Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alami Gejala Covid-19, Ini Waktu dan Jenis Tes yang Direkomendasikan Pemerintah

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Miftahul Huda
Tes PCR dilakukan Dinas Kesehatan untuk warga yang hendak memasuki BKD, Kamis (10/2/2022)
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com – Virus Corona varian Omicron telah menyebar ke sejumlah wilayah di Indonesia.

Gejala varian Omicron ini mirip dengan gejala flu pada umumnya. Oleh karena itu, masyarakat kesulitan untuk membedakan gejala keduanya.

Dilansir dari Kompas.com, Jumat (4/2/2022), Dokter Spesialis Paru, Prof Reviono mengatakan, gejala virus corona varian Omicron ditandai dengan nyeri dan gatal di tenggorokan, demam, sakit kepala, pusing, hidung tersumbat, batuk dan kelelahan.

Baca juga: Ketahui, Ini Efek Samping Vaksin Covid-19 Booster

Gejala tersebut memiliki level keparahan yang ringan jika dibandingkan dengan virus corona varian Delta yang lebih dulu tersebar di Indonesia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kendati demikian, diberitakan Kompas.com, Selasa (8/2/2022), Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menyebutkan, risiko penyebaran virus corona varian Omicron sangat tinggi dan tetap harus diwaspadai

"Walaupun gejala yang ditunjukkan umumnya ringan, tapi risiko untuk sakit berat bahkan kematian tetap ada," ujar Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes.

"Kami tetap mengimbau masyarakat untuk mengetahui lebih dini Omicron sehingga bisa mengisolasi diri dan menghindari gejala jadi berat," imbuhnya.

Baca juga: Cara Download Sertifikat Vaksin Booster di PeduliLindungi

Kapan harus melakukan tes Covid-19?

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro mengatakan, seseorang yang mengalami gelaja seperti gejala Covid-19, sebaiknya melakukan tes sebagai upaya antisipasi.

Semakin dini Covid-19 terdeteksi, maka semakin cepat penanganannya.

“Kalau kita mengalami gejala-gejala yang mengarah ke penyakit Covid-19, seperti keluhan demam, batuk pilek, nyeri tenggorokan, sebaiknya kita berpikir dulu memang diagnosis itu ke arah Covid-19. Jadi kita harus melakukan tes terlebih dahulu,” jelasnya dalam acara Tes Covid-19, Kapan Harus Dilakukan, yang disiarkan melalui Youtube, Senin (14/2/2022).

Baca juga: Apakah Varian Omicron Meningkatkan Kasus Kematian di Indonesia?

Kendati demikian, Resia menegaskan bahwa tidak semua penyakit dengan gejala tersebut merupakan Covid-19.

“Di dunia kedokteran itu ada sistematisnya memang. Ada diagnosis berjalan, ada diagnosis banding,” ujarnya.

Artinya, meskipun gejala yang ditimbulkan pada awalnya didiagnosis sebagai gejala Covid-19, tapi hasil pemeriksaan adalah negatif, maka tindakan selanjutnya adalah mendiagnosis kemungkinan lainnya.

“Makanya kita harus mengeliminasi masing-masing kemungkinan diagnosis yang timbul, barulah kita bisa menyingkirkan kemungkinan Covid-19,” imbuhnya.

Di masa pancaroba seperti saat ini, ada juga beberapa penyakit yang sering terjadi. Misalnya influenza, batuk, diare, dan sebagainya.

Baca juga: Berikut Gejala Omicron dan Pengobatannya

Pasien bergejala namun swab PCR negatif

Bagi pasien yang bergejala namun hasil PCR swab test adalah negatif, imbuhnya tidak menutup kemungkinan pasien tersebut telah terpapar virus corona.

Oleh karena itu, pihaknya mengimbau, pasien dengan kasus seperti itu untuk melakukan isolasi mandiri dan mengulangi pemeriksaan PCR swab test di hari kelima.

“Jadi kalau udah batuk pilek mau itu influenza atau Covid-19, sebenarnya menghindari diri dulu. Jadi kita mengarantina diri dulu. Kemudian kita harus melakukan pemeriksaan lagi, mengulang lagi, swab lagi yakni pada hari kelima,” jelasnya.

Baca juga: Omicron Sudah Masuk ke Indonesia, Bagaimana Cara Penularan Virus Corona?

Reisa menyebutkan, virus corona yang menginfeksi tubuh membutuhkan masa inkubasi.

Selama masa inkubasi, jumlah virus corona akan bertambah banyak sehingga semakin mudah terdeteksi saat melakukan tes pemeriksaan ulang.

“Jadi kalau udah hari kelima, jumlah virusnya banyak itu artinya dia jauh bisa lebih menular kepada orang lain, maka kita harus melakukan pemeriksaan ulang. Kalau misalnya hasilnya negatif, ya sudah itu berarti kita eliminasi sehingga tidak perlu lagi melanjutkan isolasi mandiri,” jelasnya.

Baca juga: 9 Persen Masyarakat Belum Terima Vaksin Covid-19, Ini Alasannya...

Diberitakan Kompas.com, (8/2/2022), seseorang dengan virus corona akan mendapatkan hasil positif jika dites sekitar 3-5 hari setelah tertular.

Sebab, virus corona memiliki waktu inkubasi rata-rata 4-5 hari.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mencatat masa inkubasi Covid-19 bisa berkisar antara 2-14 hari.

Saat itu, virus akan memunculkan gejala pada inangnya.

Dengan kata lain, jika pemeriksaan dilakukan sehari setelah terpapar virus corona, maka peluang mendapatkan hasil negatif lebih tinggi meskipun telah terinfeksi Covid-19.

Baca juga: Perlukah Tes PCR Usai Isolasi Mandiri? Ini Kata Kemenkes

Tes Covid-19, PCR, atau Antigen?

Sejak awal kemunculan virus corona, terdapat beberapa jenis tes yang bisa digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi Covid-19 dalam tubuh, seperti rapid antobodi, rapid antigen, PCR, dan sebagainya.

Dulu, rapid antibodi dan rapid antigen lebih sering digunakan untuk mendeteksi paparan virus Corona karena harganya yang lebih terjangkau.

Oleh sebab itu, pada 2020/2021, Kemenkes menganjurkan uji rapid antibodi dan rapid antigen sebagai upaya screening penyebaran virus corona.

Baca juga: Apakah Isolasi Mandiri Bisa Diakhiri Lebih Cepat dengan PCR?

Kendati demikian, untuk saat ini pihaknya menganjurkan pasien yang bergejala Covid-19 sebaiknya melakukan pengecekan dengan tes PCR. Pasalnya, harga tes PCR sudah terjangkau.

“Karena sekarang makin ke sini juga yang namanya PCR ini makin terjangkau, maka sebaiknya sesuai dengan yang diarahkan WHO juga yang merupakan gold standard untuk penegakan diagnosis Covid-19 yang digunakan adalah PCR swab tes,” jelasnya.

Penggunaan PCR swab test lantaran tingkat sensitivitas PCR lebih tinggi daripada uji lainnya, seperti antigen.

Baca juga: Apakah PCR Bisa Mendeteksi Varian Omicron?

Tingkat sensitivitas antigen terhadap Covid-19 hanya berkisar 30 – 84 persen, tergantung dari masing-masing penyedia antigen.

Sementara PCR swab test memiliki tingkat keakuratan yang lebih tinggi. Sensitivitas PCR swab test mencapai 70 – 98 persen.

Kendati membutuhkan waktu yang cukup lama, PCR swab test mampu mnegidentifikasi sampel yang diuji mengandung partikel virus Corona.

“Jadi memang yang digunakan untuk penegakan diagnosis memang sebaiknya adalah PCR swab test,” pungkas dia.

Baca juga: Bagaimana Cara Menentukan Seseorang Terinfeksi Varian Omicron?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi