Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Yerusalem (Al-Quds), Kota Suci Tiga Agama

Baca di App
Lihat Foto
AP PHOTO/MAHMOUD ILLEAN
Warga Palestina mengevakuasi seorang pria yang terluka selama bentrokan dengan pasukan keamanan Israel di kompleks Masjid Al-Aqsa, Yerusalem Senin,(10/5/2021). Polisi Israel kembali bentrok dengan pengunjuk rasa Palestina di tempat tersebut pada Senin. Petugas medis Palestina mengatakan setidaknya 180 warga Palestina terluka dalam kekerasan di kompleks Masjid Al-Aqsa, termasuk 80 orang yang dirawat di rumah sakit.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Yerusalem atau Al-Quds merupakan salah satu kota kuno di Timur Tengah, serta menjadi kota suci bagi tiga agama, yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi.

Namun, Yerusalem juga menjadi titik api konflik paling berkepanjangan antara Palestina-Israel.

Sejarah Yerusalem era sebelum Masehi

Dalam sejarahnya, Yerusalem memang kota berharga yang banyak diperebutkan oleh berbagai bangsa.

Catatan arkeolog menunjukkan, kota itu telah dihuni sejak 4.000 SM.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nama yang paling awal dikenal mungkin adalah Jebusite atau orang Kanaan, dikutip dari Aljazeera.

Baca juga: Mengenal Kota Sharm el-Sheikh, Bali-nya Mesir

Orang-orang Kanaan yang bermigrasi menyebut diri daerah itu sebagai "Ursalem" yang berarti "kota perdamaian".

Kata Yerusalem berasal dari nama ini yang diucapakan dalam bahasa Ibrani menjadi "Yereshalim" yang berarti "rumah suci".

Bersama dengan bangsa Filistin yang datang belakangan, mereka diyakini sebagai nenek moyang paling awal yang menghuni wilayah itu.

Bangsa Filistin menetap di sepanjang pantai Mediterania yang membentang kira-kira dari Jaffa ke Jalur Gaza dan berada di dalam tanah Kanaan selama berabad-abad.

Baca juga: Sejarah Jeddah, Kota Paling Kosmopolitan di Arab Saudi

Pada 1.000 SM, Daud menginvasi Yerusalem dan membentengi kota dari invasi musuh.

Ia kemudian menamakan kota itu dengan Daud dan memerintahnya selama 40 tahun.

Daud kemudian digantikan oleh Raja Salomo atau Sulaiman yang membuat sebuah kuil dan menjadikannya sebagai kota spritual bagi Yahudi.

Setelah kedatangan Nebukadnezar II pada 586 SM, kota itu jatuh ke tangan Babilonia.

Baca juga: Apa Itu Cappadocia, Impian Kinan yang Viral di Serial Layangan Putus?

Kuil yang ada di sana pun dihancurkan, tetapi kemudian dibangun kembali.

Alexander Agung juga sempat merebut wilayah itu pada 332 SM.

Pada tahun-tahun berikutnya, Ptolmies Mesir dan Seleukus Suriah memerintah Yerusalem.

Menjelang abad ke-1, kota itu adalah ibu kota penguasa kerajaan Makabe Simon Maccabee, sebelum menyerah pada kekuasaan panjang Romawi.

Baca juga: Mengenal MQ-9 Reaper, Drone Pembunuh Jenderal Iran Qasem Soleimani

Sejarah Yerusalem setelah Masehi

Setelah Yerusalem ditaklukkan oleh Romawi, itu menjadi ibu kota dinasti Herodes yang memerintah di bawah arahan Roma.

Pada 70 M, Raja Romawi Titus menghancurkan kuil untuk menghukum dan mematahkan semangat orang-orang Yahudi yang memberontak terhadap pemerintahannya.

Dari tahun 313 M, dengan penerimaan agama Kristen secara luas oleh Roma, Yerusalem mengalami kebangkitan dan membangun kembali kota itu pada abad ke-4.

Selama era Romawi, kota Betlehem dekat Yerusalem menyaksikan kelahiran Yesus Kristus.

Baca juga: Mengenal Fayoum, Kota di Mesir yang Banyak Menyimpan Sejarah Masa Lalu

Karenanya, kota ini kemudian menjadi pusat ziarah Kristen.

Pada 638 M, Islam dengan cepat menyebar ke wilayah itu.

Umat Islam bahkan menganggap Yerusalem sebagai tempat penting untuk ziarah setelah Mekkah.

Ini berkaitan dengan peristiwa Isra dan Miraj yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

Baca juga: 5 Kebijakan Kontroversial Donald Trump, Akui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel hingga Perang Dagang

Antara 688 M dan 691 M, Masjid Kubah Batu dibangun oleh al-Walid ibn Abd al-Malik.

Dua tahun kemudian, Masjid al-Aqsha dibangun di tempat yang sama, memperingati tempat sujud nabi.

Kedua masjid dan sekitarnya dikenal sebagai al-Haram al-Syarif dan menjadi situs tersuci ketiga bagi umat Islam.

Pada abad XI, Islam telah berada di wilayah Yerusalem selama lebih dari 500 tahun.

Baca juga: Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Resmi Dibuka Kembali Hari Ini

 

Kota ini memperoleh reputasi dunia sebagai kota tiga agama.

Yerusalem juga sempat menjadi saksi Perang Salib antara Tentara Salib dan pasukan Salah al-Din.

Selama pemerintahan Turki Utsmani, ada sedikit orang Yahudi di Palestina. Pada abad ke-19, Yerusalem telah menjadi kota yang lebih terbuka.

Baca juga: Melihat Kota Sharm el-Sheikh, Bali-nya Mesir, Pernah Jadi Persembunyian Hosni Mubarak

Sejarah Yerusalem di era modern

Imigrasi Yahudi Eropa ke Yerusalem juga meningkat dan telah dilihat oleh beberapa kelompok sebagai penting Zionis.

Pada 1900, orang-orang Yahudi menjadi komunitas terbesar di kota dan pemukiman yang diperluas di luar tembok Yerusalem.

Pada 1914, Perang Dunia Pertama menyebabkan kekacauan, kehancuran dan kebutuhan untuk ekspansi dan penaklukan oleh kekuatan Eropa.

Karenanya, Yerusalem direbut oleh pasukan Inggris di bawah Jenderal Edmund Allenby pada 1917.

Baca juga: Melihat Dampak Serangan 11 Hari Israel di Gaza, Palestina

Pada tahun yang sama, Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour memberi isyarat dukungan Pemerintah Inggris untuk tanah air Yahudi di Palestina.

Yerusalem pun dijadikan ibu kota Palestina, tetapi dipegang di bawah mandat Inggris.

Setelah Perang Dunia II, PBB mengeluarkan keputuskan untuk menjadikan Yerusalem sebagai kota internasional pada 1947.

Kelompok Zionis kemudian memanfaatkan kekosongan politik dan militer itu dengan mengumumkan pembentukan negara Israel pada 14 Mei 1948.

Pada akhir 1948, Perdana Menteri Israel Daven Ben-Gurion mengumumkan bahwa Yerusalem Barat adalah ibu kota Israel dan Yerusalem Timur berada di kedaulatan Yordania.

Baca juga: Baghdad, Kota Seribu Satu Malam dan Pusat Peradaban Dunia di Masa Lalu

Setalah kekalahan Arab dalam perang Enam Hari 1967, Israel merebut seluruh wilayah Yerusalem.

Orang-orang Yerusalem Timur Arab ditawari kewarganegaraan Israel, tetapi hampir semua memilih untuk mempertahankan status mereka sebagai orang Yordania.

Israel kemudian memindahkan banyak orang Arab keluar dari Yerusalem dengan tetap menjamin akses ke tempat-tempat suci bagi Muslim dan Kristen.

Baca juga: 3 Alasan Mengapa Konflik Israel-Palestina Sulit Didamaikan

Pada 1998, Israel mengumumkan rencana kontroversial untuk memperluas Yerusalem dengan mencaplok kota-kota terdekat.

Rencana itu secara dikecam oleh negara-negara Arab dan anggota dewan PBB. Israel kemudian membekukan rencanya.

Sejak dimulainya Intifadah kedua pada September 2000, Israel secara rutin mencaplok akses kota-kota Arab lokal ke Yerusalem, sehingga menyegel kota itu.

Pada akhir 2017, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

AS pun memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv.

Baca juga: Diklaim Pertama di Dunia, Orang Ini Divaksin Dosis Keempat

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi