Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Adakah Ada Sebelum Ada?

Baca di App
Lihat Foto
DOK. PRIBADI
Jaya Suprana
Editor: Sandro Gatra

TERSURAT pada Kitab Kejadian di dalam Alkitab sebagai Kitab Suci agama saya, yaitu Nasrani sebagai berikut:

1. Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. 2. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. 3. Berfirmanlah Allah: ”Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi. 4. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. 5. Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.

Indah

Menurut pendapat subyektif berdasar selera subyektif saya, makna kisah yang tersurat mau pun tersirat di dalam awal Alkitab itu indah.

Penciptaan alam semesta menurut agama dan kepercayaan lain dari agama dan kepercayaan saya pada hakikatnya juga indah sesuai dengan makna adiluhur yang terkandung di dalam kearifan agamamu agamamu, agamaku agamaku, maupun kepercayaanmu kepercayaanmu, kepercayaanku kepercayaanku.

Namun di sisi lain ternyata Karen Armstrong bersabda bahwa “Pada mulanya manusia menciptakan Tuhan”.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sementara Stephen Hawking meyakini bahwa alam semesta berawal dengan The Big Bang alias Ledakan Akbar tanpa kejelasan atas ukuran yang dianggap akbar untuk dibedakan dengan yang dianggap tidak akbar.

Sebagai insan awam jelata yang di samping dungu juga tidak tahu-menahu soal awal alam semesta, saya memberanikan diri untuk meyakini secara agak matematis bahwa titik awal alam semesta berawal pada titik nol sebelum alam semesta mulai ada.

Nol merupakan simbol alias lambang sesuatu yang tidak atau belum ada. Berdasar logika aritmatikal setelah nol ada plus sementara sebelum nol ada minus.

Berdasar logika semantikal sesuatu yang belum ada berarti sebelumnya tidak ada. Namun kemudian ada baik secara diadakan mau pun ada dengan sendirinya.

Seperti keyakinan Aristoteles tentang sesuatu yang ada secara mendadak spontan ujuk-ujuk ada tanpa ada yang mengadakannya.

Ada

Masalah semantika kata “ada” makin rumit apabila istilah mengada-ada diada-adakan baik untuk sengaja mau pun tidak sengaja diada-adakan padahal sebenarnya tidak ada.

Loncatan problematika pemahaman juga makin lincah ke sana ke mari apabila saya melibatkan unsur waktumologis ke dalam diskursus tentang keadaan awal alam semesta.

Andai kata kita menggunakan alat yang disebut sebagai jam untuk mengukur yang disebut sebagai waktu, maka dapat disepakati bahwa saat awal alam semesta adalah jam nol, menit nol dan detik nol. 00:00:00.

Namun setahu saya tidak ada atau belum ada sebab minimal belum diadakan, jarum dan/atau digit jam yang menampilkan jam minus, menit minus dan detik minus.

Tahun nol juga tidak ada, maka 1 Januari 2000 keliru disebut sebagai awal abad XXI padahal yang benar adalah 1 Januari 2001.

Memang ada terminologi sejarah yang menyebut sebelum dan setelah Masehi, namun tidak atau belum ada istilah sebelum-sebelum Masehi.

Apa yang disebut sebagai waktu memang sarat beban masalah yang belum tersolusikan seperti misalnya berapa lama apa yang disebut sebagai “sekarang” yang rawan dipedebatkan dengan mulut berbuih sampai akhir jaman yang sama kurang jelasnya seperti awal jaman.

Enigma dan misteri

Mengenai apa yang disebut “ada” memang penuh enigma sekaligus misteri, maka membingungkan.

Apalagi setelah Albert Einstein jahil bikin teori relativitas mengaitkan waktu dengan ruang yang keduanya konon melengkung, namun masih belum berhasil dideskripsikan apalagi didefinisikan secara sempurna oleh otak manusia yang pada hakikatnya mustahil sempurna akibat mustahil ada manusia terutama saya yang sempurna.

Atas kesadaran bahwa otak saya mustahil sempurna, maka saya berhenti mencoba mengungkap tabir misteri yang menyelubungi apa yang disebut sebagai “ada”, apalagi sebelum ada itu diadakan atau teradakan secara ujuk-ujuk dengan sendirinya tanpa perlu diadakan apalagi diada-adakan secara mengada-ada.

Menyadari kemustahilan plus kemubaziran untuk berupaya membuka tabir misteri apa yang disebut dan dianggap “ada”, maka ketimbang mengada-ada lebih bagus saya lebih berupaya senantiasa berterima kasih demi mensyukuri atas “ada” atau apa pun nama Anugerah yang telah dianugerahkan oleh Yang Maha Kuasa kepada umat manusia termasuk saya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi