KOMPAS.com - Ibnu Sutowo adalah dokter militer Indonesia yang juga diangkat sebagai direktur utama pertama PT Pertamina pertama tahun 1957.
Ia menjabat sebagai direktur selama dua periode sebelum akhirnya lengser karena diduga melakukan korupsi di Pertamina.
Nama Ibnu Sutowo kembali mencuat dan trending di media sosial Twitter setelah gambar rumah mewah artis Dian Sastro viral di medsos.
Hal itu karena Ibnu Sutowo adalah kakek dari Maulana Indraguna Sutowo, suami Dian Sastro.
Sementara ayah dari Indraguna adalah Adiguna Sutowo, anak bungsu Ibnu Sutowo.
Baca juga: Ibnu Sutowo, Direktur Pertama Pertamina
Profil Ibnu Sutowo
Dikutip dari Kompas.com, Ibnu Sutowo dikenal sebagai dokter perwira yang sangat andal.
Ia pernah mengamputasi tangan Kolonel Bambang Utoyo pada 1947 akibat sebuah ledakan granat yang terjadi di Palembang.
Hanya berbekal peralatan sederhana dan tanpa bius, Ibnu Sutowo mampu mengamputasi tangan Kolonel Bambang Utoyo dengan sangat baik.
Karier Ibnu Sutowo
Ibnu Sutowo lahir di Grobogan, Jawa Tengah, 23 September 1914.
Ia mengenyam pendidikan selama 10 tahun di sekolah kedokteran Nederlands Artsen School (NIAS) Surabaya.
Setelah lulus tahun 1940, ia bekerja sebagai dokter di Palembang dan Martapura.
Kemudian, setelah kemerdekaan Indonesia, ia diangkat sebagai Kepala Jawatan Kesehatan Tentara di Sumatera Selatan tahun 1946.
Setelah kemerdekaan, Ibnu Sutowo bergabung dalam Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), tepatnya pada 5 Desember 1946.
Kemudian sejak 29 Desember 1956 hingga 9 Oktober 1968, Ibnu Sutowo ditunjuk sebagai Deputi II Bidang Operasi Kepala Staf Angkatan Darat merangkap Deputi Pelaksana Perang Pusat.
Baca juga: Ibnu Sutowo dan Amputasi yang Melejitkan Kariernya
Direktur pertama PT Pertamina
Setelah berkiprah dalam militer, tahun 1968, ketika berpangkat kolonel, Ibnu Sutowo ditunjuk sebagai Direktur Utama PT Perusahaan Minyak Negara atau Pertamina.
Terpilihnya Ibnu Sutowo sebagai direktur ini ditunjuk langsung oleh Presiden Soeharto sebagai pendiri dari Pertamina.
Ibnu Sutowo menjabat sebagai Direktur Pertamina sejak 1968 hingga 1976.
Pada tahun 1975, kondisi keuangan Pertamina memburuk, bahkan nyaris bangkrut setelah investasi berbagai bidang tidak berjalan lancar.
Para petinggi Pertamina juga diduga melakukan korupsi besar-besaran, termasuk Ibnu Sutowo.
Akhirnya, Presiden Soeharto menertibkan internal Pertamina dengan memerintahkan perusahaan tersebut untuk menjual sebagian asetnya yang berlebihan.
Presiden Soeharto kemudian membentuk tim Koalisi Empat beranggotakan Wilopo, Anwar Tjokroaminoto, IJ Kasimo, dan Herman Johannes untuk menyelidiki dugaan korupsi di Pertamina.
Berdasarkan penyelidikan, didapat laporan telah terjadi penyimpangan, di dalam Pertamina. Namun, tidak ada tindakan hukum apapun yang dijatuhkan kepada para pelaku.
Akhirnya, pada 5 Maret 1976, Ibnu Sutowo dilengserkan dari jabatannya sebagai direktur utama PT Pertamina.
Baca juga: Sederet Bisnis Adiguna Sutowo, Anak Mantan Bos Pertamina Ibnu Sutowo
Aqua dan Petronas
Kemudian, tahun 1973, Ibnu bersama bawahannya, Tirto Utomo, membuat produk air mineral dengan merek Aqua.
Keduanya berkunjung ke Bangkok, Thailand untuk mempelajari cara pembuatan air mineral di pabrik air mineral Polaris di sana.
Setelah itu, mereka segera mengembangkan Aqua yang semakin terkenal ketika pertandingan bulu tangkis Piala Thomas & Uber 1988 di Kuala Lumpur dan pertandingan golf.
Setelah produk Aqua semakin dikenal, Ibnu dan Tirto beranggapan bahwa Aqua harus dikelola oleh seseorang yang lebih muda.
Untuk itu, Ibnu Sutowo, mengundurkan diri dari jabatan direktur utama PT Golden Mississippi dan menyerahkannya kepada Willy Sidharta.
Baca juga: Sejarah Aqua, Didirikan Tirto Utomo hingga Dibeli Danone Perancis
Selain mengembangkan Aqua, pada 1976 Ibnu juga mengelola Petronas.
Petronas, kependekan dari Petroliam Nasional Berhad, adalah perusahaan minyak dan gas Malaysia yang didirikan pada tanggal 17 Agustus 1974.
Meskipun Petronas baru berdiri selama dua tahun, Ibnu menganggap bahwa perusahaan ini telah berkembang dengan sangat pesat.
Ibnu juga mendirikan Bank Aqua pada 1988, tetapi bank ini mengalami kegagalan.
Akhir hidup Ibnu Sutowo menikah dengan Zaleha Binti Sjafe'ie dan dikaruniai tujuh anak.
Ketujuh anaknya kini mewarisi dan mengembangkan bisnis di berbagai lini. Ibnu Sutowo wafat di RS Pusat Pertamina pada 12 Januari 2001 di usia 86 tahun.
Itulah profil Ibnu Sutowo, direktur pertama PT Petamina yang juga kakek mertua artis Dian Sastrowardoyo.
Referensi:
- Karma, Mara. (2001). Ibnu Sutowo Mengemban Misi Revolusi Sebagai Dokter, Tentara, Pejuang Minyak Bumi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.