Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prediksi Erupsi dan Potensi Letusan Besar Gunung Anak Krakatau

Baca di App
Lihat Foto
Kementerian ESDM
Terjadi erupsi G. Anak Krakatau pada hari Jumat, 04 Februari 2022, pukul 17:07 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 1000 m di atas puncak.
|
Editor: Sari Hardiyanto

Kompas.com – Erupsi Gunung Anak Krakatau terus terjadi.

Pemantauan yang dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) hingga Sabtu (5/2/2022) sore menunjukkan Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi sebanyak empat kali dalam sehari.

Erupsi pertama terjadi dini hari pada pukul 03.54 WIB.

Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 50 mm dan durasi 52 detik sementara visual letusan tidak teramati.

Baca juga: Gunung Anak Krakatau Meletus 9 Kali, PVMBG Keluarkan Peringatan, Status Masih Waspada

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erupsi kedua terjadi pada pukul 05.32 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 1500 meter di atas puncak atau sekitar 1657 meter di atas permukaan laut.

Kolom abu berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal ke arah timur laut.

Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 58 mm dan durasi 282 detik.

Baca juga: Analisis Ada Tidaknya Kaitan Erupsi Gunung Anak Krakatau dengan Gempa Banten

Erupsi Gunung Anak Krakatau

Selanjutnya, erupsi ketiga terjadi pada pukul 10.41 WIB dengan tinggi kolom abu ± 1000 m di atas puncak atau sekitar 1157 meter di atas permukaan laut.

Kolom abu berwarna lebih terang, yakni kelabu dengan intensitas tebal ke arah tenggara.

Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 58 mm dan durasi 61 detik.

Baca juga: Benarkah Gempa Banten dan Erupsi Gunung Anak Krakatau yang Baru Terjadi Saling Terkait?

Erupsi keempat terjadi pada pukul 13.03 WIB dengan tinggi kolom abu lebih tinggi, yaitu sekitar 2000 meter di atas puncak atau sekitar 2157 meter di atas permukaan laut.

Kolom abu kembali berwarna hitam dengan intensitas tebal ke arah tenggara.

Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 60 mm dan durasi 144 detik.

Melihat potensi erupsi Gunung Anak Krakatau yang terus terjadi, Badan Geologi Kementerian ESDM mengimbau masyarakat dan wisatawan untuk tidak mendekati Gunung Anak Krakatu dalam radius 2 kilometer (km) dari kawah aktif.

Baca juga: Update, Gunung Anak Krakatau Kembali Meletus, Status Masih Waspada

Prediksi erupsi Gunung Anak Krakatau

Koordinator Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kristianto mengungkapkan bahwa Gunung Anak Krakatau masih berpotensi mengalami erupsi.

“Hingga saat ini masih dalam fase erupsi dan masih berpotensi terjadi erupsi,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (5/2/2022).

Hal serupa juga disampaikan oleh Kasubdit Mitigasi PVMBG Devy Kamil Syahbana.

Berdasarkan data-data yang dihimpun, baik data visual, kegempaan, dan data formasi, erupsi Gunung Anak Krakatau masih diprediksi akan terus terjadi.

“Sampai saat ini menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik di Anak Krakatau masih berfluktuasi dan kegempaan frekuensi rendah sempat mengalami peningkatan. Artinya, potensi erupsi kemungkinan masih bisa terjadi ke depannya,” ucap Devy terpisah, Sabtu (5/2/2022).

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Letusan Hebat Gunung Tambora yang Mengubah Dunia

Potensi letusan besar Gunung Anak Krakatau

Meskipun prediksi erupsi masih akan terjadi, pihaknya belum menemukan indikasi bahwa Gunung Anak Krakatau akan mengalami letusan besar seperti yang pernah terjadi pada 2018.

“Untuk saat ini indikasi untuk sampai ke letusan yang sangat besar seperti yang terjadi di 2018 itu belum ditemukan. Tapi kita terus memonitor aktivitas Anak Krakatau ini seperti apa karena aktivitas gunung api itu bertahap. Dia ada tahap erupsi awal dan kemudian bisa jadi nanti jadi lebih besar,” jelas dia.

Devi menambahkan, bahwa upaya pemantauan terus dilaksanakan karena aktivitas gunung berapi seperti Gunung Anak Krakatau tidak bisa diprediksi dengan pasti.

Kondisi gunung berapi, imbuhnya bisa berubah dengan cepat.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Letusan Gunung Tambora, Tewaskan 71.000 Jiwa dan Eropa Tanpa Musim Panas

Langkah siaga mitigasi bencana

Langkah mitigasi bencana yang dilakukan oleh PVMBG di antaranya:

1. Imbauan radius bahaya 2 km

Selain memantau perkembangan Gunung Anak Krakatau, Devi juga menyebutkan pihaknya telah mengimbau masyarakat untuk tidak beraktivitas di radius bahaya 2 kilometer.

Imbauan tersebut lantaran Gunung Anak Krakatau kini telah memasuki masa erupsi sehingga mengeluarkan material erupsi yang membahayakan masyarakat di sekitar kawah.

Baca juga: Berkaca dari Gempa di Rangkasbitung dan Jepara, Mengapa Indonesia Kerap Dilanda Gempa Bumi?

2. Mengirim tim tanggap darurat

PVMBG juga akan mengirimkan tim tanggap darurat untuk melakukan evaluasi data secara mendetail guna melihat potensi ancaman bahaya Gunung Anak Krakatau.

“Kami akan mengirim tim tanggap darurat. Rencananya akan dikirim minggu depan. Nanti kami akan melakukan evaluasi data lebih detail untuk melihat potensi ancaman bahaya beberapa waktu ke depan,” kata Devi.

Tim tanggap darurat tersebut terdiri dari para ahli ahli vulkanologi yang akan memperkuat pemantauan analisis dan estimasi potensi bahaya.

Baca juga: Analisis Ada Tidaknya Kaitan Erupsi Gunung Anak Krakatau dengan Gempa Banten

Tim tanggap darurat berangkat dari Bandung menuju Pasaruan, Banten, yakni tempat salah satu pos PVMBG yang melakukan monitoring Gunung Anak Krakatau selama 24 jam setiap hari.

Pos pematauan Gunung Anak Krakatau lainnya yang juga melakukan pemantauan sepanjang hari berada di Kalianda, Lampung.

“Masyarakat tidak perlu panik. Tetapi mereka diimbau untuk tetap menjaga kewaspadaan dan mengikuti arahan dari pemerintah, yakni tidak beraktivitas di dalam radius 2 km,” pungkas dia.

Baca juga: 10 BUMN yang Miliki Bisnis Hotel, dari Pertamina hingga Krakatau Steel

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Asal Gunung Anak Krakatau

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi