Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alami Gejala Mirip Covid-19, Kapan Sebaiknya Harus Tes atau Isoman?

Baca di App
Lihat Foto
Pixabay/Nastya_gepp
Ilustrasi batuk
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Sebuah twit warganet yang mengaku mengalami gejala batuk dan pilek, beredar di media sosial pada Senin (7/2/2022).

Unggahan tersebut dikomentari akun lain bahwa jika mengalami gejala pusing batuk pilek sebaiknya minum obat dan istirahat di rumah saja, dan tidak perlu tes Covid-19. 

Sebab menurut warganet tersebut, apabila mengalami gejala sakit maka saat diswab tes Covid-19 hasilnya bisa positif. 

Baca juga: Selamatkan Buaya Berkalung Ban di Palu, Tili Habiskan Umpan 35 Ekor Ayam hingga Uang Rp 4 Juta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hingga Selasa (8/2/2022), twit itu sudah dikutip sebanyak 102 kali dan disukai sebanyak 578 kali oleh pengguna Twitter lainnya.

Benarkah apabila batuk dan pilek dites Covid-19 hasilnya bisa positif? Lalu apa yang sebaiknya dilakukan jika mengalami gejala mirip Covid-19, dan kapan harus tes?

Penjelasan Kemenkes RI

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Siti nadia Tarmizi menyampaikan, masyarakat yang mengalami gejala ringan diimbau untuk melakukan tes pengujian Covid-19.

Hal itu menurut Nadia karena virus corona varian Omicron umumnya memiliki gejala ringan, namun berisiko menjadi lebih berat jika tidak ditangani dengan segera.

"Walaupun gejala yang ditunjukkan umumnya ringan, tapi risiko untuk sakit berat bahkan kematian tetap ada," ujar Nadia dikutip dari Kompas.com, Selasa (1/2/2022).

"Kami tetap mengimbau masyarakat untuk mengetahui lebih dini Omicron sehingga bisa mengisolasi diri dan menghindari gejala jadi berat," lanjut dia.

Baca juga: Cara Bikin Akun LTMPT dan Kapan Harus Simpan Akun Permanen

 

Kapan sebaiknya melakukan tes Covid-19?

Mengutip pemberitaan Kompas.com, (21/6/2021), seseorang dengan virus corona akan mendapatkan hasil positif jika dites sekitar 3-5 hari setelah tertular.

Sebab, virus corona memiliki waktu inkubasi rata-rata 4-5 hari, meskipun CDC mencatat masa inkubasi bisa berkisar 2-14 hari. Saat itu, virus akan memunculkan gejala pada inangnya.

Dengan kata lain, jika Anda dites sehari setelah terpapar virus corona, maka Anda berpeluang lebih tinggi mendapatkan hasil negatif, meski Anda telah terinfeksi.

Namun, jika Anda dites karena sudah bergejala atau berpotensi terinfeksi virus corona, maka Anda harus menjauh dari orang lain sambil menunggu hasil tes dan mengikuti saran dari penyedia layanan kesehatan.

Untuk mencegah penularan virus corona, sangat penting untuk menerapkan protokol kesehatan seperti mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumuman, mengurangi mobilitas, dan melakukan vaksinasi Covid-19.

Baca juga: Daftar Lengkap Daerah PPKM Level 3 di Jawa dan Bali Berlaku 8 Februari

Kapan virus bakal terdeteksi sangat akurat pada tubuh?

Mengutip Kompas.com, (25/6/2021), Ahli patologi klinik dari Uiversitas Sebelas Maret (UNS), dr Tonang Dwi Ardyanto, Sp.PK, PhD mengatakan bahwa pemeriksaan Covid-19 paling baik dilakukan ketika virus sudah terdeteksi.

"Tes bisa mendeteksi virus saat jumlahnya melebihi limit of detection (LoD) atau ambang batas deteksi. Bila masih di bawah Lod, maka tes tidak bisa mendeteksi pernyakit walaupun ada virusnya," ujar Tonang.

Ia menambahkan, gejala Covid-19 rata-rata mulai muncul pada hari kelima. Saat itu, jumlah virus mencapai puncaknya.

Artinya, jika Anda melakukan tes PCR maupun tes Antigen pada hari kelima hasilnya bisa sangat akurat.

Baca juga: Aturan Lengkap PPKM Level 3 Jawa-Bali Berlaku 8-14 Februari 2022

 

Siapa saja yang harus melakukan tes Covid-19

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) merekomendasikan tes Covid-19 bagi seseorang yang melakukan kontak erat dengan mereka yang positif Covid-19, meski tidak ada gejala.

Selain itu, CDC juga merekomendasikan 5 macam kondisi pada seseorang yang harus melakukan tes Covid-19.

  1. Orang yang memiliki gejala Covid-19.
  2. Orang yang divaksinasi lengkap tanpa gejala Covid-19, tidak perlu diuji setelah terpapar seseorang dengan Covid-19.
  3. Orang yang telah dites positif Covid-19 dalam 3 bulan terakhir dan pulih, tidak perlu dites setelah terpapar, selama mereka tidak mengembangkan gejala baru.
  4. Orang-orang yang telah mengambil bagian dalam kegiatan yang menempatkan mereka pada risiko tinggi penularan Covid-19, karena tidak dapat menjaga jarak fisik yang diperlukan untuk menghindari paparan virus corona, seperti menghadiri pertemuan massal yang besar. Bepergian, atau berada di dalam ruangan yang ramai dan berventilasi buruk.
  5. Orang yang telah diminta atau dirujuk untuk dites oleh penyedia layanan kesehatan, atau negara bagian, suku, ikon eksternal lokal, atau departemen kesehatan teritorial mereka.

CDC merekomendasikan agar siapa pun yang memiliki tanda atau gejala Covid-19 untuk dites, terlepas dari status vaksinasi atau infeksi sebelumnya.

Baca juga: Beda Gejala Omicron dengan Flu, dan Cara Mencegah Tertular Omicron

(Sumber: Kompas.com/Diva Lufiana Putri, Mahardini Nur Afifah, Bestari Kumala Dewi | Editor: Mahardini Nur Afifah, Bestari Kumala Dewi)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi