Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analisis Epidemiolog soal Penyebaran Varian Omicron di Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/FAUZAN
Sejumlah penumpang pesawat internasional antre pemeriksaan setibanya di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (7/1/2022). Pemerintah untuk sementara menutup pintu masuk bagi warga dari Afrika Selatan, Botswana, Norwegia, Prancis, Angola, Zambia, Zimbabwe, Malawi, Mozambique, Namibia, Eswatini, Lesotho, Inggris dan Denmark dalam upaya mencegah penyebaran COVID-19 tipe SARS-CoV-2 varian B.1.1.529 atau Omicron yang berlaku hari ini (7/1/2022). ANTARA FOTO/Fauzan/rwa.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menegaskan, varian Omicron telah menyebar tanpa terkendali di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Oleh karena itu, pihaknya mengingatkan pentingnya testing, tracing, dan treatment (3T)

"Di semua negara, bahkan dengan kemampuan 3T lebih baik dari Indonesia menyebar tanpa terkendali, apalagi di Indonesia yang kita tahu 3T-nya tidak memadai dan pasif sehingga fakta ini tidak terhindarkan," ujar Dicky saat dihubungi Kompas.com, Senin (17/1/2022).

"Ketika kita gagal mendeteksi, kita menyimpan bom waktu. Ini akan menimbulkan masalah baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang," lanjutnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Apa Itu Varian Omicron dan Apa Saja Gejalanya?

Sebagaimana diketahui, pemerintah melaporkan adanya penambahan 1.054 kasus Covid-19 di Indonesia dalam 24 jam terakhir pada Sabtu, 15 Januari 2022.

Angka tersebut merupakan penambahan kasus harian tertinggi setelah sekitar tiga bulan lalu laju kasus Covid-19 berada di titik terendah.

Dicky menegaskan, masalah jangka pendek yang akan timbul apabila gagal mendeteksi kasus di masyarakat tentunya yakni munculnya banyak orang yang sakit atau terinfeksi Covid-19.

Baca juga: Kemenkes Sesuaikan Sertifikat Vaksin Sesuai Standar WHO, Begini Bentuknya

Kebanyakan orang yang terinfeksi tidak bergejala

Sejauh ini, imbuhnya 90 persen orang yang terinfeksi varian Omicron tidak bergejala.

Hal itu karena saat ini sudah banyak yang memiliki imunitas, baik karena vaksinasi, pernah terinfeksi, maupun sudah terinfeksi lalu melakukan vaksinasi.

Mnurutnya hal tersebut tetap berbahaya. Karena dengan gejala ringan atau tanpa gejala orang-orang bisa bebas beraktivitas.

Baca juga: Cara Download Sertifikat Vaksin Standar WHO di PeduliLindungi

Dampak terparah apabila kemudian menginfeksi orang-orang yang berisiko tinggi seperti lansia, komorbid, ibu hamil, dan lainnya.

"Banyak kelompok berisiko tinggi belum divaksinasi, termasuk anak-anak atau bayi atau ibu hamil. Ini yang terlihat di banyak negara. 20 persen dampaknya lebih berat pada anak karena mayoritas mereka belum divaksinasi. Kematian pada anak lebih signifikan terjadi setelah Omicron," katanya lagi.

Selain peningkatan kasus, salah satu hal yang dikhawatirkan yakni tumbangnya fasilitas kesehatan hingga kekurangan sumber daya manusia (SDM) akibat banyaknya tenaga kesehatan dan pelayan publik yang sakit atau menjalani karantina.

"Bisa kolaps. Stok makanan berkurang. Testing sulit, karena nakesnya banyak yang sakit. Dampak Omicron ini lebih besar, memang bukan pada aspek individu, tapi public health-nya dan sektor kesehatannya banyak sektor yang terganggu," ungkap Dicky.

Baca juga: Kapan Pasien Covid-19 Varian Omicron Dinyatakan Sembuh dan Selesai Isolasi?

Kasus transmisi lokal

Senada dengan Dicky, epidemiolog dari UGM Yogyakarta Bayu Satria Wiratama juga menekankan pentingnya respons sistem kesehatan yang diperkuat terkait 3T (testing, tracing, dan treatment) untuk pencegahan peningkatan kasus.

Dirinya berharap Indonesia tidak perlu sampai melakukan peningkatan level PPKM karena kasus-kasusnya dapat ditekan dengan 3T yang bagus.

"Selain itu edukasi 5M juga kembali diperketat dan akses ke ruang publik sebaiknya diperketat dengan meningkatkan kedisiplinan penggunaan PeduliLindungi," ujarnya terpisah kepada Kompas.com, Senin (17/1/2022).

Baca juga: Simak, Ini Alur Pelaksanaan Vaksinasi Booster Covid-19

Bayu mengatakan, tanda varian Omicron telah menyebar justru adalah saat muncul kasus transmisi lokal.

"Sebenarnya salah satu tandanya adalah adanya kasus transmisi lokal yang tidak berhubungan dengan PPLN (Pelaku Perjalanan Luar Negeri) dan itu sudah terjadi beberapa hari lalu," kat dia.

Bayu mengungkapkan, kemungkinan besar ketika pertama kali Omicron terdeteksi itu sudah masuk transmisi lokal. Akan tetapi, saat itu pemerintah tidak bisa membuktikannya.

Baca juga: Mengapa Status Pandemi Covid-19 di Indonesia Belum Dicabut? Ini Kata Satgas

Selain itu, menurutnya peningkatan kasus tidak hanya dipicu oleh varian Omicron semata. Tetapi juga mobilitas yang terjadi, hingga kedisiplinan masyarakat terkait 5M.

Yaitu mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta mengurangi mobilitas.

(Sumber: Kompas.com/Nur Fitriatus Shalihah | Editor: Rendika Ferri Kurniawan)

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo INgfografik: 10 Gejala Varian Virus Corona Omicron

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi