Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Jeddah, Kota Paling Kosmopolitan di Arab Saudi

Baca di App
Lihat Foto
emirates247
Pusat kota Jeddah, Arab Saudi.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Bagi umat Islam yang akan menunaikan ibadah haji dan umrah, Jeddah merupakan salah satu pintu masuk kedatangan para jemaah.

Letaknya yang berada di pesisir Laut Merah, menjadikan Jeddah sebagai pusat perekonomian penting Arab Saudi.

Menilik sejarah Jeddah...

Baca juga: Mengenal Madain Saleh, Kota Kuno di Arab Saudi yang Dianggap Terkutuk

Sejarah Jeddah

Beberapa penelitian arkeolog menunjukkan keberadaan penduduk di Jeddah sejak Zaman Batu, dikutip dari laman resmi Kementerian Pendidikan Arab Saudi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini didasarkan atas temuan barang dan tulisan Tsamud di danau Buriman dan danau Buib.

Sejarawan percaya, wilayah itu dahulu dihuni oleh para nelayan di Laut Merah yang menjadikan Jeddah sebagai titik keberangkatan dan tempat istirahat.

Baru kemudian suku Qadla'ah datang dan mendiami Jeddah pada 115 SM.

Nama Jeddah juga disebut berasal dari salah satu keturunan pemimpin suku ini yaitu Jiddah bin Jaram bin Rayan bin Hilwan bin Amran bin Ishaq bin Qadla'ah.

Akan tetapi, beberapa ahli menganggap nama Jeddah diambil dari bahasa Arab yang berarti "leluhur" atau "nenek".

Ini merujuk pada Siti Hawa, istri Nabi Adam AS yang dimakamkan di wilayah itu.

Namun, makam Siti Hawa telah dibongkar oleh Pemerintah Arab Saudi pada 1928.

Baca juga: Mengenal Fayoum, Kota di Mesir yang Banyak Menyimpan Sejarah Masa Lalu

Jeddah di era Islam

Sejak era Khalifah Utsman bin Affan pada abad ke-7, Jeddah didirikan sebagai gerbang utama memasuki Mekkah, baik untuk tujuan perdagangan maupun haji.

Kondisi ini membuat Jeddah berkembang begitu pesat, dengan dicirikan oleh tradisi arsitektur yang khas.

Ibnu Battuta dan Ibnu Jubair dalam keterangannya mengatakan, Jeddah memiliki arsitektur Persia saat mereka mengunjunginya.

Sementara Nasil Khusraw, seorang pelancong Persia menggambarkan Jeddah sebagai kota dengan banyak hal baik dan berada di puncak urbanisasi pada 1050 M.

Jeddah terus berkembang dan menjadi tempat berpengaruh bagi peradaban Islam, mulai dari era Umayyah hingga Turki Utsmani.

Di era Mamluk, pemerintah mengambil kebijakan berani agar para pedagang Mesir dan Syam tidak turun di pelabuhan Aden, Yaman.

Caranya, mereka mengurangi ongkos bea cukai dan melipatgandakan bea cukai para pedagang yang melewati Aden sebelum tiba di Jeddah.

Di awal pemerintahan Turki Utsmani, Jeddah kerap menjadi sasaran armada Portugis pada abad ke-16.

Selama masa ini, jalur perdagangan laut dunia dikuasai oleh Portugis, Belanda, dan Inggris, sehingga berpengaruh pada nilai ekonomi Jeddah yang mengalami penurunan.

Baca juga: Baghdad, Kota Seribu Satu Malam dan Pusat Peradaban Dunia di Masa Lalu

Jeddah di era modern

Setelah Perang Dunia II, pemerintah melakukan modernisasi dan perluasan Kota Jeddah, khususnya setelah Arab Saudi menemukan sumber minyak, dikutip dari Britannica.

Pelabuhan Jeddah juga diperluas untuk menampung kapal-kapal besar.

Di kota ini, kemudian dibangun industri desalinisasi pada awal 1970-an dan dianggap sebagai yang terbesar di dunia pada saat diresmikan.

Desalinisasi merupakan proses penghilangan kadar garam air untuk menghasilkan air yang bisa dikonsumsi manusia, hewan, dan tumbuhan.

Artinya, pabrik tersebut memungkinkan Arab Saudi mendapat air minum yang berasal dari air laut.

Hingga kini, Jeddah menjadi salah satu kota terbesar dan terpenting di Arab Saudi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi