KOMPAS.com - Seorang pedagang baksos keliling berpura-pura jatuh agar mendapatkan perhatian warga lalu meminta uang, viral di media sosial.
Aksi pedagang bakso tersebut ternyata terekam kamera CCTV salah satu rumah warga.
Akun Facebook bernama Nisa Anisa mengunggah video tersebut pada Kamis (3/2/2022).
Dari keterangan pengunggah video tersebut, peristiwa pedagang bakso berpura-pura jatuh itu terjadi di Salatiga, Jawa Tengah.
"AWAS MODUS BARU Terekam kamera CCTV modus seorang tukang bakso yang pura-pura jatuh agar warga di sekitar lokasi mau membantu dan memberikan uang. Selalu waspada dan hati- hati. Kota Salatiga," tulis pengunggah.
Baca juga: Viral, Pedagang Bakso Pura-pura Jatuh lalu Minta Uang ke Warga, Berharap Belas Kasihan
Meminta uang ke warga
Dari penelusuran, peristiwa dalam rekaman video CCTV itu terjadi di Perum Asabri, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah, Rabu (2/2/2022), pukul 10.28 WIB.
Warga Perum Asabri, Suprapto mengatakan, pedagang bakso itu berpura-pura terjatuh demi mendapatkan sejumlah uang dari belas kasihan warga.
"Niat warga hanya menolong, kejadian akting tersebut diketahui setelah warga melihat CCTV yang terpasang di dekat masjid," kata Suprapto, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (4/1/2022)
Sebelumnya penjual tersebut sempat berteriak-teriak, sambil mengatakan bahwa dia harus memberikan setoran ke bosnya sebesar Rp 300.000. Dia mengaku bingung karena semua dagangannya jatuh.
"Warga menilai arah pembicaraannya meminta uang ke warga. Dia berharap ada yang kasihan kemudian membantu uang setoran," kata Suprapto.
Karena seolah mendesak meminta uang dan ban motor sudah selesai diperbaiki, warga kemudian meninggalkan orang tersebut.
"Dia lalu pergi begitu saja, apalagi warga juga harus bekerja sehingga dia tidak ada yang memerhatikan lebih lanjut," kata Suprapto.
Kejadian serupa juga terjadi di Yogyakarta
Melansir TribunSolo, (4/2/2022), tak cuma di Salatiga, sejumlah warganet juga meyakini jika tukang bakso yang berpura-pura jatuh juga beraksi di Yogyakarta.
Hal tersebut disampaikan seorang warganet di Facebook, dikutip TribunSolo, Jumat (4/2/2022).
Tampak dalam unggahannya, pengguna akun Raden Kangmas Jatmiko mengunggah foto pedagang bakso.
Warganet itu menyebutkan jika pedagang bakso pura-pura jatuh di dalam foto pernah beraksi di Jalan Kamboja, Perumnas Condongcatur, Kalurahan Condongcatur, Kapanewon Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istime Yogyakarta.
Warganet lalu menduga jika sosok pedagang bakso tersebut adalah satu orang yang sama denga kejadian di Salatiga.
"Orang sama beda tempat. Ini di Perumnas Condongcatur, Jalan Kamboja, Jogja," tulis akun tersebut.
Baca juga: Akting Pedagang Bakso, Pura-pura Jatuh demi Dapat Uang Warga, Aksi Terbongkar dari CCTV
Penjelasan sosiolog
Terkait kejadian viral tersebut, sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono menjelaskan, kejadian mencari perhatian seperti kejadian pedagang bakso tersebut memang ada di Indonesia.
Menurutnya, hal ini dikarenan masyarakat Indonesia akan memberikan perhatian, pembelaan, dan empatinya kepada orang-orang yang mengalami penderitaan.
"Misal, kalau di partai politik orang berusaha menampakkan dirinya mengalami kriminalisasi, mengalami penganiayaan untuk mendapatkan simpati. Itu juga ada," ungkap Drajat kepada Kompas.com, Jumat (4/2/2022).
Secara teoritik menurut Drajat, dalam teori dramaturgi orang tersebut melakukan manajemen kesan terhadap dirinya.
Manajemen kesan itu dibuat sedemikian rupa sehingga tampak bahwa dia itu menjadi korban dan menjadi penderita.
"Dengan cara itu kemudian dia bisa mengundang rasa empati dan simpati dari orang lain," kata Drajat.
Berharap empati warga
Kejadian dramaturgi seperti itu di masyarakat menurut Drajat banyak ditemukan. Misalnya, ketika ada orang yang berpenampilan sebagai orang tidak mampu, hal ini digunakan untuk mendapatkan bantuan pemerintah.
Menurut Drajat, ada sebagian orang yang menggunakan rasa empati orang lain untuk mendapat bantuan atau pemberian. Sementara, jika meminta-minta di pinggir jalan akan memiliki kesan jelek terhadap keluarganya.
Selain itu, munculnya fenomena seperti pedagang bakso yang berharap belas kasihan warga adalah pertemuan antara kultur masyarakat yang memiliki nilai empati dan belas kasihan dengan strategi dramaturgi untuk manajemen kesan.
Bisa jadi stigma negatif pedagang bakso
Kejadian pedagang bakso yang berpura-pura tersebut menurut Drajat dikhawatirkan akan memberikan stigma negatif ke pedagang bakso lain yang mengalamai keadaan serupa.
Drajat juga menuturkan bahwa kejadian ini juga berpengaruh kepada emosional masyarakat yang ingin membantu.
"Kejadian itu akan membuat berkembangnya rasionalitas masyarakat karena empati, kasihan berkembang mejadi rasionalitas masyarakat yang lebih perhitungan. Lebih memikirkan kalau mau membantu," jelas dia.
Menurut Drajat, kepekaan masyarakat untuk membantu sesama tidak berubah dari dulu hingga sekarang.
Namun menurut dia, polanya yang mungkin bisa berbeda.
Sejumlah orang mungkin akan mulai menghindari memberi pada peminta-minta di perempatan jalan dan lebih menyukai memberi ke pengamen.
Hal itu karena seseorang yang mengamen dianggap masih lebih bekerja dibandingkan hanya meminta-minta.
"Tapi basisnya dua-duanya sama-sama empati, sama-sama kepedulian," ungkapnya.
Baca juga: Ini Konsekuensi jika Pelanggan Terlambat Membayar Listrik PLN
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.