KOMPAS.com – Istilah NFT baru-baru ini menjadi salah satu topik atau hal yang dibicarakan publik.
Topik perihal NFT mengemuka setelah seorang pemuda bernama Ghozali berhasil menjual foto selfie-nya selama 5 tahun seharga miliaran rupiah sebagai produk NFT di Open Sea.
Sebelumnya, masyarakat juga diramaikan oleh seseorang dengan akun @yofhiavnt yang menjual alun-alun Utara Kota Yogyakarta dengan penjualan tanah virtual di laman nextearth.io yang merupakan platform berbasis NFT.
Baca juga: Saat WhatsApp Uji Coba Fitur Baru untuk Kirim Uang Kripto...
Apa itu NFT?
Melansir dari laman Livemint, NFT adalah barang digital yang bisa dibeli dan dijual menggunakan teknologi blockchain.
Layaknya cryptocurrency, NFT dibeli dan dijual melalui platform khusus.
NFT sendiri merupakan singkatan dari Non-Fungible Token. Yang mana sesuatu yang sepadan akan ditukar dengan barang yang setara.
Baca juga: Viral Foto Selfie Dijual hingga Miliaran, Ini Sebab NFT Bisa Amat Mahal
Sementara itu, mengutip Forbes, NFT merupakan unit data unik yang tidak dipertukarkan, yang disimpan di blockchain yang dapat melacak transfer, kepemilikan, dan properti aset digital unik.
Adapun istilah non-fungible adalah hal yang membedakan NFT dari entitas blockchain lain seperti cryptocurrency.
Token NFT dapat berupa gambar. Namun dapat pula berupa tanah virtual seperti yang ada pada situs seperti Decentraland dan The Sandbox.
Baca juga: 10 Mata Uang Kripto Paling Bernilai di Dunia
Bagaimana NFT diperdagangkan?
Layaknya cryptocurrency, NFT dibeli dan dijual pada platform khusus.
Adapun OpenSea, saat ini merupakan pasar NFT paling terkenal.
Pada penjualan NFT, perdagangan tidak selalu melibatkan transfer obyek token.
Sebagai contoh, NFT lukisan terkenal yang dijual.
Baca juga: Sederet Kasus Kebocoran Data Penduduk di Server Pemerintah
Maka yang berpindah tangan tidak selalu gambar lukisan, namun sertifikat kepemilikan NFT yang terdaftar di blockchain.
Nantinya sertifikat harus disimpan dengan aman di dompet digital .
Adapun dompet digital bisa diakses melalui Metamask, ekstensi browser internet gratis atau perangkat fisik yang aman.
Mungkin pula dalam bentuk sederhana dari kode yang nantinya bisa dicetak pada selembar kertas.
Untuk membeli NFT, maka harus memiliki dompet berisi cukup cryptocurrency yang relevan.
Relevan di sini sebagai contoh, cryptocurrency ether (ETH) digunakan jika orang itu membeli token di blockchain Etherum.
Baca juga: Hasil Investigasi Kominfo dan Update soal Dugaan Kebocoran Data BPJS Kesehatan
Tantangan perdagangan NFT
Perdagangan NFT melibatkan proses teknis yang kerap disalahpahami dan bisa menyebabkan investor tidak tahu pasti apa yang sedang ia hadapi.
Setiap kali menggunakan blockchain maka diperlukan biaya untuk membayar penambangan, karena perhitungan komputer akan menghabiskan banyak energi.
Sehingga besar kemungkinan konsumsi listrik juga menjadi lebih besar.
Baca juga: Viral Unggahan Kebocoran Data Berimbas Penipuan Pengiriman Barang, Apa yang Harus Dilakukan?
Beberapa investor berpengalaman mungkin memakai bot untuk mencoba memastikan ia mendapatkan token, hal ini akan membuat NFT semakin sulit untuk diakses para investor pemula.
Sejumlah kritikus menilai NFT adalah investasi yang jauh dari kepastian.
Selain itu banyak yang menilai NFT membuat para investor menghabiskan uang untuk barang-barang yang tidak berarti.
Baca juga: Hati-hati Penipuan, Jangan Berikan Kode OTP kepada Siapa Pun!
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.