Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Gangguan Kesehatan Mental Anak Naik Selama Pandemi, Ini Kata Psikolog

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash/Taylor Brandon
Masa pandemi Covid-19 meningkatkan angka gangguan kesehatan mental pada anak.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com – Kasus Covid-19 pada anak-anak mengalami peningkatan yang signifikan sejak akhir Januari lalu hingga pekan awal Februari.

Dikutip dari Kompas.com, Minggu (20/2/2022), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat, per 24 Januari 2022 kasus Covid-19 pada anak masih di angka 676 kasus.

Sepekan kemudian, 31 Januari 2022, jumlahnya sudah meningkat menjadi 2.775 kasus. Hingga tanggal 7 Februari 2022, tercatat sudah ada 7.190 kasus Covid-19 yang terkonfirmasi di kalangan anak.

Kondisi tersebut tidak hanya mempengaruhi kondisi kesehatan anak, namun juga kondisi kesehatan mentalnya.

Selama pandemi terjadi, anak-anak menjadi salah satu kelompok yang mengalami adaptasi cukup besar. Mulai dari perubahan aturan pembelajaran hingga perubahan rutinitas sehari-hari.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CDC melaporkan, Jumat (18/2/2022), ada peningkatan jumlah kunjungan di rumah sakit yang berkaitan dengan masalah kesehatan mental pada anak.

Baca juga: UPDATE Corona 3 November: CDC AS Dukung Penggunaan Luas Vaksin Covid-19 pada Anak-anak

Beberapa studi dari CDC

Menurut CDC, jumlah kunjungan Unit Gawat Darurat untuk anak mengalami penurunan sejak tahun 2020, 2021, dan Januari 2022.

Kendati demikian, kunjungan Unit Gawat Darurat khusus anak yang terpapar infeksi Covid-19 justru meningkat.

Bahkan peningkatan ini juga diikuti dengan beberapa laporan penyakit kronik dan masalah kesehatan, terutama pada anak-anak di usia 5-11 tahun dan remaja yang berusia 15-17 tahun.

CDC memprediksi beberapa faktor yang menjadi penyebab kenaikan masalah kesehatan pada anak ini. Di antaranya adalah karena kondisi finansial para orang tua, masalah kesehatan mental bawaan, kehilangan orang tua selama pandemi, dan gangguan rutinitas yang dialami selama pandemi Covid-19.

Studi kedua yang dilakukan CDC menemukan fakta bahwa gadis remaja berusia 12-17 tahun menjadi penyumbang terbesar dalam jumlah kunjungan gawat darurat untuk kondisi kesehatan mental pada tahun 2020, 2021, dan pada Januari 2022.

Baca juga: Pandemi dan Fenomena Seputar Kesehatan Mental Remaja

Penjelasan dari psikolog anak

Baik anak-anak maupun remaja memiliki risiko terkena gangguan kesehatan mental selama pandemi Covid-19. 

Dr Christin Wibhowo, psikolog dari Unika Soegijapranata Semarang, mengatakan bahwa potensi gangguan kesehatan yang sudah dimiliki akan muncul apabila anak tersebut kurang beradaptasi di masa pandemi.

“Potensi-potensi gangguan yang sudah dia miliki jadi seperti bermunculan gitu. Tapi itu bukan karena pandeminya saja ya. Tetapi karena dia kurang bisa menyesuaikan diri,” jelasnya, saat dihubungi oleh Kompas, Senin (21/2/2022).

Masalah ini bisa timbul misalnya pada penggunaan ponsel. Anak-anak yang terbiasa menggunakan ponsel hanya untuk bermain, biasanya akan menemui kesulitan ketika harus melakukan pembelajaran online melalui ponsel.

Sebaliknya, bagi anak-anak yang sudah terbiasa memanfaatkan ponsel sebagai media belajar, biasanya akan lebih mudah beradaptasi.

“Jadi gangguan itu tidak serta merta di masa pandemi, tetapi karena kurang adapatasi saja. Kan nanti bisa saja orang bilang pada masa hybrid, nanti orang akan bilang stes lagi enggak? Tentu,” jelasnya.

Christin Wibhowo menjelaskan, setiap perubahan yang terjadi dalam siklus kehidupan memiliki potensi memicu stres.

Dalam siklus perubahan, stres akan muncul ketika seseorang berpindah dari situasi yang nyaman ke situasi yang baru. Tanpa adaptasi, seseorang akan mengalami gangguan stres. Namun jika berhasil belajar untuk beradaptasi, seseorang akan masuk ke zona nyaman kembali.

“Stresnya itu stres yang bagus ya untuk beradaptasi, tapi kalau sampai ke gangguan mental saya kira tidak. Kalaupun iya berarti potensinya sudah ada gangguan. Bukan karena pandemi ini,” jelas Dr. Christin.

Baca juga: Menjaga Kesehatan Mental Anak Setelah Setahun Belajar dan Beraktivitas di Rumah

Peran keluarga sangat besar

Kestabilan emosi orang tua dalam menghadapi kondisi dan situasi pandemi akan berdampak langsung pada kesehatan mental anak-anaknya.

Beberapa kasus yang terjadi, anak-anak yang terkena gangguan kesehatan mental justru terpengaruh oleh orang tua atau kondisi keluarga yang sudah lebih dulu tidak sehat.

“Jadi supaya anak-anak tetap sehat mental, orang tuanya dulu harus sehat,” jelas Christin.

Bagi anak-anak, terutama yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar, dukungan orang tua baik berupa dukungan moral dan finansial sangat berperan penting dalam menjaga kesehatan mental mereka.

Selain menyediakan fasilitas yang memadai bagi perubahan rutinitas anak-anak di masa pandemi, orang tua juga sebaiknya berperan dalam memberikan solusi terkait permasalahan yang dialami anak-anak.

Christin Wibhowo mengimbuhkan, faktor paling utama dalam meningkatkan kebahagiaan anak dan mengurangi tingkat stress pada anak adalah dengan memberikan kasih sayang dan cinta kasih.

“Jadi kalau kita ingin anak-anak happy, orang tua harus happy karena happy itu diturunkan. Kalau situasinya menyenangkan tentu jadi happy,” kata Dr. Christin.

Kendati demikian, apabila situasi tidak mendukung seperti halnya pandemi seperti saat ini, maka alternatif untuk menumbuhkan rasa bahagia pada anak adalah dengan melakukan aktivitas. Misalnya dengan mengajak anak-anak untuk melakukan aktivitas bersama.

Baca juga: Penyintas Covid-19 Rawan Terkena Gangguan Kesehatan Mental, Begini Pencegahannya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: Kompas.com
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi