk asli kutub utara juga kerap membicarakan tentang suara-suara aneh yang muncul dari langit.

Melansir Kompas.com, 10 Juli 2012, suara aurora bisa berupa tepukan tangan, gemericik, hingga suara gaduh.

Apakah benar aurora juga mengeluarkan suara?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Mengenal Sirius, Bintang Paling Terang di Langit Malam

Penjelasan Peneliti

Peneliti Pusat Riset Sains Antariksa-Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN Andi Pangerang mengatakan, suara yang dihasilkan aurora memang ada tapi termasuk jenis infrasonik.

"Frekuensi yang dihasilkan aurora sebenarnya adalah resonansi Schumann yang frekuensi dasar/fundamentalnya 7,83 Hz, yang mana frekuensi ini termasuk ke dalam infrasonik," kata Andi pada Kompas.com, Kamis (13/1/2022).

Sehingga, kata Andi, diperlukan alat khusus untuk mendengar suara yang dihasilkan aurora.

Adapun beberapa harmonisa pada resonansi schumann, seperti 20,25 Hz (harmonis ketiga), 26,41 Hz (harmonis keempat) dan 32,45 Hz (harmonisa kelima) yang termasuk ke dalam audiosonik.

Meskipun dapat terdeteksi, tetapi amplitudonya tidak sebesar frekuensi dasarnya, sehingga cukup lemah.

Aurora merupakan fenomena alam berupa pendaraan cahaya yang tampak seperti menari-nari di langit malam.

Aurora sering muncul di daerah kutub dan lintang tinggi. Aurora yang terlihat di lingkar kutub utara disebut aurora borealis, sementara itu yang berada di lingkar kutub selatan disebut aurora australis.

Baca juga: Mengenal Canopus, Bintang Paling Terang Kedua di Langit Malam

Suara dari aurora

Melansir National Geographic, 27 Juni 2016, salah satu teori terkemuka tentang kebisingan aurora mengatakan bahwa jarum pohon atau kerucut pinus mungkin terlibat dalam menciptakan suara aurora.

Selama badai geomagnetik, atmosfer dapat menahan medan listrik yang sangat tinggi, menciptakan perbedaan muatan antara udara dan benda-benda di tanah.

Apa pun yang runcing, seperti daun dan kerucut pinus, akan menawarkan permukaan yang sempurna untuk pelepasan listrik dan itu mungkin menimbulkan suara seperti retakan.

Pada 2012, peneliti Universitas Aalto, Unto K. Laine mampu membuktikan bahwa suara aurora berasal dari atas puncak pohon (70 meter di atas permukaan bumi) selama waktu pertunjukan yang paling intens.

Kuncinya adalah sesuatu yang disebut lapisan inversi, wilayah atmosfer di mana suhu udara meningkat seiring ketinggian, bukannya mengalami penurunan biasa.

Lapisan seperti itu dapat berkembang setelah hari yang tenang dan cerah, menurut Laine.

Setelah matahari terbenam, udara yang lebih hangat naik sementara permukaan mendingin, dan kondisi tenang yang terus berlanjut berarti kedua wilayah suhu tidak bercampur.

Menurut Laine dan timnya, lapisan inversi ini kemudian bertindak seperti penutup, menjebak muatan listrik negatif di daerah di bawahnya dan muatan positif di udara di atasnya.

Ketika badai geomagnetik menghantam bumi, tutupnya pecah dan muatannya dilepaskan, menciptakan suara-suara aneh.

Teori itu cocok dengan pengamatan tim sebelumnya. Tim dari Institut Meteorologi Finlandia menunjukkan bahwa 60 suara rekaman paling keras berasal dari sekitar 75 meter di atas tanah. Itu ketinggian yang sama dengan lapisan inversi biasa.

Baca juga: Matahari Buatan China 5 Kali Lebih Panas dari Aslinya, Apa Tujuannya?

Penelitian tentang suara aurora

Melansir CNN, 2 April 2021, Laine telah menghabiskan beberapa dekade merekam suara menggunakan pengaturan tiga mikrofon dan antena loop VLF (frekuensi sangat rendah) yang terhubung ke perekam digital empat saluran.

Sementara itu Donald Hampton, seorang profesor peneliti di Institut Geofisika di Universitas Alaska Fairbanks yang mempelajari fisika ruang angkasa dan aurora dan interaksi aurora dengan atmosfer bagian atas skeptis terhadap adanya suara aurora.

"Sudah bertahun-tahun pelaporan anekdotal tentang orang-orang yang mendengar suara mendesing atau berderak. Tetapi jika Anda memikirkannya secara fisik, tidak mungkin Anda benar-benar mendapatkan suara dari aurora itu sendiri," kata Hampton.

Dia mengatakan, hal itu karena cahaya utara terjadi antara 60 dan 100 mil di atas permukaan bumi dan dibutuhkan suara beberapa detik untuk menempuh jarak satu mil.

Meski begitu, Hampton tidak mengabaikan teori bahwa cahaya utara dapat bertanggung jawab atas suara yang diklaim didengar orang.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi