Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Apa Itu Rip Current dan Musibah yang Terjadi Saat Ritual di Pantai Payangan Jember

Baca di App
Lihat Foto
Siswanto BMKG
Fenomena boleran atau rip current yang bisa dikenali dengan adanya permukaan air laut yang tenang.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Arus laut Pantai Selatan Jawa kembali menelan korban.

Sebelas orang di Pantai Payangan, Jember, Jawa Timur, tewas setelah tersapu ombak ketika menggelar ritual, Minggu (13/2/2022).

Ritual itu diikuti oleh 24 orang dan dilakukan pada pukul 01.30 WIB. Ritual meditasi dilakukan dengan cara berendam di air laut dan bergandengan tangan.

Baca juga: Heboh Fenomena Ikan Teri Terbang di Pantai Selatan Jogja, Apa Penyebabnya?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelum kejadian, petugas pantai telah mengingatkan untuk tidak menggelar kegiatan di pinggir pantai karena sedang terjadi ombak tinggi.

Para korban merupakan anggota padepokan Tunggal Jati Nusantara.

Saat ini, dilaporkan korban tewas 11 orang. Salah satu korban diketahui merupakan anggota polisi asal Kabupaten Bondowoso.

Baca juga: Ramai Video Gelombang Tinggi Pantai Selatan Jawa, Ini Peringatan BMKG

Lantas, seperti apa penjelasan BMKG terkait kejadian ini?

Diduga disebabkan oleh rip current

Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, dalam dunia sains, arus laut yang sering menyeret korban ke tengah laut disebut sebagai rip current.

Sebagian masyarakat pesisir selatan Jawa, imbuh dia, menyebutnya sebagai "alun serot".

"Dalam hal ini kata 'alun' artinya ombak dan 'serot' adalah sedot, maksudnya ombak (sesungguhnya arus) yang bisa menyedot (orang)," ujar Daryono, kepada Kompas.com, Selasa (15/2/2022) pagi.

Baca juga: Erupsi dan Tsunami di Tonga, Apakah Berpengaruh di Indonesia?

Dia mengatakan, morfologi Pantai Payangan Jember yang berbentuk teluk, maka diduga kuat musibah yang terjadi sangat mungkin diakibatkan arus rip current.

Terlebih, jika dicocokkan dengan waktu kejadian bersamaan dengan waktu pasang, dan berdasarkan informasi dari BMKG tinggi gelombang saat kejadian mencapai sekitar 2-2,5 meter.

Adanya musibah ini dinilai perlu mendapat perhatian serius dari pemeritah daerah dan masyarakat, mengingat hampir setiap tahun selalu terjadi kasus serupa.

Baca juga: Hati-hati, Ini Wilayah yang Berpotensi Terkena Cuaca Ekstrem Menurut BMKG

Apa itu rip current?

Daryono menjelaskan, salah satu bentuk bahaya pantai yang berupa teluk adalah adanya rip current.

"Definisi rip current ialah arus balik yang terkonsentrasi pada sebuah jalur sempit yang memecah zona empasan gelombang hingga melewati batas zona gelombang pecah," katanya.

Secara fisis, rip current terbentuk jika gelombang laut datang dan mengempas garis pantai yang berbentuk teluk atau cekungan.

Baca juga: Apakah Benar Akhir dan Awal Tahun Sering Terjadi Tsunami?

Adanya banyak pantulan muka gelombang yang mengenai busur teluk akan memunculkan sejumlah arus susur pantai yang bertemu dan memusat di tengah-tengah busur teluk.

Arus susur yang saling bertemu di pusat busur teluk ini selanjutnya bergabung menimbulkan sebuah arus balik menuju ke tengah laut yang mengumpul pada suatu jalur arus yang sempit hingga melewati batas zona gelombang pecah.

"Arus ini bergerak dalam energi sangat kuat dengan kecepatan tinggi. Inilah rip current yang menjadi biang keladi dari sederet daftar korban meninggal dan orang hilang terseret arus di pantai sejak zaman dahulu," terang Daryono.

Baca juga: Waspada Bencana Hidrometeorologi, Berikut Prediksi BMKG soal Puncak Musim Penghujan

Memahami karakteristik rip current

Dia menjelaskan, rip current terdiri atas beberapa bagian arus, seperti arus pengisi, leher arus, dan kepala arus.

Arus pengisi tersusun atas beberapa arus susur pantai hasil pantulan beberapa muka gelombang, kemudian bertemu, mengumpul dan berbelok arah menuju tengah laut.

Sementara leher arus, merupakan sebuah jalur yang sempit, mengalir sangat deras dan kuat yang juga menuju ke tengah laut.

"Saking kuatnya aliran leher arus ini bahkan mampu mengalahkan terjangan gelombang yang datang. Arus ini meluncur dengan kecepatan tinggi, hingga mencapai kecepatan 80 kilometer per jam," ujar dia.

Kepala arus adalah bagian rip current yang arah arusnya mulai melebar karena kekuatannya yang sudah mulai melemah, selanjutnya hilang diterpa gulungan gelombang laut.

Lantaran gerakan rip current berlangsung sangat cepat dan singkat, maka orang yang terjebak dan terseret arus ini sangat sulit untuk melepaskan diri hingga seolah terseret ke tengah laut dan dapat memakan korban jiwa.

Baca juga: Laut Kaspia, Mengapa Danau Terbesar di Dunia Ini Disebut sebagai Laut?

Mitigasi bencana rip current

Daryono mengatakan, musibah di Pantai Payangan Jember memberi pelajaran penting akan pentingnya mitigasi bencana rip current.

Mengingat lokasi rip current tergantung pada arah datangnya gelombang laut, maka lokasi-lokasi pantai yang rawan rip current dapat dikenali.

Setelah mengenali dan menetapkan lokasi rawan, selanjutnya petugas penyelamat pantai segera menempatkan bendera peringatan larangan mandi di laut disertai pengawasan ketat dan tindakan pencegahan mandi di zona berbahaya.

Baca juga: Prediksi Erupsi dan Potensi Letusan Besar Gunung Anak Krakatau

Menurutnya, ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka upaya mitigasi rip current.

Penguatan pengetahuan mengenai bahaya arus ini dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi kepada tim SAR, petugas penyelamat pantai, pengelola wisata, pedagang, dan masyarakat setempat.

"Dengan memahami karakteristik dan bahaya rip current, mereka semua diharapkan ikut berperan aktif dalam upaya mitigasi bencana arus laut ini," tutur Daryono.

Baca juga: Beredar Pesan Berantai Aphelion Sebabkan Cuaca Dingin hingga Agustus, Ini Kata BMKG

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi