Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Horor, Ini Alasan Rumah Era Kolonial Belanda Terasa Lebih Dingin

Baca di App
Lihat Foto
Twitter/@gravelindonesia
Rumah dengan arsitektur era kolonial Belanda yang terasa lebih dingin dan sejuk
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Mengapa rumah dan bangunan bergaya arsitektur era kolonial Belanda terasa lebih dingin dan sejuk? 

Beberapa mungkin mengaitkan dengan hal mistis atau horor.

Namun apabila dibedah lebih teliti, terdapat sejumlah alasan mengapa bangunan arsitektur lawas cenderung lebih dingin dan sejuk. 

Baca juga: Mengintip Gereja Immanuel, Gereja Para Petinggi Era Kolonial Belanda

Bangunan arsitektur era kolonial

Bangunan peninggalan era kolonial yang masih dapat dijumpai di antaranya Lawang Sewu di Semarang, Gedung Bank Indonesia di Yogyakarta, Gereja Katedral di Jakarta, Gereja Blenduk di Semarang, dan lainnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat memasuki bangunan khas Belanda, pengunjung akan merasakan hawa sejuk dan nyaman.

"Benerrr, enak banget, kek sejuk gitu. Rumah nenek gue juga bekas peninggalan belanda(?) di pare. Emang atapnya tinggi banget, pintu sama jendelanya juga tinggi gede² gitu. Sering dibuat prewed juga," tulis salah satu akun Twitter.

"Jadi inget rumah dinas bapakku dulu bener bener rumah jaman belanda banget. Jujur iya, sejuuuukkkk bangeeeetttt. Padahal panas cuaca nya tapi bener bener enak gitu, sejuk," ujar akun Twitter lainnya.

Penjelasan akademisi

Dosen Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Ashar Saputra, PhD mengatakan, terdapat sejumlah alasan mengapa bangunan era Belanda bisa terasa sejuk.

Hal itu menurut Ashar dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya adalah unsur-unsur yang ada dalam bangunan tersebut. Mulai dari dinding, atap, hingga lantainya. 

Ashar menjelaskan, biasanya bangunan Belanda menggunakan pasangan bata dinding yang tebal. Batu bata yang tebal pada dinding secara teori itu akan meredam panas dari luar.

Faktor lain yang berpengaruh yakni bangunan Belanda menggunakan sudut atap yang tinggi, lebih dari 50 derajat.

Hal ini membuat ruang udara di bawah atap mampu meredam panas dari atap, sehingga kondisi di bawahnya tetap sejuk.

"Lalu masih dilengkapi dengan sistem sirkulasi udara di atap yang baik, sehingga ruang udara di bawah atap selalu dingin," ujar Ashar saat dihubungi Kompas.com, Minggu (23/1/2022).

Tak hanya itu, tinggi tembok bangunan Belanda juga menyebabkan udara ruangan lebih sejuk dan lebih dingin.

Baca juga: Ketahui Plus Minus Menggunakan Lantai Bambu dan Cara Merawatnya

Ciri arsitektur bangunan tempo dulu

Dilansir dari Kompas.com, (20/9/2021), dijelaskan mengenai ciri-ciri arsitektur bangunan khas Belanda yang terasa sejuk meski tidak menggunakan air conditioner (AC).

Ini rinciannya:

1. Berwarna krem atau putih

Rumah bergaya Indis identik dengan cat dinding warna putih atau krem. Gaya tersebut tidak pernah berwarna mencolok atau cerah.

2. Memiliki jendela berlapis

Zaman dulu, jendela didominasi jalusi atau krepyak. Bentuk jendela berdaun ganda dan berlapis dua.

Bagian luar jendela berupa jalusi atau krepyak dan bagian dalam jendela menggunakan hiasan kaca patri atau kaca transparan.

Terdapat juga bentuk jendela berdaun ganda dan tunggal yang tidak berlapis dua, dengan ornamen pada jendela berupa jalusi atau krepyak.

Selain menggunakan jalusi, beberapa jendela juga menggunakan kaca patri.

Jendela bagian dalam umumnya tidak memakai korden karena hiasan kaca patri tersebut berfungsi sebagai tirai. Jendelanya yang berlapis resisten terhadap maling yang masuk ke rumah.

Baca juga: Kepincut Bikin Rumah Bergaya Industrial? Ini Caranya

3. Pintu yang memiliki lubang angin

Penggunaan jalusi juga digunakan pada pintu adalah ciri arsitektir tropis, sebagai salah satu bentuk adaptasi terhadap iklim tropis agar udara masuk ke dalam rumah.

Serta, pada bagian atas pintu terdapat lubang angin atau ventilasi dari kayu yang menyatu dengan kusen pintu.

4. Atap berbentuk perisai

Bentuk rumah bergaya Indis berbentuk perisai atau limasan.

Atap perisai yang diadaptasi dari bentuk rumah tradisional Jawa dan penyesuaian bentuk atap yang dibuat miring karena memberi ruang yang cukup antara atap dan plafon, sehingga ruangan di bawahnya tidak panas.

Selain itu, terdapat parapet yang mengelilingi atap berguna untuk menyembunyikan peralatan atap, mengurangi beban angin di atap dan mencegah penyebaran kebakaran.

5. Dinding tebal

Kebanyakan rumah era kolonial berdinding tebal yang masih asli terbuat dari tembok bata memilki ketebalan dinding rata-rata 15 dan 30 cm.

Dengan ketebalan itu dapat membuat panas matahari butuh waktu lama untuk memanaskan dinding.

6. Memakai ubin berjenis PC dan teraso

Lantai pada rumah dengan langgam Indis menggunakan penutup dari teraso dan PC atau tegel karena mampu menyerap udara panas, sehingga ruang didalamnya terasa dingin.

7. Memiliki langit-langit yang tinggi

Rumah dengan gaya Indis identik dengan langit-langit yang tinggi karena sirkulasi udara dalam rumah dapat berjalan dengan lancar dan membuat rumah terlihat lebih luas.

Baca juga: 5 Tips Mendekor Rumah Bergaya Retro dengan Sentuhan Modern

8. Teras

Posisi teras pada gaya Indis biasaya terletak di depan rumah menjadi ruang peralihan antara bagian luar dan dalam rumah.

Mempunyai teras menambah kesan mewah pada rumah, selain fungsinya untuk bersantai.

Keberadaan teras di rumah bisa menjadi area sirkulasi udara dan masuknya cahaya matahari alami.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi