Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muncul Subvarian Omicron BA.2, Apa Itu dan Seberapa Berbahaya?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Lightspring
Ilustrasi koinfeksi atau infeksi dua varian virus corona. Beberapa laporan ilmiah mengungkapkan sejumlah pasien terinfeksi dua varian virus corona. Ahli pun mengatakan bahwa infeksi varian Delta dan Omicron, kemungkinan bisa terjadi.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Virus corona tak berhenti sampai di varian Omicron saja. Baru-baru ini muncul BA.2 yang disebut Son of Omicron.

BA.2 telah terdeteksi di lebih dari 40 negara di dunia.

Namun apa sebenarnya BA.2? Seberapa berbahaya?

Berikut ini jawaban dari beberapa epidemiolog:

Baca juga: Ditemukan di 40 Negara, Subvarian Omicron BA.2 Lebih Berbahaya?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan epidemiolog

Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Bayu Satria Wiratama menjelaskan, BA.2 bukan varian baru, melainkan sub varian Omicron.

"BA.2 ini sub varian dari omicron tapi masih dalam keluarga omicron. Jadi bukan varian baru," kata Bayu pada Kompas.com, Jumat (28/1/2022).

Terkait apakah varian ini lebih cepat menular atau tidak dibanding varian Omicron, Bayu menjawab, belum diketahui secara pasti, karena diperlukan penelitian yang lebih mendalam.

"Belum diketahui pasti, minimal dia akan sama dengan Omicron," tutur Bayu.

Lalu terkait penularannya, dia menjelaskan sub varian BA.2 sama dengan Covid-19 pada umumnya, yakni melalui droplets dan airborne.

Begitu juga dengan pencegahannya. Langkah yang harus dilakukan masih sama, yakni:

  1. memakai masker
  2. mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir
  3. menjaga jarak
  4. menjauhi kerumunan
  5. membatasi mobilisasi dan interaksi.

"Kemudian vaksin untuk menurunkan risiko keparahan," imbuh Bayu.

Baca juga: Lansia Rentan Terkena Omicron, Bagaimana Capaian Vaksinasi Lansia di RI?

Satu dari tiga subvarian dari Omicron

Dihubungi terpisah, Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman juga menjelaskan bahwa varian Omicron tidak hanya memiliki sub varian BA.2, akan tetapi ada BA.1 dan BA.3

"BA.2 ini juga adalah Omicron atau sub varian dari Omicron. Saya melihat hampir sama-lah BA.1 dan BA.2 ini ancamannya. Pesan pentingnya jangan meremehkan, jangan abai, jangan over convidence, karena akhirnya kalau bersirkulasi kita akan menambah musuh baru," kata Dicky pada Kompas.com, Jumat (28/1/2022).

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa pada BA.1 terdapat Gen S yang hilang, sehingga bisa dideteksi dengan PCR khusus (PCR-SGTF).

Akan tetapi, pada sub varian BA.2 tidak bisa dideteksi menggunakan PCR, harus melalui teknik Whole Genome Sequencing (WGS).

Saat ini, negara yang paling banyak mendeteksi varian BA.2 adalah Denmark. Dicky mengungkapkan hal itu karena kemampuan WGS negara tersebut lebih unggul dibanding negara-negara lainnya.

Meski begitu, dia meyakini sub varian BA.2 juga telah ada di Indonesia. Adanya sub varian bukanlah hal yang baru.

"Ini bukan hal yang mengagetkan. Delta pun punya sub varian. Ingat ada Delta Plus. Jadi setiap Varian of Concern itu nggak berakhir dengan varian itu dia punya turunan-turunan," ujar Dicky.

Baca juga: Ditemukan di 40 Negara, Subvarian Omicron BA.2 Lebih Berbahaya?

Lebih cepat menyebar

Lanjutnya, karena VoC umumnya cepat menginfeksi. Karena cepat menginfeksi maka akan banyak bermutasi. Mutasi-mutasi itu akan melahirkan sub varian yang bisa jadi lebih hebat, bisa jadi sama.

Dia menggarisbawahi, pesan penting dari kelahiran BA.2 ini, yaitu jangan dibiarkan merajalela karena bisa melahirkan varian yang berbahaya.

Seperti varian Delta akan berbahaya sekali jika bertemu dengan Omicron, bisa terjadi rekombinan.

Menurut data awal, Dicky memaparkan temuan tentang sub varian BA.2:

  1. lebih cepat menyebar
  2. tidak ada perbedaan keparahan dengan BA.1
  3. tidak ada perbedaan signifikan dampak terhadap vaksinasi. vaksinasi masih efektif melindungi dari keparahan dan kematian.

"Artinya responsnya sama, karena BA.2 Omicron juga, yaitu 3T 5M, vaksinasi booster, PPKM yang ketat," pungkas Dicky.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi