KOMPAS.com – Para ilmuwan menemukan jajaran pegunungan besar yang selama ini hilang.
Ahli Geologi menyebut jajaran pegunungan itu sebagai Supermountain.
Pasalnya, pegunungan tersebut membentang ribuan mil membelah dua benua atau bisa dikatakan tiga kali lebih panjang dari Pegunungan Himalaya.
Dilansir dari Space.com, mahasiswa pascadoktoral di The Australian National University (ANU) di Canberra, Ziyi Zhu mengungkapkan bahwa tidak ada pegunungan yang menyerupai Supermountain ini.
“Bisa bayangkan Himalaya sepanjang 1.500 mil (2.400 km) dan ini berulang tiga atau empat kali, itulah gambaran skala Supermountain,” ujarnya, Rabu (9/2/2022).
Baca juga: Ramai di Media Sosial, Kenapa Jalan di Pegunungan Dibuat Berkelok? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Supermountain dalam sejarah bumi
Penemuan Supermountain menjadi puncak sejarah dan tak sekadar memberikan pemandangan yang menakjubkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ziyi Zhu dan rekan-rekannya menyebutkan bahwa pembentukan dan penghancuran Supermountain ini mungkin telah memicu ledakan evolusioner terbesar dalam sejarah Bumi.
Sebelumnya, ledakan evolusioner terjadi sekitar 2 miliar tahun yang lalu. Disusul letusan Kambrium 541 juta tahun yang lalu.
“Kemungkinan, ketika Supermountain ini terkikis, mereka membuang sejumlah besar nutrisi ke laut sehingga mempercepat produksi energi,” tulisnya, dalam Jurnal Earth and Planetary Science Letters edisi 15 Februari, dikutip dari Space.com, Rabu (9/2/2022).
Baca juga: Jokowi dan 3 Janjinya Saat Berkunjung ke Pegunungan Arfak, Papua Barat...
Terbentuknya Supermountain
Pada dasarnya jajaran pegunungan terbentuk ketika lempeng tektonik Bumi terus bergesekan menghancurkan dua daratan secara bersamaan.
Gesekan tersebut mendorong batuan muncul ke permukaan dan membumbung di ketinggian tertentu.
Sebenarnya pegunungan dapat tumbuh selama ratusan juta tahun, bahkan lebih. Namun pegunungan ini juga mengalami erosi dari angin, air, dan kekuatan lain yang bisa mengikis puncak-puncak itu.
Para ilmuwan mengumpulkan sejarah pegunungan Bumi dengan mempelajari mineral yang ditinggalkan oleh puncak-puncak tersebut.
Kristal zirkon, misalnya, terbentuk di bawah tekanan tinggi jauh di bawah pegunungan dan dapat bertahan di bebatuan setelah gunung induknya lenyap.
Melalui kandungan unsur di dalam kristal zirkon ini, peneliti dapat mengetahui kondisi, waktu, dan letak kristal tersebut terbentuk.
Baca juga: Mengenal Viagra Himalaya, Jamur yang Dipercaya untuk Obat Kuat hingga Antitumor
Dua Supermountain ditemukan
Studi terbaru, dilansir dari Space.com, menyebutkan bahwa para peneliti telah memeriksa zirkon dengan jumlah lutetium yang rendah dan menyimpulkan terdapat dua pembentukan supermountain dalam sejarah Bumi.
Pertama berlangsung sekitar 2 miliar hingga 1,8 miliar tahun yang lalu. Sementara yang kedua berlangsung dari 650 juta hingga 500 juta tahun yang lalu.
Diduga supermountain pertama adalah Gunung Super Transgondwanan, karena melintasi superbenua Gondwana atau satu benua raksasa yang berisi daratan Afrika modern, Amerika Selatan, Australia, Antartika, India dan Semenanjung Arab.
Sementara supermountain lainnya adalah Nuna Supermountain.
Kedua supermountain kuno ini sangat besar. Kemungkinan membentang lebih dari 5.000 mil atau 8.000 kilometer. Panjang tersebut sekitar dua kali jarak dari Florida ke California.
Baca juga: Salju Longsor di Himalaya, 4 Warga Korea Selatan dan 3 Pemandu Nepal Hilang
Keberadaan Supermountain dalam evolusi
“Gunung yang terkikis akan membuang sejumlah nutrisi, seperti besi dan fosfor ke laut melalui siklus air,” kata Ziyi Zhu, Rabu (9/2/2022).
Nutrisi ini dapat mempercepat siklus biologis di lautan dan mendorong terjadinya evolusi.
Selain limpahan nutrisi, pegunungan yang terkikis juga melepaskan oksigen ke atmosfer dan membuat Bumi semakin ramah bagi makhluk hidup di dalamnya.
Dalam sejarah, pembentukan Nuna Supermountain bertepatan dengan kemunculan sel eukariotik pertama di Bumi.
Sel eukariotik merupakan sel yang mengandung nukleus dan akhirnya berevolusi menjadi tumbuhan, hewan, dan jamur.
Sementara itu, Gunung Super Transgondwanan akan terkikis tepat saat ledakan evolusioner lain terjadi di lautan Bumi.
"Gunung Super Transgondwanan bertepatan dengan kemunculan hewan besar pertama 575 juta tahun lalu dan ledakan Kambrium 45 juta tahun kemudian, ketika sebagian besar kelompok hewan muncul dalam catatan fosil," imbuhnya.
Sementara itu, penelitian lainnya menemukan bahwa pembentukan gunung di Bumi sempat berhenti, yakni sekitar 1,7 miliar hingga 750 juta tahun yang lalu.
Bersamaan dengan itu kehidupan di Bumi juga berhenti berevolusi
Oleh karena itu, ilmuwan berhipotesis bahwa kurangnya pembentukan gunung baru telah mencegah nutrisi terkikis ke lautan sehingga menghambat evolusi makhluk hidup di Bumi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.