Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bantahan Kemenkes soal Ramai Isu Mendekati Bulan Puasa Kasus Covid-19 Melonjak

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/agarose
Ilustrasi masker.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi membantah bahwa kenaikan kasus Covid-19 tergantung suatu peringatan keagamaan.

"Enggaklah, (kenaikan kasus Covid-19) ini kan bukan tergantung suatu peringatan keagamaan," ujar Nadia saat dihubungi Kompas.com, Kamis (3/2/2022).

Dikatakan Nadia, menjelang bulan puasa seperti sekarang, banyak digunakan masyarakat untuk pulang kampung dalam rangka , misalnya ziarah kubur.

"Sehingga mobilitas kan meningkat, jadi ini yang menyebabkan kasus meningkat dan juga karena protokol kesehatan," imbuhnya.

Bantahan tersebut untuk menanggapi soal unggahan yang ramai di media sosial Facebook, menyebut bahwa kasus Covid-19 melonjak lagi menjelang bulan puasa.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti unggahan oleh akun Facebook ini pada 27 Januari 2022. "Wis mendekati puasa corona bakal melonjak lagi," tulisnya.

"Inilah Negaraqu, klo udh mau Nyampek bulan puasa Corona monculll Lg," demikian tulis akun ini, Selasa (1/2/2022).

Kemenkes mengimbau kepada masyarakat agar selalu mengecek kembali informasi yang beredar di media sosial.

"Banyak situs resmi yang dapat diakses dan memenrikan informasi yang benar," tandas Nadia.

Baca juga: Ramai soal Mendekati Bulan Puasa Kasus Covid-19 Melonjak Lagi, Ini Kata Kemenkes

Penyebab kenaikan kasus Covid-19

Nadia menjelaskan, ada beberapa hal yang menyebabkan kasus Covid-19 di Indonesia melonjak belakangan ini.

Peningkatan kasus ini, salah satunya disebabkan oleh meluasnya varian Omicron di Tanah Air.

Diketahui, sejak Omicron muncul, banyak negara juga mengalami lonjakan kasus Covid-19.

"Kemungkinan besar (karena) varian Omicron kalau melihat kecepatan peningkatan jumlah kasus," ujar Nadia, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (2/2/2022) pagi.

Hingga Rabu, kasus Omicron yang dilaporkan adalah 2.980, terdiri dari pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) 1.602, lokal 1.093, dan masih diverifikasi 285. 1.100 pasien sembuh, lima meninggal dunia.

Selain Omicron, peningkatan kasus juga disebabkan oleh peningkatan testing dan tracing.

"Iya, testing dan tracing yang tetap tinggi juga meningkatkan jumlah kasus yang dapat kita temukan," tambah Nadia.

Baca juga: Benarkah Indonesia Sudah Masuk Gelombang Ketiga Covid-19?

Upaya pemerintah menghadapi lonjakan kasus

Nadia menjelaskan, berbagai upaya antisipasi dilakukan pemerintah untuk menangani lonjakan kasus ini.

Di antaranya, yakni pengaktifan satgas, testing dan tracing agresif, memastikan kesiapan dukungan telemedisin untuk pasien isoman Covid-19, optimalisasi penggunaan Peduli Lindungi di tempat umum.

"Penambahan atau konversi tempat perawatan isolasi dan ICU, penambahan oksigen, ventilator, dan kesiapan obat-obatan," tuturnya.

Nadia menambahkan, bahwa memang benar terjadi kenaikan positivity rate dalam seminggu terakhir sebesar 3,65 persen.

Per 30 Januari 2022, jumlah orang yang dites adalah 5,75 per 1.000 penduduk per minggu. Angka ini disebut jauh di atas angka anjuran WHO, yakni 1 per 1.000 penduduk per minggu.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi