Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prediksi BMKG soal Kapan Puncak dan Akhir Musim Hujan

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/ND700
Ilustrasi hujan lebat
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Supari mengatakan, puncak musim hujan di 244 dari 342 zona musim (ZOM) di Indonesia akan berlangsung pada dua bulan pertama 2022, yaitu Januari dan Februari.

Artinya, sebagian besar wilayah Indonesia saat ini sedang mengalami puncak musim hujan.

Kendati demikian, masih ada sejumlah daerah yang belum memasuki puncak musimnya. Karenanya, daerah-daerah tersebut masih sangat mungkin diguyur hujan lebat.

"Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, puncaknya Januari-Februari, jadi masih sangat mungkin ada hujan-hujan lebat," kata Supari, dikutip dari pemberitaan Kompas.com.

Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG A Fachri Radjab memperkirakan, musim hujan kali ini akan berakhir pada April 2022.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Lebih 2.000 Kasus Sehari, Benarkah Indonesia Memasuki Gelombang Ketiga?

Waspada bencana hidrometeorologi

Fachri meminta masyarakat mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang dan tanah longsor.

Menurutnya, Indonesia paling sering dilanda bencana hidrometeorologi, baik kering maupun basah.

"Bencana hidrometeorologi kering itu misalnya kekeringan akibat El Nino yaitu kebarakan hutan dan lahan," ujarnya, dikutip dari Kompas.com.

Ia menjelaskan, adanya pandemi Covid-19 membuat bencana hidrometeorologi basah di beberapa wilayah memiliki tantangan semakin besar.

Harapannya, proses evakuasi masyarakat di lokasi bencana dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan.

"Ketika ada pengungsian harus dikondisikan bahwa pengungsi tetap menerapkan prokes, kemudian kalau pun ada kejadian evakuasi atau penyelematan tetap harus prokes," jelas dia.

Baca juga: Kasus Covid-19 Harian Tembus 2.000, Daerah Ini Alami Peningkatan Tiga Hari Berturut-turut

Terlepas dari itu, hujan lebat sebenarnya jarang menjadi faktor tunggal penyebab banjir.

Pasalnya, kondisi lingkungan yang rusak juga bisa memicu banjir.

"Seburuk-buruknya lingkungan jika tidak ada hujan tidak mungkin jadi banjir," ujar Supari.

"Secara umum, banjir terjadi akibat kombinasi faktor atmosfer yaitu hujan lebat dan faktor permukaan yakni kondisi lingkungan (rusak). Akan sangat tergantung pada kondisi masing-masing faktor," tambahnya.

Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir sudah dilaporkan di sejumlah daerah.

Di antaranya adalah Aceh Timur (Aceh), Padang Lawas (Sumatera Utara), Semarang (Jawa Tengah), Garut (Jawa Barat), dan Kediri (Jawa Timur).

Sumber: Kompas.com (Luthfia Ayu Azanella/Haryanti Puspita Sari)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi