Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Syair Gottfried Keller Abadi Relevan

Baca di App
Lihat Foto
DOK. PRIBADI
Jaya Suprana
Editor: Sandro Gatra

SAHABAT saya sesama pemerhati kebudayaan Jerman, Ahmad Fahmi berbaik hati berbagi sebuah syair mahakarya mahapujangga Gottfried Keller berjudul Parteileben disertai komentar bahwa inti makna yang terkandung di dalam mahasyair yang ditulis menjelang akhir abad ke 19 itu masih relevan sampai masa kini. Termasuk di Indonesia.

PARTEILEBEN

Wer über den Partein sich wähnt mit stolzen Mienen,
Der steht zumeist vielmehr beträchtlich unter ihnen.
Trau keinem, der nie Partei genommen
Und immer im Trüben ist geschwommen!
Doch wird dir jener auch nicht frommen,
Der nie darüber hinaus will kommen.
Fällt einer ab von eurer Schar,
So lasst ihn laufen und richtet nicht;
Doch dem, der zu euch stossen will
Von dort, dem schauet ins Gesicht!
"Was du nicht willst, das man dir tu’,
Das füg auch keinem andern zu!"
Lass die Gesinnung merklich sein,
So ist der halbe Sieg schon dein.
Zu diesem Wort lacht manch ein Schuft,
Der sich auf den Erfolg beruft;
Doch du erlebst, dass er wird wandern,
’s trifft eben einen nach dem andern!
Halte fest an der Partei, wenn du ein Parteimann bist;
Aber unentwegt verleugne jeden Lügner und Sophist!
Betrachtet eurer Gegner Schwächen
Und lernt, am besten euch zu rächen,
Das eigne Unkraut auszustechen!
Wenn schlechte Leute zanken, riecht’s übel um sie her;
Doch wenn sie sich versöhnen, so stinkt es noch viel mehr!
Als Gegner achte, wer es sei! Strauchdiebe aber sind keine Partei!

Gottfried Keller

Mahasyair Parteileben (dalam bahasa Indonesia kira-kira bermakna Kehidupan Parpol) ditulis oleh seorang mahapenyair kelahiran Swiss yang menggunakan bahasa Jerman untuk menyindir keburukan sepak terjang partai politik di Eropa pada akhir abad XIX jauh sebelum parpol Nazi di bawah pimpinan Adolf Hitler memporak-porandakan Eropa melalui Perang Dunia II.

Mohon dimaafkan saya tidak berani gegabah mengalih-bahasakan syair yang ditulis oleh Gottfried Keller dengan bahasa Jerman kaliber langitan ke dalam bahasa Indonesia buruk saya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikuatirkan sukma syair mahakarya Gottfried Keller itu akan hilang lenyap apabila saya paksakan bahasa Indonesia buruk saya menerjemahkan puisi berbahasa Jerman kasta kromo inggil tersebut.

Apalagi puisi satiristik tersebut ditulis oleh Gottfried Keller ditulis dengan gelitik sukma humor khas Jerman yang pada hakikatnya beda dari sukma humor khas Indonesia, maka saya makin tidak berani menerjemahkannya ke bahasa Indonesia.

Apabila saya paksa terjemahkan, maka makna kejenakaan akan musnah sama sekali.

Inti makna

Pada hakikatnya inti makna keseluruhan mahakarya Gottfried Keller tersebut terutama dapat dirasakan pada bait:

Betrachtet eurer Gegner Schwächen
Und lernt, am besten euch zu rächen,
Das eigne Unkraut auszustechen

Apabila dipaksakan dialih-bahasakan dengan bekal bahasa Jerman mau pun Indonesia kelas rendahan saya dapat disimpulkan sebagai sindiran terhadap sepak-terjang perilaku para politisi profesional yang senantiasa memaksakan diri untuk menggunakan kacamata berlensa egosentrik maka merasa diri selalu paling benar dan pihak lawan niscaya salah.

Virus di seberang lautan tampak jelas, sementara gajah di depan batang hidup sama sekali tak tampak.

Maklum jika gajah berada tepat di depan hidung kita, maka memang justru menjadi terlalu dekat sehingga malah mata kita tidak bisa melihatnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi