Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Boeing 707 Tabrak Gunung Mont Blanc, 117 Kru dan Penumpang Tewas

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Frank Peters
Ilustrasi kecelakaan pesawat
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Hari ini, 56 tahun lalu, tepatnya 24 Januari 1966, terjadi kecelakaan pesawat Boeing 707 Air India.

Pesawat tersebut menabrak Mont Blanc di Pegunungan Alpen. Mengutip BBC, kecelakaan tersebut menewaskan 117 orang.

Berikut sejarahnya:

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Kecelakaan Kereta Api Terburuk di Australia, 83 Orang Tewas

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi kejadian

Pesawat itu sedang dalam penerbangan reguler Bombay ke New York, ketika kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 08.00 waktu setempat.

Pesawat itu terlambat beberapa menit dari jadwal karena bersiap untuk turun.

Namun kapten Air India Boeing 707, yang merupakan salah satu pilot maskapai telah menghubungi menara kontrol melalui radio beberapa menit sebelumnya.

Dia melaporkan bahwa instrumennya berfungsi dengan baik.

Pilot tersebut juga melaporkan pesawat terbang pada ketinggian 19.000 kaki (5.791 meter).

Ketinggian itu sekitar 3.000 kaki atau 514 meter lebih tinggi dari puncak Mont Blanc.

Tak lama kemudian, pesawat menabrak gunung.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Kereta Api di Rumania Tergelincir dan Meledak, 1.000 Tewas

Seluruh awak dan penumpang pesawat tewas

Terdapat 106 penumpang dan 11 awak dalam penerbangan itu. Semua tewas di pesawat saat bersiap untuk mendarat di bandara Jenewa di Swiss.

Salah satu korbannya adalah ketua Komisi Energi Atom India Dr Homi Jehangir Bhabha, yang sedang dalam perjalanan ke Wina.

Penumpang lainnya adalah warga negara India, 46 di antaranya adalah pelaut. Lalu sebanyak 6 orang berkewarganegaraan Inggris.

Tim penyelamat menemukan puing-puing berserakan di sisi barat daya gunung, sekitar 1.400 kaki (427 meter) di bawah puncak.

Gerard Devoussoux, seorang pemandu gunung yang merupakan salah satu yang pertama tiba di lokasi bencana, mengatakan bahwa semuanya benar-benar hancur, tidak ada yang bisa diidentifikasi kecuali beberapa surat dan paket.

Pencarian akhirnya dibatalkan setelah cuaca buruk dan jarak pandang yang buruk menghambat upaya penyelamatan.

Kerabat penumpang yang terlibat dalam bencana itu menangis setelah pejabat bandara menyampaikan berita kecelakaan itu.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Sriwijaya Air SJ 182 Jatuh di Kepulauan Seribu, Semua Penumpang dan Kru Tewas

Penyebab kecelakaan

Mengutip The Print, 27 Juli 2020, selama beberapa tahun puing-puing pesawat dan barang-barang penumpang seperti perhiasan telah ditemukan di lokasi dan sekitarnya.

Akan tetapi penyebab pasti Air India jatuh masih belum diketahui. Setelah kecelakaan itu, pihak berwenang Prancis melakukan penyelidikan resmi.

Laporan mereka memberikan hipotesis yang paling mungkin:

“Pilot-in-command, yang tahu saat meninggalkan Beirut bahwa salah satu VOR (sistem navigasi radio untuk pesawat) tidak dapat digunakan, salah menghitung posisinya dalam kaitannya dengan Mont Blanc dan melaporkan perkiraannya sendiri tentang posisi ini kepada pengontrol."

Selain itu, ditulis di laporan bahwa pengendali radar mencatat kesalahan, menentukan posisi pesawat dengan benar dan meneruskan komunikasi ke pesawat yang dia yakini, akan memungkinkannya untuk memperbaiki posisinya.

Lalu, koreksi itu disalahpahami oleh pilot yang meyakini dia telah melewati punggungan yang mengarah ke puncak dan masih pada tingkat yang aman.

Sementara itu, menurut sebuah laporan di majalah terbitan The Economist 1843, tim Real menemukan dua bukti aneh.

Pertama, satu bagian dari puing-puing yang dicap dengan tanggal 1 Juni 1960, padahal Boeing 707 baru mulai beroperasi di 1961.

Kedua, bagian kuning dari badan pesawat, yang menurut para ahli sepertinya bukan berasal dari pesawat India.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi