Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luhut: Omicron Hanya 2 Kali Lebih Parah dari Flu

Baca di App
Lihat Foto
Kementerian ATR/BPN
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Pertambahan kasus harian Covid-19 yang disebabkan oleh varian Omicron terus mengalami kenaikan. Bagaimana perbandingan dengan gelombang varian Delta?

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarinves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, sejah awal tahun 2022 kasus harian Covid-19 varian Omicron belum melebihi puncak Delta pada tahun lalu.

Baca juga: Apa Itu Flexing? Ramai Disebut di Media Sosial dan Apa Tujuannya?

Menurut Luhut, jika melihat negara lain kasus varian Omicron biasanya akan lebih tinggi 3 sampai 4 kali lipat dari kasus puncak gelombang Delta.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sejak 44 hari dari tanggal tanggal 1 Januari 2022 kasus puncak Omicron belum melebihi puncak Delta di tahun lalu. Padahal jika kita merujuk negara lain, puncak Omicron biasanya 3 samapi 4 kali lebih tinggi dari puncak Delta," kata Luhut dalam konferensi pers hasil evaluasi PPKM di YouTube Sekretariat Presiden, Senin (14/2/2022).

Luhut: Omicron hanya 2 kali lebih parah dari flu

Luhut mencontohkan pada tahun 2020 Covid-19 dideteksi 13 kali lebih mematikan dari flu biasa, namun awal tahun 2022 Covid-19 varain Omicron diprediksi hanya 2 kali lebih mematikan dari flu.

"Jadi Omicron ini hanya 2 kali lebih parah dari penyakit flu," ungkapnya.

Pada tingkat rawat inap rumah sakit dan tingkat kematian pada kasus varian Omicron masih jaluh lebih rendah dari periode Delta.

Meskipun demikian Luhut mengajak untuk masyarakat untuk tidak mengurangi kehatian-hatiannya kepada penyebaran varian Omicron.

Kasus di provinsi Jawa-Bali

Dalam sepekan terakhir Provinsi Banten, Jawa Barat dan Bali menjadi 3 provinsi dengan kasus positif lebih tinggi dari puncak Delta.

Akan tetapi pertambahan kasus belum seperti yang diprediksi banyak orang di mana akan lebih tinggi 3 atau 4 kali lipat dari varian Delta.

"Dalam 7 hari terakhir Provinsi Banten-Jawa Barat dan Bali menjadi 3 Provinsi yang tren kasusnya lebih tinggi dari puncak Delta. Namun, belum seperti yang diprediksi banyak orang 3 atau 4 kali lebih tinggi dari Delta," jelas Luhut.

Meskipun Jakarta sudah menunjukkan mulai melewati puncaknya, lain halnya dengan DIY, Jawa Timur dan Jawa Barat yang masih terus mengalami kenaikan kasus. Teapi masih di bawah puncak Delta.

Tidak hanya kasus harian Covid-19, jumlah rawat inap rumah sakit juga di provinsi Jawa-Bali masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan kasus varian Delta.

Baca juga: Akankah Gelombang Omicron Melampaui Puncak Delta? Ini Kata Kemenkes

 

Ketersediaan tempat tidur

Luhut mengatakan, saat ini jumlah kapasitas bed occupancy ratio (BOR) belum digunakan secara maksimum seperti waktu puncak kasus varian Delta.

Pihaknya menyebut bila saat ini tempat tidur yang disediakan di layanan kesehatan Jawa-Bali hanya sekitar 55.000 dan sudah terisi 21.000. Sehingga BOR saat ini di angka 39 persen.

Namun, bila menggunakan kapasitas maksimum seperti saat varian Delta maka pemerintah akan menyediakan kapasitas maksimum 87.000 tempat tidur, maka BOR saat ini di Jawa-Bali akan terisi 25 persen saja.

"Angka ini masih jauh di bawah standar WHO yaitu sebesar 60 persen," ujarnya.

Baca juga: Benarkah Jakarta Telah Lewati Puncak Omicron seperti Kata Luhut? Ini Tren Covid-19 DKI

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi