KOMPAS.com - Saat pertama memasuki dunia mata uang kripto, tak sedikit orang yang bingung dengan banyaknya aset di dalamnya, termasuk keberadaan koin dan token.
Perbedaan koin dan token, bukan hanya terletak pada namanya.
Namun, secara fungsi, asal, dan manfaatnya juga berbeda.
Baca juga: Saat WhatsApp Uji Coba Fitur Baru untuk Kirim Uang Kripto...
Apa perbedaan koin dan token?
Sebelum lanjut ke pembahasan koin dan token, Anda harus terlebih dahulu paham apa itu blockchain.
Dilansir dari akun YouTube Tech In Asia, blockchain adalah sistem penyokong transaksi mata uang kripto tanpa harus melalui pihak ketiga seperti bank.
Sistem ini dikelola langsung oleh semua pengguna.
Apa itu koin?
Dilansir dari Business Insider, koin kripto adalah aset digital yang dibangun dan berdiri di jaringan blockchain miliknya sendiri.
Koin diterbitkan langsung oleh pengembang protokol blockchain.
Oleh sebab itu, koin disebut juga dengan aset kripto native atau penduduk asli di jaringan blockchain tersebut.
Misalnya, Bitcoin (BTC) yang beroperasi pada jaringan blockchain Bitcoin, dan Ether (ETH) yang beroperasi pada jaringan blockchain-nya yang bernama Ethereum.
Baca juga: Mengenal Apa Itu OpenSea, Pasar Digital untuk Jual Beli NFT
Dalam satu jaringan blockchain, pengguna dapat mengirim koin kepada pengguna lain. Seperti Bitcoin yang dikirim ke Bitcoin, Litecoin ke Litecoin, dan sebagainya.
Meski begitu, tidak mendukung untuk melakukan transfer antar jaringan blockchain. Misalnya, pengguna tidak dapat menjual 1 Bitcoin dan membeli 200 Litecoin dari jaringan blockchain Bitcoin itu sendiri.
Sementara itu, fungsi koin adalah sebagaimana uang pada umumnya. Koin digunakan untuk mentransfer uang serta menyimpan nilai atau investasi.
Baca juga: Ramai soal Uang Koin 75, Ini Penjelasan Peruri
Apa itu token?
Dilansir dari Business Insider, token adalah aset digital yang dibangun di atas jaringan blockchain milik pihak lain.
Token diciptakan oleh suatu proyek yang kemudian digunakan sebagai pembayaran agar dapat menikmati layanan yang disediakan proyek tersebut.
Umumnya, token beroperasi di blockchain dengan menggunakan konsep smart contract.
Baca juga: Mengenal Apa Itu NFT yang Baru-baru Ini Ramai Dibicarakan Publik
Dilansir dari Tech In Asia, smart contract adalah pengaplikasian kode blockchain dengan tujuan mengikat perjanjian antara beberapa pihak.
Contoh blockchain yang biasa digunakan oleh token-token adalah Ethereum, yang juga menggunakan sistem smart contract.
Contoh dari token adalah Tether (USDT), USD Coin (USDC), DAI, UMA, dan Basic Attention Token (BAT).
Baca juga: Ini Alasan Mengapa NFT Bisa Dijual Sangat Mahal hingga Miliaran Rupiah
Meski beroperasi di atas blockchain pihak lain, token dapat berkembang menjadi koin saat proyek mengembangkan blockchain-nya sendiri dan memindahkan token mereka ke blockchain baru sebagai koin.
Contoh pengembangan token menjadi koin adalah Binance Coin (BNB), Tron (TRX), dan Zilica (ZIL) yang sebelumnya berada di blockchain Ethereum.
Fungsi token digunakan sebagai alat tukar saat menjalankan sebuah layanan proyek yang menyediakan token.
Misal Musicoin, yakni token yang memungkinkan penggunanya untuk mengakses berbagai fitur seperti streaming musik dari platform Musicoin.
Baca juga: Apa Itu Kripto atau Cryptocurrency?
Beda koin dengan token dalam Cryptocurrency
Dilansir dari Bitcourier, beberapa kesimpulan mengenai perbedaan koin dan token adalah sebagai berikut.
- Koin memiliki blockchain asli, sedangkan token hanya “menumpang”.
- Lebih murah untuk membuat token daripada koin yang harus membangun jaringan blockchain sendiri.
- Koin memiliki karakteristik seperti uang, yakni dapat digunakan sebagai alat pembayaran sekaligus investasi. Sementara token, meski memiliki nilai pasar, tapi secara teknis token bukanlah mata uang.
Baca juga: INFOGRAFIK: Mengenal Apa Itu Kripto atau Cryptocurrency